Chereads / Mystic Boy / Chapter 24 - Sadewa (Chapter 24)

Chapter 24 - Sadewa (Chapter 24)

"Aku ngizinin kamu buat melakukan itu," gumam Amor. "Tapi, aku harus ikut,"

Dewa sangat terkejut mendengar perkataan gadis itu. Pasalnya, ia tidak ingin gadis yang ia cinta terlibat dalam masalah seperti ini.

"A-a-apa?" Dewa terbata-bata. "Sayang, kamu nggak perlu ikut-ikutan. Ini tuh bahaya,"

"Aku nggak mau tahu, aku nggak peduli. Aku nggak mau terjadi apa-apa lagi sama kamu kayak sebelum-sebelumnya," sahut Amor. "Karena ... aku sayang banget sama kamu, dan aku nggak mau kamu terlibat bahaya sendirian,"

Dewa mengembuskan napas panjang, gadis itu benar-benar keras kepala. Dewa senang mendengar pengakuan Amor. Tapi, Dewa tak ingin membawa gadis itu ke dalam marabahaya. Namun, ia tidak bisa menentang gadis itu, sebab jika dilarang, Amor akan semakin keras kepala.

Ya, tidak ada pilihan lain lagi selain mengikuti permintaan Amor. Dalam hati Dewa berjanji, bahwa ia akan selalu melindungi gadis itu, kapanpun dan di manapun ...

*****

Benny dan Amor sedang berada di rumah Dewa untuk mengerjakan tugas sekolah bersama-sama. Selesai belajar, Dewa mencoba mencari-cari seorang paranormal yang sanggup membantunya. Dia membuka berbagai situs di internet melalui ponselnya, dan menemukan seorang paranormal yang sesuai dengan yang ia inginkan. Ia sangat serius ingin segera mengatasi masalah ini. Sebab, ia tak ingin terus dihantui oleh masalah itu. Ia pun meletakkan ponselnya di atas lantai.

"Eh, Wa, di kamar mandi nggak ada Belle kan?" tanya Benny. Raut wajah Dewa pun berubah jadi sangat jahil.

"Kenapa? Lo mau dilihatin sama dia?" goda Dewa. Benny jadi kesal melihat Dewa yang seperti itu.

"Kampret, gue serius nih!" seru Benny. Dewa pun terkekeh, sedangkan Amor tampak tak mengetahui apapun.

"Dia ada di sini kok, di sudut ruangan ini. Yang jelas dia nggak merhatiin elo," canda Dewa. Tapi, Belle memang benar-benar ada di sana sembari memerhatikan mereka, khususnya Dewa dan Amor. Benny pun pergi ke kamar mandi.

"Belle? Siapa tuh?" tanya Amor.

"Oh, dia penghuni asli rumah ini," sahut Dewa. Amor tampak masih tak mengerti maksud Dewa.

"Dia tuh hantu," lanjut laki-laki itu. Setelah mendengarnya, Amor barulah mengerti kenapa Benny begitu takut dengan sosok Belle.

Amor kembali mengerjakan tugas matematikanya. Tetapi, ia tak mengerti salah satu soal yang tertera di buku tugas itu.

"Yang, ini gimana ya caranya?" tanyanya kepada Dewa sembari menunjuk soal di buku itu. Laki-laki itu pun mengajari Amor dengan telaten.

"Gini nih caranya, x substitusikan sama ini," Dewa menulis di buku yang penuh dengan coretan, Amor terlihat memerhatikan dengan sungguh-sungguh. Sedangkan Belle hanya bisa memandangi mereka penuh dengan rasa cemburu. Arwah itu terlihat seperti seseorang yang hendak menangis.

"Ya ampun ... seharusnya aku sadar diri. Aku bukan manusia, dan aku tidak seharusnya seperti ini ..." arwah itu berkata dengan sangat lirih, sehingga tak akan pernah bisa mendengar yang ia ucapkan barusan.

*****

Sepulang dari bekerja, Dewa mendatangi rumah paranormal yang tadi ia temukan di internet. Rumah paranormal itu terlihat memiliki banyak 'penghuni', tetapi mereka terlihat begitu bersahabat. Dewa menyapa para penghuni itu satu persatu dengan ramah. Sebab, itu memang diperlukan untuk menghargai mereka yang tak terlihat.

"Ada apa kamu datang ke sini?" tanya seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun dengan pakaian serba putih, disertai dengan peci yang juga berwarna putih. Serta jenggotnya yang terlihat cukup panjang.

"Oh, anu ... saya mau minta bantuan, Ki Agung," sahut Dewa. Pria itu pun tersenyum, seolah-olah mengetahui apa tujuan Dewa menemuinya.

"Kamu ingin roh jahat itu pergi, tapi kamu tidak tahu caranya kan?" tanya pria yang akrab disapa Ki Agung itu. Dewa hanya menganggukkan kepalanya dan menceritakan semuanya.

"Tunggu sebentar, sebaiknya kamu duduk dulu," ujar Ki Agung. Pria itu masuk ke dalam sebuah ruangan. Sementara itu, Dewa memerhatikan benda-benda pusaka yang dipajang di dinding. Tetapi, Dewa melihat ada sosok anak kecil laki-laki yang bersembunyi di belakang vas bunga.

"Hai ... kemarilah, nggak perlu takut," sapa Dewa dengan ramah. Namun, tampaknya anak kecil itu tak terbiasa dengan kehadiran Dewa, maka dari itu ia tetap bersembunyi di sana. Tentu saja anak kecil itu bukan manusia.

Beberapa saat kemudian, Ki Agung keluar dari ruang semedinya. Ia pun segera menghampiri Dewa.

"Roh itu benar-benar jahat. Auranya terlalu kuat, apalagi roh itu sudah merasuki tubuh wanita itu selama puluhan tahun. Akan sangat sulit untuk mengeluarkannya," ucap Ki Agung. "Tapi, bukan berarti tidak bisa. Masih ada cara untuk mengusirnya,"

"Kau memiliki indera keenam kan? Aku ingin kau menjadi asistenku, karena hanya kau yang bisa melakukan ini," lanjut Ki Agung. Dewa menelan ludahnya sendiri, ia sangat enggan melakukannya, tetapi ia ingin segera mengakhirinya. Ia pun menganggukkan kepala.

"Tapi resikonya, kita berdua akan kehilangan nyawa jika kita tidak sanggup melawannya. Apa kamu benar-benar bersedia?" tanya pria itu. Dewa tahu soal resiko itu, tapi apa ia benar-benar sudah siap dengan segala resikonya?

Dewa mengembuskan napas berat dan menganggukkan kepala.

"Saya bersedia,"

***** TBC *****