Chereads / Al Kahfi Land 1 - Menyusuri Waktu / Chapter 26 - Surat Untuk Orang Masa Depan

Chapter 26 - Surat Untuk Orang Masa Depan

Al Kahfi Land Office, Depok, 2004

Widi telah pulang dari Bandung dan kembali ke kantornya.

Kok lampu sama komputerku masih nyala? Oh iya, tadi pagi aku emang buru-buru, tanya Widi saat masuk ke dalam ruangannya.

Widi meletakkan kardus titipan Uge di meja sambil melihat monitor komputernya.

Account Uge kenapa jadi gini? tanya Widi.

Widi melihat ada perubahan pada kotak chatting Uge, ia segera mencoba mengirim kalimat, ternyata tidak bisa, padahal biasanya walau Uge sedang tidak aktif, kalimat tetap bisa sampai.

Hmm, Uge tahu hari ini aku ke Bandung, buat apa lagi dia meneruskan drama lintas waktu? Sudah ketahuan bahwa memang Angga yang jadi Uge sekaligus Erlangga.

Widi melirik kardus titipan Uge, ia membukanya.

*****.

Al Kahfi Land Office, Depok, 2004

Aduh kenapa harus sekarang?

Uge kesal. Saat bermega-mega ton bahan diskusi memenuhi kepalanya, situs web lintas waktu malah tidak bisa lagi dia akses.

Pak Dheng mungkin punya jawabannya. Tapi, hmm... belum tentu dia mau ngasih jawaban, lagian... bisa jadi memang dia yang menyudahi akses gue.

Uge segera mengingat berbagai hal yang akan terjadi di masa depan.

Lamaran gue kemarin malam jelas enggak berlanjut, karena kelihatan banget Widi masih sendiri dan enggak bahagia dengan hidupnya. Terus, siapa bosnya Widi yang ngelantur itu?

Uge tersenyum pahit. Siapa lagi? Bokapnya Agi enggak setuju soal mempertahankan hutan pinus. Cuma gue satu-satunya orang yang bernama Erlangga Yusuf, yang menandatangani akta pendirian perusahaan.

Uge berjalan mondar-mandir di kamarnya, ia mencoba merekonstruksi kejadian di masa depan berdasarkan potongan-potongan informasi yang diketahuinya.

Kenapa di Al Kahfi Land, Widi cuma jadi karyawan? Padahal sebagai anak Pak Nata, dia punya hak kepemilikan yang lebih besar. Terus anehnya, gue sama Widi seolah baru kenal, ada apa sih di masa depan?

Uge duduk, ia memandangi dokumen-dokumen akta pendirian perusahaan Al Kahfi Land yang berada di kardus.

Astaghfirullah! Biasanya memang sering kejadian, orang miskin yang tadinya taat, rajin sujud, malah gagal kalo diuji dengan kelebihan harta. Jadi jauh dari Tuhan, sombong, kikir, zholim. Sepertinya itu jawabannya, apalagi gue yang imannya masih cetek, gue juga gagal dapat ujian kelebihan harta!

Uge tampak berpikir untuk mencari solusi.

Kayaknya nanti gue udah enggak bisa ngandelin siapapun, termasuk Andi. Gue memang terlalu keras kepala, harus orang yang sama kerasnya, untuk bisa nyadarin gue. Kebetulan Widi bilang, hari ini dia mau ke kosan Bodas. Gue harus titip sesuatu ke dia untuk ngasih pelajaran ke gue sendiri.

Uge mengambil pena dan kertas, lalu menulis surat untuk Widi.

*****

Al Kahfi Land Office, Depok, 2004

Widi memeriksa isi kardus, ia menemukan amplop surat untuk dirinya dan dokumen-dokumen akta pendirian Al Kahfi Land. Widi membuka amplop dan membaca surat yang ada di dalamnya.

Bandung, 12 september 1999.

Assalamu'alaikum, Widi.

Surat ini aku tulis sehari setelah melamar kamu. Sayang banget chatting lintas waktu terputus padahal ada kejadian yang seru untuk dibahas.

Aku berhasil ketemu kamu di tahun 1999. Ya, mungkin setelah sampai di kosan Bodas, kamu juga sudah tahu, Aku adalah Angga dan kamu adalah Dewi.

Semestinya setelah aku melamar kamu, kita akan menjalani hari-hari bahagia, tetapi dari obrolan kita di chatting malah terlihat sebaliknya. Itu pasti gara-gara aku akan berubah jadi manusia lupa daratan, tergila-gila sama harta sampai mau nguasain Al Kahfi Land sendirian. Widi, kamu punya hak lebih besar atas kepemilikan perusahaan itu.

Mumpung sekarang aku masih sadar, aku mau minta maaf atas segala kesalahan yang akan kulakukan.

Widi, aku ingin menampar wajah diriku sendiri yang sedang berada di masa depan. Tolong serahkan dokumen-dokumen pendirian perusahaan pada Andi. Dia sedang dekat dengan orang yang bernama Soffie. Minta Andi untuk membawa dokumen-dokumen ini ke jalur hukum, supaya sebagian besar hak kepemilikan perusahaan dikembalikan kepada kamu.

Semoga kekalahan itu bisa membuatku kembali menjadi Angga yang kamu kenal. Maafkan atas semua yang akan terjadi.

Angga.

Widi melipat surat dari Uge. Dia tampak terlihat sedih sekaligus bingung.

Angga. Aku sama sekali enggak tertarik merebut perusahaan ini dari kamu. Apa yang telah kualami sejak 5 tahun yang lalu, juga telah merubahku menjadi orang yang bukan kamu kenal.

*****

Kosan Bodas, Bandung, 1999

Uge sedang mengemas kardus di kamarnya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Uge membuka pintu kamarnya.

"Aya talepon dari Pak Nata," kata Kang Ujang.

"Tumben, tengah malem gini. Oh iya, punten ulah kamana-mana, urang mau nitip sesuatu abis telpon," pinta Uge.

"Mangga, Den

"Nuhun, Kang Ujang," ucap Uge sambil menuju ruang tengah untuk menerima telepon.

*****