Hari ujian penentuan kelas telah berlalu kamaren, setelah ujian itu Zhizi hanya menghabiskan setengah jam siangnya untuk tidur kemudian membereskan kamar asramanya juga barang-barang sampai malam. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dari hasil ujiannya besok.
Bukannya tidak opitimis, tapi setiap orang tahu apakah dia menjawab soal dengan benar atau tidak dan Zhizi mengalami banyak kesulitan waktu ujian.
"Bagaimana kalau gue turun kelas? Bahkan masalah nilai ujian gue kmaren saja belum selesai. Apa kata mama nanti? Apa kata papa?" Batin Zhizi sebelum tidur semalam, ia tak tahu kalan dirinya tertidur saat memikirkan nilainya.
"Aduh.... Walaupun ini udah berkali-kali gue rasain tapi tetap aja gue gak bisa tenang sama hasil ujiannya" ucap Dara, mereka semua sedang bersiap-siap untuk sekolah, dan menyiapkan batin untuk pengumuman juga tentunya.
"Lo kira Lo doang yang gitu? Gue juga Bambang" balas Aina
"Gue pasrah aja, terserah mau masuk ke mana" ucap Dasha ikut menimpali
"Yaelah Sha, Lo mah bakalan tetap gue yakin.... beda kalo gue, Zhizi sama Aina"
Zhizi hanya tertawa kecil melihat perdebatan teman-teman sekamarnya itu. Dia memang tidak tahu mau berkomentar apa, ini pertama kalinya dia tahu ada ujian jenis ini dan dia juga sama deg-degan dengan yang lain.
Mereka semua sudah siap dan keluar dari kamar, Aina dan Zhizi pergi ke kelas mereka sedangkan Dasha ke IPA 1. Dara ke IPA 3, sebenarnya Dara dulu selalu IPA 2, ujian sebelumnya dia sedang sial dan berakhir disana.
"Eh Aina kalau Lo turun ke IPA 3 gimana?"
"Shit gak kebayang gue, tapi gue udh pernah sih. Asal Lo tahu gue itu naik turun, Pas naik kelas 2 gue IPA 3 kok, paling kenal omel bentar udah biasa gue"
"Ooohhh...."
"Ngapain Lo nanya?"
"Gak ada sih"
Mereka sudah sampai dikelas mereka yang biasa, biasanya pengumuman akan disampaikan langsung dimading kelas mereka masing-masing. Jika tidak ada dikelas lama berarti dia pindah kelas dan harus men cek pengumuman di kelas lainnya.
Tepat saat mereka sudah sampai kelas seorang guru masuk kedalam kelas mereka, membawa sebuah kertas yang akan di tempelkan di Mading kelas. Dengan heboh semua siswa kini rebutan melihat kertas HVS itu.
"Ih geser dong yang udah lihat gantian" ucap Aina berusaha membelah kerumunan teman-temannya sampai ia sudah berada didepan dan melihat semua daftar dengan jelas.
"Yessss!!! Tetap!!" Pekik Aina
"Lo gimana?" Tanya Aina kesamping nya untuk melihat Zhizi karena ia kira Zhizi mengikuti nya. Saat ia melihat ke sekeliling ternyata Zhizi masih berada ditempat nya tadi.
"Bentar gue lihat nama lo!" Terima Aina
Ia mencari nama Zhizi mulai dari urutan atas dengan teliti, saat sudah sampai di bagian akhir Aina sempat terkejut sebentar kemudian memeriksanya sekali lagi.
"Nama Lo gak ada disini, cie.. jangan-jangan Lo IPA 1" goda Aina pada Zhizi
Zhizi sudah merasa tidak enak hati, dia sama sekali tidak ada harapan dengan prediksi Aina. Meski mengharapkan keberuntungan ia masih yakin tidak akan sampai ke IPA 1. Dengan tiba-tiba Zhizi berbalik dengan jantung yang berdetak cepat, ia sudah hampir menangis membayangkan hasil ujiannya kemaren.
"Zhizi Lo mau kemana? IPA 1 sebelah sini!" Teriak Aina
Zhizi berlari masuk kedalam kelas IPA 3 yang membuat pemilik kelas langsung menatap nya seolah akan ada penghuni baru. Zhizi langsung masuk ke himpitan para siswa yang asik melihat Mading.
Mata Zhizi mulai mencari namanya dengan panik, dan benar saja disana sudah tertera "Zhizi Quarlin".
"Ya Allah" ucapnya.
Pandangan Zhizi seolah kosong dan pikirannya kini berputar untuk menyiapkan jawaban-jawaban dan kesiapan mental jika orang tuanya mengetahui ini. Tentu saja orang tuanya akan tahu, teman sang ayah bekerja disini jadi dia pasti memberi tahu perihal ujian mereka.
Dari tempatnya Aina sudah tahu maksud ekspresi wajah Zhizi, tapi ia masih ragu.
"Bisa jadi Lo salah, atau nama Lo malah nempel di dua tempat Zhi, salah teknis bentar gue lihat" ucap Aina sambil keluar kelas, ia segera pergi menuju kelas IPA 1 yang terkejut akan kehadirannya.
"Lo ngapain?" Tanya Lucas
"Mau lihat mading" balas Aina yang langsung menerobos masuk dan melihat Mading yang tidak ramai lagi. Ia memeriksa dengan teliti, padahal hasilnya nihil. Zhizi memang masuk IPA 3, bukan masalah besar memang tapi tetap saja itu membuatnya sedih. Lagipula Aina tidak tahu saja keaadan Zhizi yang sebenarnya.
"Ada apasih?" Tanya Lucas menghampiri Aina
"Gak ada kok, mencek nama aja. Nama Zhizi gak ada dikelas jadi dia pindah ke kelas IPA 3"
"OOO..." Santai Lucas, karena dia memang tidak pernah mempermasalahkan mengenai kelas itu. Aina segera keluar dari kelas mereka dan menuju kelasnya mencari Zhizi, tapi ternyata Zhizi sudah mengambil tasnya dan pindah kelas, setelah pengumuman itu memang para siswa sudah harus pindah kelas tanpa menunggu instruksi guru.
Dikelas barunya Zhizi sedang duduk dikursi dekat jendela yang menghadap langsung keluar, ia menyandarkan kepalanya pada tangan kanan sambil menatap kosong keluar.
"Apa papa mama sudah tahu? Apa aku pulang Minggu ini?" Batin Zhizi
Jujur saja dia sangat merindukan rumah, tapi mengingat kakak nya ada dirumah Zhizi lebih memilih tidak pulang ketimbang pusing berdebat dan mendengarkan aksi perbandingan mereka.
Kursi sebelah Zhizi terdengar tertarik membuat nya melirik calon teman sebangkunya. Ada laki-laki bertopi aneh yang duduk dibangkunya.
"Oh hai, kenalin gue Yaka" ucap Laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya
"Gue Zhizi"
"Murid pindahan itu kan? Gue tahu dan gak nyangka kita sekelas"
"Em... Kenapa Lo duduk disamping gue?"
"Maaf, gue yang diluan duduk disini dan teman gue si ambisius udah pindah kelas, Lo yang datang kesini sebenarnya"
"Sial" batin Zhizi
"Maaf, heheh gue pindah ke tempat lain aja"
"Eitss.... Gak ada lagi yang kosong, udah disini aja. Gue gak makan orang"
Akhirnya Zhizi kembali duduk dengan senyum kikuk. Dari penampilan laki-laki ini dia merasa sedikit aneh, dasinya tidak rapi karena dibuat renggang, dan topi hitamnya yang sudah pasti bukan topi sekolah. Mirip topi mr.chaplin tapi kecil.
Zhizi kembali dengan kegiatannya yang menatap keluar sampai guru laki-laki masuk kedalam. Sudah dapat dipastikan itu wali kelas IPA 3 yang kini menjadi kelasnya. Entah apa yang dikatakan bapak guru itu Zhizi hanya menatapnya lamat padahal dia sedang mengkahayal. Ia tersadar dari lamunannya saat bel berbunyi.
"Hah...." Keluh Zhizi membenamkan kepalanya ke tangannya yang dilipat diatas meja.
"Lo tidak pergi ke kantin?" Tanya Yaka dan dibalas gelengan kepala oleh Zhizi yang masih berposisi sama. Akhirnya Yaka pergi dengan teman-teman lainnya.
"Zhizi!!" Teriak seorang perempuan masuk kedalam kelas, dia Aina
"Apa?"
"Ayok ke kantin"
"Gue gak mood"
"Zhi, gue tahu Lo galau karena pindah kelas ini tapi please bawa enjoy aja. Ini cuman status kelas yang dipelajari sama aja"
"Gue tahu kok Na, gue senang juga kok disini. Gue lagi gak mood aja. Gue mau tidur dulu" cuek Zhizi
Aina hanya melihat Zhizi yang kembali menenggelamkan kepalanya, Meksi Zhizi bilang ini bukan masalah pindah kelas tapi Aina sudah yakin dengan pasti itu semua karena Zhizi terkejut kelasnya jatuh ke IPA 3. Kelas yang di anggap kelas orang bodoh dikelas mereka.
"Yaudah deh. Istirahat ke 2 gue datang lagi. Awas kalau Lo gak jajan" ucap Aina dan pergi dari sana.
Merasa suara langkah kaki terdengar menjauh Zhizi mengangkat kepalanya , sudah tidak ada lagi Aina di depannya dan siswa lain sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seolah tidak ada yang mengenal Zhizi.
Sebuah buku tulis biasa sudah Zhizi keluarkan dari tasnya, ia juga mengeluarkan pensil dan juga penghapus
"Udah lama gue gak menggambar' ucapnya sambil menggambar gadis dengan gaun yang indah
~Jangan lupa beri komentar dan mengundi yah, please ❤️~