Jingga duduk bersama teman-teman dewan Paskibra nya yang lain di tengah lapangan.
Acara malam ini adalah acara pembahasan poin poin penting selama perkemahan, acaranya di lakukan dengan santai dan beberapa kali di selipkan candaan yang membuat suasana jadi tidak membosankan.
Abi yang duduk tidak jauh dari Jingga, sesekali mencuri pandang ke arah nya. Ia melihat Jingga sesekali menguap, membuat Abi tersenyum kecil melihatnya.
Jingga menyadari itu tapi dia pura-pura tidak tahu, dia sendiri sebenarnya merasa sedikit beruntung mendapat perhatian lebih dari cowok seperti Abi. Semua orang tahu, Abi cowok yang ramah pada semua orang, sifatnya memang agak sedikit pendiam tapi justru itu yang membuat kharisma nya lebih terlihat. Tapi di sisi lain dia risih karena dia tau, ada hantu wanita yang terus membayangi Abi kemana mana, siapa lagi kalau bukan Aima.
Ponsel Jingga bergetar di tengah suara lantang dari Pak Diano yang sedang menjelaskan tentang jelajah malam. Dia melihat sekilas siapa yang menelepon nya, Jemmy is calling.. Jingga pun langsung menggeser tombol hijau ke samping dan terhubung dengan orang di seberang sana
"Assalamualaikum kak." Jawab Jingga setengah berbisik
"Waalaikumsalam de, kamu kok engga bilang kalau pergi kemah?kaka panik pas baru pulang tapi kamu engga ada di rumah. Untung kaka liat surat pemberitahuan di atas meja."
Ya, yang menghubungi Jingga adalah kaka nya yang sekaligus satu-satunya keluarga yang Jingga punya, Jemmy Dendra Lasvenna.
"Maaf ya kak, abis kaka jarang pulang jadi aku juga males kasih tau nya." Jingga mencebikan mulutnya walau dia tau kakak nya tidak akan melihat wajah nya yg cemberut.
"hmm iya maafin kaka ya de, tapi alhamdulillah skripsi kaka udah selesai tinggal nunggu sidang. Jadi kaka akan di rumah nemenin kamu. Kamu disana baik-baik aja kan?"
"Aku baik-baik aja kak. Oya kak udah dulu ya, lanjut chat aja. Aku engga enak ini lagi di tengah acara. Jingga sayang kak Jemmy. Assalamualaikum."
"Kaka juga sayang Jingga. Waalaikumsalam de. "
Tuut tuuutt
Sambungan terputus, Jingga sejenak tersenyum menatap layar ponsel nya.
Jingga sangat dekat dengan kakaknya, ya tentu karena dia tidak punya siapa-siapa lagi selain Jemmy. Jemmy juga sangat menyayangi dan menjaga adik satu-satunya itu, semenjak mama nya meninggal dan papa nya pergi begitu saja Jemmy mengambil alih peran orang tua untuk menjaga dan merawat Jingga. Untungnya seluruh aset mama nya jatuh pada mereka sehingga mereka masih hidup enak walau hanya berdua. Tapi akhir-akhir ini Jemmy jarang pulang karena dia di sibukan dengan skripsi nya sehingga mereka jarang bertemu, tapi hal itu tidak menghalangi komunikasi mereka walau hanya lewat sms atau telpon seperti tadi.
Jingga terlonjak kaget saat tangan besar dan kokoh menyentuh pundak nya. Lamunan nya langsung buyar begitu saja.
"Kok ngelamun?"
Jingga menoleh, Abi.
"Engga kok hehe" Jingga menjeda dan menoleh ke depan yang ternyata acara pembahasan nya sudah selesai dan cuma tinggal beberapa orang saja di lapangan termasuk dia dan Abi.
"Udah selesai ya, Bi, acaranya?"
"Udah dari 10 menit yang lalu, Ngga. Kamu sih ngelamun terus, aku duduk di samping kamu aja kamu enggak sadar. Mikirin apa kalau boleh aku tau?" Tanya Abi sambil memamerkan senyum manisnya.
"Engga mikir apa-apa sih, Bi. Engga tau deh tau-tau ngelamun gitu aja." Kata Jingga beralasan. Sesungguhnya dia tidak nyaman jika hanya mengobrol berdua bersama Abi.
"Lucu banget kamu, Ngga. Mana ada orang ngelamun gitu aja." Abi diam sejenak "Oya, aku mau tanya, apa ada jawaban atas pernyataan aku ke kamu?"
Jingga diam, dia tidak tau harus menjawab apa. Dia takut salah bicara dan justru menyakiti perasaan Abi.
Sejenak Jingga menghela nafas dan mengumpulkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan besar Abi.
"Bi, jujur ya gue kaget banget pas lo bilang lo suka sama gue. Karena dari awal emang kita engga deket kalau bukan karena satu ekskul. Apalagi yang gue tau dan semua orang tau kalau lo selalu sama Aima kemana mana jadi gue pikir lo emang ada something sama dia. gue agak tersanjung karena cowok kaya lo bisa suka sama cewek yang biasa banget kaya gue, tapi sory banget, Bi. Skenario kita dari awal udah engga tepat karena dari awal hubungan kita cuma sebatas temen dan sampe sekarang itu engga berubah. Jadi gue minta maaf karena engga bisa bales perasaan lo."
Jingga berkata dengan sangat hati-hati. Dia menoleh ke arah Abi ingin memastikan bahwa kata-katanya tidak akan menyakiti cowok itu.
Abi tersenyum kepada nya, ada getir di senyum itu.
"Aku udah duga kamu akan jawab begitu, tapi seengga nya aku lega karena udah ngungkapin perasaan aku ke kamu. Selanjutnya aku harap kita bisa tetep deket ya, Ngga."
Jingga hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Yaudah kamu ke tenda sana, aku juga mau ke tenda."
Jingga mengganguk patuh dan berdiri dari duduk nya, begitupun Abi yang sudah mulai melangkah ke tenda nya.
Jingga melihat dari jauh bahwa teman-teman nya masih ada di depan tenda, dia pun mempercepat langkah nya.
"Ciie yang duaan sama Abi di tengah lapangan." Suara sambutan dari Dafi membuat Jingga sedikit kesal.
Jingga duduk di sebelah Syelon dan menekuk lutut nya.
"Lo ngomong apaan sama Abi tadi Ngga? Serius banget kayaknya. " Tanya Rena penasaran
Jingga sejenak melirik satu-satu sahabatnya itu yang sedang penasaran.
"Dia nembak gue." Jawab nya singkat dan berhasil membuat ke empat nya menganga.
"GILLAAA!" Seru Dafi yang langsung dapat tatapan tajam dari teman-teman nya.
"Jaga sikap dong, Daf. Lo tuh Kakak dewan." Tegur Rena kesal. Sedangkan yang di tegur jusrtu malah bersungut-sungut.
"Lo serius Ngga? Berarti lo jadian sama dia?" Tanya Tia yang sedari tadi diam.
"Engga, gue nolak baik-baik. Abisan gue kaget dia tiba-tiba nembak, kan gue selama ini nganggep dia biasa aja." Jawab Jingga santai sambil memeluk lutut nya.
"Lo kelamaan jomblo jadi engga waras ya, Ngga. Cowok sebaik dan seganteng Abi lo tolak. Tipe lo yang kaya apa? Yang kaya shawn mendes?" Ucap Dafi menatap kesal sahabatnya.
"Lah kalo emang gue engga ada rasa lebih masa mau di paksain. Itu nama nya gue mainin perasaan dia."
Mereka terdiam sejenak.
"Tapi bukannya lo juga lagi deket sama Kak Senja?" Tanya Dafi lagi memecah keheningan.
Jingga hanya diam tidak berniat menjawab pertanyaan Dafi. Matanya menatap lurus ke depan.
"Wah wah si Jingga sekarang jadi famous begini. Jadi sebenarnya Jingga punya siapa nih?" Goda syelon dan mendapat tawa jahil dari teman-temannnya.
"Kalian ini emang paling demen bikin gue kesel."
Jingga berjongkok dan masuk ke dalam tenda meninggalkan teman-teman nya yang sedang cekikikan.
Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya,
Salting mulu gue denger nama Senja
*****
"BURUUAANN KUMPUL! LELET BANGET SIH KALIAN." Teriak salah satu dewan kerja Paskibra yang sedang mengumpulkan anggota nya.
Saat ini adalah Jam satu malam, yaitu waktu diadakan nya BIMTAL alias Bimbingan Mental yang wajib di lakulan tiap-tiap eksul guna membangun sikap berani di dalam diri peserta.
Semua peserta anak kelas 10 terhuyung-huyung berlari ke tengah lapangan dengan setengah mengantuk, memasuki barisan ekskul nya masing-masing.
Di lapangan sudah riuh sahut sahutan dari beberapa dewan tiap ekskul yang berteriak membuat para peserta ketakutan dan gemetaran.
Senja berdiri di sisi paling kanan lapangan bersama anggota Osis yang lain karena tugas mereka memang hanya memonitor para dewan kerja agar tidak keluar batas.
Senja melihat ke arah Jingga yang sedang berdiri angkuh bersama dewan yang lain, Jingga tidak berbicara atau berteriak seperti Reon teman nya yang sedari tadi sibuk mencaci maki adik-adik kelasnya. Tapi tatapan Jingga yang mengintimidasi mampu membuat adik-adik kelas nya merunduk ketakutan.
Senja tersenyum penuh arti, di matanya Jingga tampak berbeda dari Jingga yang dia kenal belakangan ini. Pinter banget acting nya, begitu pikirnya.
"Biasa aja ngeliatin nya, lama-lama Jingga bisa bolong kalau lo ngeliatnya begitu." Sindir Fajar
Senja melirik sebentar ke arah Fajar lalu beralih ke Jingga lagi.
"Gue cuma kagum sama dia, lo tau sendiri kan? Jingga itu asli nya walau agak jutek tapi kalau udah ngobrol asik, tapi liat sekarang dia kaya yang siap makan orang idup-idup. Profesional banget dia jalanin peran nya." Jawab Senja sambil terkekeh.
"Iya juga sih ya, dia padahal dari tadi engga ngomong. Tapi tatapan nya itu wuuuuu serem abis."
Mereka tertawa bersama. Sedangkan yang d tertawakan sedang fokus mengamati setiap adik kelas nya yang sudah menunduk sedari tadi.
"Kalian kalau kesini cuma buat tebar pesona ke kakak dewan mending di rumah aja terus jalan-jalan ke mall. Cari sana cowo sebanyak banyak nya. Disini engga nerima anak-anak manja yang baru di bentak sedikit aja udah merah matanya." Ucap Abi dengan tegas. Ucapan nya menohok setiap orang yang mendengar.
Siapa sangka Abi yang kelihatan pendiam dan kalem justru mengerikan saat menjalankan tugas nya.
Ekskul Paskibra yang notabene nya memamg tempat nya 'dewan kejam' menjadi perhatian dari orang-orang yang juga ada di lapangan. Bahkan tidak sedikit dewan dari ekskul lain yang melirik ke arah mereka dengan takjub.
Jingga maju selangkah dan sejajar dengan Abi.
"Angkat wajah kalian!" Suruh nya tegas .
Tapi adik-adik kelas nya masih merunduk takut.
"Saya paling tidak suka mengulangi ucapan saya. Kalian dengar?"
Sontak ucapan Jingga langsung membuat orang-orang di hadapan nya mengangkat wajah. Dan tidak ada yang menunduk satupun. Aima yang sedari tadi memperhatikan Jingga yang berdiri di sebelah Abi hanya bisa memendam rasa kesal nya, pasal nya Jingga memang dewan yang di tugas kan untuk menggembleng anggota di acara Bimtal, jadi sudah sepantasnya Jingga ada disana.
"Kalian pikir kami berteriak teriak hanya karena ingin membuat kalian takut? Salah! Mungkin kalian sudah mendengar desas desus bahwa dewan yang ada di Paskibra adalah dewan yang 'galak' " Ucap Jingga sambil membuat tanda petik di udara
"Dan harusnya dengan itu kalian berarti siap saat masuk ke Paskibra dan berhadapan dengan kami. Tapi baru di bentak sedikit aja kalian langsung nunduk? Terus buat apa kalian ada disini?" Nada bicara Jingga sengaja di tinggikan di kata terakhirnya.
Semua adik kelasnya menatap ke arah nya, begitupun beberapa orang yang ada disana merasa kagum pada gadis yang tadi berbicara lantang, tidak ada keraguan dalam perkataan nya.
"Kalau ada dari kalian yang tidak terima di bentak, silahkan memisahkan diri dari barisan. Karena setelah ini akan ada yang lebih daripada ini. Jadi kami tidak mau ada orang lemah di dalam tubuh organisasi kami. Saya hitung sampai Tiga, yang keberatan silahkan memisahkan diri. Dan setelah hitungan ke tiga di larang ada yang berubah pikiran." Jingga menjeda sejenak
Mata nya tidak lepas memperhatikan adik-adik kelas di depan nya yang menatap nya dengan setengah takut.
"Satu"
"Dua"
Jingga diam kembali menatap ke barisan.
"Tiga"
Jingga tersenyum miring, tidak ada satupun yang keluar dari barisan.
"Oke, its show time"
******