Jingga berlari kecil menghampiri keempat sahabatnya yang sudah sibuk memasukan barang-barang ke dalam bagasi bus. Dia sedikit terlambat hari ini karena semalam dia begadang berchat ria dengan Senja sampai tengah malam.
"Huuuuh" Jingga menetralkan nafasnya yang terengah engah.
"Tumben lo telat?" Tanya Tia yang lebih dulu sadar akan kedatangan Jingga.
"Gue.. Kesiangan bangun." Jawab Jingga yang masih kesusahan bernafas.
"Yaudah buru masukin ransel lo, bentar lagi kita berangkat." Ucap Syelon.
Mereka berlima masuk kedalam bus yang khusus di peruntukan bagi seluruh dewan kerja, baik itu dewan kerja Pramuka, PMR ataupun Paskibra.
Ya sebenarnya walaupun mereka terlihat biasa saja di sekolah dan bukan bagian dari anak-anak hits, tapi mereka mempunyai ketertarikan tersendiri untuk menjadi kaka dewan, karena menurut mereka akan sangat menyenangkan bisa mengerjai adik-adik kelasnya saat ada perkemahan seperti ini. Jingga adalah Dewan kerja dari ekskul Paskibra, itulah kenapa kulitnya tidak seputih Syelon yang hanya dewan PMR. Sedangkan Tia, Rena dan Dafi adalah dewan dari ekskul pramuka.
Mereka duduk di bangku panjang paling belakang. Dan Mulai sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Dafira yang mulai hanyut dengan ponselnya, Tia dan rena yang bersiap untuk tidur karena jam tidurnya terpotong sebab harus pagi-pagi berangkat ke sekolah, sedangkan Jingga dan Syelon yang kompak mendengar lagu dari earphonenya.
Tidak ada yang istimewa dari perjalanan mereka, sepanjang perjalanan hanya di isi dengan riuh suara beberapa anak atau selentingan guyonan receh dari dewan-dewan lain. Jingga dan teman-temannya hanya menyimak sesekali.
****
"Waaah akhirnya sampai juga!" Seru Dafira sambil meregangkan tangannya.
Sedangkan keempat sahabatnya masih sibuk mencari ransel yang bertumpuk di bagasi.
"Biar gue bantuin."
Ucapan itu sukses membuat Jingga kaget dan reflek menoleh ke sumber suara. Sosok yang membuatnya kesiangan pagi ini, tengah tersenyum dengan manis di depannya kini.
"Ransel lo yang warna apa?" Tanya Senja, matanya menoleh ke arah tumpukan ransel-ransel di bagasi.
Jingga mengerjap, lalu ikut menoleh ke arah bagasi. "Itu yang itu kak warna cream." Tunjuknya pada satu ransel yang terhimpit di paling bawah.
Senja mengernyit, lalu meringis menyadari dia harus membongkar semua tumpukan karena tas Jingga berada paling bawah.
"Wah itu sih musti bongkar semua tumpukannya. Tunggu ya."
Jingga hanya memperhatikan Senja yang mulai sibuk menarik satu persatu ransel yang menghimpit ranselnya. Sesekali keringat kecil muncul di pelipisnya, membuat Jingga begitu terhipnotis untuk terus menajamkan pandangan nya. Entah dari mana pikiran untuk mengelap keringat itu muncul, yang jelas Jingga tidak boleh merealisasikan pikiran ngaconya itu jika dia masih ingin hidup tenang sampai lulus nanti.
"Nah ini ransel lo kan?" Ucap Senja menyerahkan satu ransel berukuran besar kepada Jingga.
Jingga mengangguk cepat, "Ah iya kak ini ransel aku. Makasih ya kak, maaf jadi ngrepotin kakak."
"Engga kok, gue juga secara engga langsung jadi bantuin yang lain karena ransel lo ada paling bawah." Ujar Senja jenaka.
Jingga meringis mendengar ucapan Senja, walau dia tahu Senja hanya bercanda tapi tetap saja dia merasa bersalah. Maka dengan segera dia merogoh saku celananya dan menyerahkan benda yang tadi sempat melintas di otaknya.
"Kak ini ada sapu tangan, pakai aja buat lap keringet kakak. Maaf ya udah nyusahin kakak. Makasih ya kak Senja."
Tanpa menunggu jawaban Senja, Jingga Langsung berlari menjauh dari Senja.
'Deket-deket dia engga baik buat jantung gue'
Sedangkan di sisi lain, Senja yang menyadari sikap salah tingkah Jingga hanya tersenyum sembari memandangi sapu tangan yang di berikan Jingga.
"Wangi.. Sayang banget kalau buat ngelap keringet gue." Ucapnya sembari berlalu ke arah tendanya. Memasukan sapu tangan pemberian Jingga ke dalam saku, tanpa memakainya lebih dulu.
*****
"PERHATIAN SEMUANYA!!" Teriak Fajar dengan lantang dan berhasil menarik perhatian semua peserta perkemahan.
Sedetik kemudian semua orang berkumpul di tengah area yang di fungsikan sebagai lapangan selama acara berlangsung.
"Terimakasih banyak karena sudah bersedia untuk berkumpul disini, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan mewakili seluruh jajaran osis yang saat ini masih di sandang oleh saya dan teman-teman yang duduk di kelas 12. Seperti yang kita tau, tujuan di adakannya acara ini adalah untuk memperdalam pengetahuan kalian tentang ekstrakurikuler yang kalian pilih khususnya untuk semua kelas 10, Kalian kelas 10 akan di bimbing dan di gembleng oleh kakak dewan kalian dari kelas 11,itulah sebabnya kakak dewan kelas 12 tidak ikut kesini karena mereka sudah melakukan serah terima jabatan kepada para dewan kelas 11. Dan kenapa Osis kelas 12 masih mengambil alih acara ini? Karena ini adalah Last mission dari kami, setelah acara ini maka kami para osis kelas 12 juga akan melakukan serah terima jabatan kepada osis terpilih dari kelas 11." Fajar berhenti sejenak untuk mengambil nafas.
"Maka dari itu, di mohon kerja sama kalian semua untuk mensukseskan acara ini. Jangan berbuat sesuatu yang dapat memicu keributan, dan untuk para kakak dewan di larang melakukan bullying terhadap adik-adik kalian. Baik, saya rasa cukup itu saja yang mau saya sampaikan, dan setelah ini saya serahkan tanggung jawab kelas 10 kepada masing-masing kakak-kakak dewan ekskulnya. Silahkan kembali ke posisi masing-masing, dan upacara pembukaan akan dilaksanakan jam 4 sore nanti. Terimakasih"
Sedetik kemudian semua orang sudah berpencar ke posisi mereka masing-masing.
Jingga langsung beranjak untuk memasak sesuatu karena dia yang mendapat tugas dari teman-teman tendanya untuk memasak makan siang.
"Hai Jingga!" Sapa seseorang membuat Jingga menoleh ke arahnya.
"Oh Abi.. Ada apa Bi? Apa dewan Paskibra harus kumpul sekarang?" Tanyanya pada Abi yang kebetulan seorang Palu (Palu=Pak Lurah, istilah untuk komandan putra Paskibra. *maaf jika di sekolah lain berbeda)
"Engga kok, cuma mau ngobrol aja sama Jingga. Apa aku ganggu?"
Jingga mengernyitkan keningnya karena merasa aneh. Pasalnya baru kali ini Abi bicara padanya di luar lingkup Paskibra. Selama ini teman seangkatannya itu hanya selalu bicara seperlunya dan paling tidak suka basa basi, berbanding terbalik dengan yang dilihatnya sekarang.
"Engga ganggu kok Bi, cuma engga apa-apa ya kalau gue sambil masak. Kasian temen-temen gue udah pada kelaperan." Jawabnya kemudian sembari tertawa kecil.
"Iya santai aja, aku juga kebetulan udah beres ngerjain tugas ku." Ucap Abi sambil duduk di potongan kayu yang berada di sisi kiri Jingga.
"Aima mana Bi? Biasanya kalian kemana-mana selalu bareng?"
Aima adalah Bulu(Bu lurah yang berarti Komandan Putri Paskibra), dia terpilih karena memang terbukti tegas yang sebetulnya lebih mengarah ke galak. Dan point penting kenapa dia terpilih, karena sebagian anggota Paskibra yang memilihnya adalah teman-teman sekelasnya dan orang-orang yang mengenalnya.
"Ah itu mah Aimanya aja yang ngekorin aku terus. Padahal aku udah bilang kalau engga ada urusannya sama Paskibra ya engga usah ngikutin aku mulu."
Jingga hanya mengangguk seakan mengerti penjelasan dari Abi.
"Jingga, habis upacara kan ada jeda sampai sholat maghrib berjamaah, bisa engga kita ngobrol berdua?" Tanyanya kemudian.
Jingga yang sedang mengaduk mie instan, sontak berhenti seketika. Keningnya mengerut dalam.
"Emang mau ngobrolin apa Bi? Kenapa engga sekarang aja? Kan sekarang juga kita lagi ngobrol berdua?" Tanya Jingga.
Mendengar respon dari Jingga, membuat Abi menggaruk kepalanya salah tingkah.
"Oh kamu keberatan ya, oke deh kalau gitu nanti aja kalau waktunya udah tepat. Aku kembali ke tenda dulu ya." Ucapnya kemudian berlalu dari hadapan Jingga.
Jingga hanya memandanginya dengan tatapan bingung.
"Cowok aneh" Gumamnya pelan sambil mengaduk mie instan di pancinya.
"Cie dapet penggemar baru." Ucap seseorang dari arah samping kanannya.
Jingga mendengus mendapati Senja yang berdiri dengan tatapan jahil.
"Apaan deh kak.. Emangnya aku ini artis sampe punya penggemar segala." Sungut Jingga.
Senja terkekeh kecil lalu duduk di potongan kayu yang tadi di duduki Abi.
"Kamu kan cantik, pantes lah punya penggemar. Apalagi penggemarnya seganteng Abi." Ujar Senja sembari mengerling ke arah Abi yang terlihat sedang berbicara dengan teman setendanya.
Jingga mengerut, dia merasa tidak suka dengan apa yang di katakan Senja. Bukan soal Senja yang mengatainya cantik, tapi tentang Jingga yang di idolai pria seganteng Abi--menurut Senja.
Senja yang menyadari bahwa ucapannya membuat Jingga kesalpun hanya bisa tertawa canggung.
"Iya iya sory, gue cuma becanda kok."
Jingga tidak membalas dan memilih membagi mie yang sudah matang ke piring-piring milik teman-temannya.
"Tapi baru kali ini gue liat ada cewek yang engga tertarik di godain tentang cowok seganteng dan sefamous Abi. Dia kan tipe cowo novelable banget Ngga, kaya cowok-cowok di novel gitu yang cool, ganteng, jutek tapi ada manis manisnya." Ujar Senja lagi.
Rupanya pria itu masih tidak menyerah juga.
"Kakak lagi promosiin Abi depan aku? Lagian apa itu ada manis-manisnya? Emangnya dia produk air mineral?" Tanya Jingga kesal.
Senja terbahak lalu menggeleng. "Engga lah, mending promosiin diri gue sendiri." Ucapnya santai.
Jingga terdiam. Dia tahu Senja bercanda, tapi ada bagian dari hatinya yang berharap bahwa apa yang dikatakan Senja tadi sesuai dengan apa yang ada di hati pria itu.
Boleh engga sih Jingga mulai ngarep?
"Udah ah gue balik ke tenda ya. Awas lo jangan kangen. Bye Jingga" Seru Senja sambil berjalan menjauh.
Sedangkan Jingga hanya mematung sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Udah gila kali gue.
******