Dalam udara lembab malam, Istana Galuh terlihat berkabut dari kejauhan. Dinginnya udara malam ini bisa saja menembus kulit hingga menusuk tulang. Beberapa lampu obor menyala dari setiap benteng pembatas istana yang letaknya berada di tengah kota Saunggalah. Menjelang dini hari, kota pun sudah mulai sunyi senyap. Hanya ada beberapa prajurit yang berpatroli keliling benteng.
Malam itu adalah malam pertama penugasan Jayendra sebagai seorang Senopati. Dengan pakaian kebesaran seorang perwira, Jayendra berkeliling istana sembari melihat-lihat area kerjanya nanti. Beberapa kali dia menyapa para kepala kompi prajurit mulai dari pasukan pengawal hingga pasukan jaga. Ia berjalan pelan mendekati benteng yang menaungi pintu gerbang utama.
Dalam kesendirian itu, dua orang prajurit yang kebetulan berpapasan dengannya menghentikan langkah dan membungkuk hormat. Kemudian salah satunya menyapa.