Saat itu juga beberapa orang yang berpakaian lengkap dengan topeng bermunculan dari berbagai arah, hanya beberapa detik mereka terkepung.
"Hahaha" Tetua Bao tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Asap hitam dengan bau yang sangat busuk mengelilingi tubuhnya, perlahan namun pasti wujudnya berubah menjadi sosok wanita tua bungkuk dengan sebelah mata tertutup kain. Perubahan yang bisa disaksikan oleh mata telanjang.
Mereka tertipu. Orang yang mereka ikuti ternyata bukanlah Tetua Bao.
"Siapa kamu?" teriak Wan Lie mulai memasang sikap waspadanya. Sementara Fu Xie Lan yang berdiri di belakangnya diam-diam memperhatikan orang-orang bertopeng itu.
"Apakah perlu aku menjawab pertanyaan orang yang sebentar lagi akan berkunjung ke neraka?" sarkas wanita bungkuk itu. Jika diperhatikan, sepertinya wanita itu adalah pemimpin dari orang-orang bertopeng itu.
"Ibu, dalam hitungan ketiga, kamu lari dan menjauhlah dari sini, aku akan menghalangi mereka" pinta Wan Lie tanpa menoleh.
"Tapi Wan Lie..."
"Ibu, kita kalah dalam jumlah, dan sepertinya wanita itu bukan penyihir biasa, akan lebih baik jika hanya aku yang tetap di sini, percayalah aku akan baik-baik saja," potong Wan Lie memohon kepada ibunya. Ia tidak pernah menyangka akan dihadapkan bahaya secepat ini.
"Baiklah, kamu harus berjanji," ucapnya siap-siap untuk menerima aba-aba dari Wan Lie.
"Ucapan perpisahan yang begitu mengharukan," wanita tua itu kembali bersuara kemudian memukulkan tongkat yang ada di tangan kanannya ke tanah. Seketika langit tertutup awan hitam, sebuah rune misterius diiringi getaran halus muncul tepat di permukaan tanah dengan Wa Lie dan Fu Xie Lan yang tepat berada di tengahnya. Rune itu membentuk lingkaran dengan lima garis yang membelah lingkaran membentuk beberapa bagian. setiap bagian berisi pola yang berbeda dan sangat rumit. Masing-masing ujung garis melewati batas garis lingkaran dan berhenti tepat di ujung kaki orang-orang bertopeng itu layaknya sebuah pilar.
"Wan Lie, sudah terlambat," ucap Fu Xie Lan melengos melihat sekelilingnya. Meskipun ia tidak tahu apa itu, namun ia yakin sekali bahwa saat ini mereka berada dalam bahaya. Sepertinya wanita itu memang sengaja menggiring dan membuatnya memasuki jebakan yang sebelumnya sudah di persiapkan untuk mereka.
"Apa kalian memiliki permintaan terakhir? tentu saja jika kalian meyerahkan diri secara sukarela, aku mungkin akan mempertimbangkan kematian yang tidak begitu menyakitkan bagi kalian," ucap wanita itu yang kini sudah berdiri di udara. Ia sangat senang, tangkapannya kali ini benar-benar bagus, tidak rugi ia memiliki kesepakatan dengan makhluk dingin itu. Dengan menyerap mana kedua orang itu, maka ia bisa kembali mendapatkan kecantikan tanpa perlu menyerap mana (energi kehidupan) orang-orang lagi untuk mempertahankan tubuh mudanya.
"Bedebah," maki Wan Lie yang sudah terbungkus api amarah. Berbeda dengan Fu Xie Lan, ia tidak memiliki ekspresi sama sekali dan hanya menatap tajam pada wanita itu.
"Sepertinya kalian menolak kemurahan hatiku, baiklah mari kita lihat apa yang akan kalian lakukan," ucap wanita itu terkekeh.
Wan Lie kemudian mulai menciptakan kabut hitam pekat sebesar bola di kedua telapak tangan dengan kilatan petir yang terdapat di dalamnya.
"Wow demon? hahahaha bagus, bagus. Hahahaha tak masalah, ayo keluarkan semua kemampuanmu," ucap wanita tua itu sambil tertawa kegirangan dengan sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan.
Diam-diam Fu Xie Lan mengaktifkan kekuatan matanya, dan apa yang disaksikan oleh matanya adalah sebuah penghalang berbentuk kubah transparan yang membatasi dirinya dengan wanita tua dan orang-orang bertopeng itu.
"Semakin besar mana yang kuserap, maka itu akan semakin baik," teriak wanita penyihir itu lagi.
"Jangan terlalu percaya diri," teriak wan Lie
Segera Fu Xie Lan menyentuh pundak Wan Lie untuk memberitahunya tentang kubah transparan itu, tapi sudah terlambat.
Beberapa bola kabut yang sudah terbentuk sempurna pada kedua tangan pemuda yang berdiri di depannya dengan cepat menuju ke arah wanita penyihir itu dan seperti dugaannya, bola kabut itu berhenti di udara, terpantul dan malah berbalik mengenainya.
"Ahh..." perasaan terbakar disertai pukulan yang sangat keras menghantam dadanya.
"Ibu!" teriak Wan Lie histeris melihat serangannya yang justru berbalik mengenai ibunya.
Kini Fu Xie Lan memuntahkan beberapa teguk darah.
"Dunia memang sudah gila, seorang pemuda memanggil ibu kepada seorang gadis kecil, hahahhah drama ibu dan anak yang sangat bagus," ejek wanita itu.
"Ah-hda pengh-ngh-ha-lang," Fu Xie Lan berusaha sekuat tenaga untuk memberi tahu apa yang berhasil dilihatnya, untuk sesaat ia kesulitan bernapas.
Wan Lie meregang frustasi melihat kondisi ibunya. Ia mengutuk dirinya ribuan kali karena melukai ibunya sendiri.
"Licik sekali," gumam Wan Lie menghadap wanita itu kembali.
"Apa yang kamu inginkan?" teriaknya kembali
"Dirimu, lebih tepatnya mana dalam tubuhmu," jawab wanita itu terkekeh.
"Baiklah, tapi lepaskan wanita ini," ucap Wan Lie yang sedang menopang tubuh ibunya.
Sontak Fu Xie lan menggelengkan kepala tak berdaya, ia sangat tahu bahwa ketika mana dalam tubuh seseorang terkuras habis maka hanya ada satu akhir, kematian. Meskipun ia telah membuat kesepakatan dengan Wan Lie untuk melindunginya, namun bukan hal seperti ini yang diinginkannya, Ia tidak ingin mengorbankan nyawa siapapun hanya untuk membuatnya tetap hidup.
"Ti-Tidak," tolak Fu Xie Lan
"Tidak apa-apa ibu, selama ibu bisa hidup maka itu sudah cukup membuatku bahagia."
Entah mengapa dada Fu Xie Lan terasa sesak, perasaannya bergemuruh. Ia hanya memanfaatkan pemuda itu, tapi rasanya sekarang sangat berbeda, Ia menyadari bahwa perasaan pemuda itu sangat tulus kepadanya dan itu berhasil menciptakan bulir-bulir bening di pelupuk matanya.
"Kumohon, ibu jangan pernah bersedih hanya karena diriku, oke?" selesai mengucapkan itu Wan Lie melepaskan genggaman tangannya yang membopong tubuh Fu Xie Lan dengan sangat hati-hati.
Sementara Fu Xie Lan hanya bisa pasrah, Ia terlalu lemah untuk menjadi lawan wanita licik itu, semua ini salahnya. Jika saja ia menggunakan kemampuan matanya sedikit lebih cepat, mereka tidak akan masuk kedalam jebakan wanita busuk itu. Nasi sudah menjadi bubur, yang bisa ia lakukan hanya berharap suatu keajaiban bisa membantu mereka.
"Kamu harus berjanji padaku akan melepaskan wanita ini," teriak Wan Lie
"Emm baik, baik," kekeh wanita penyihir itu.
"Kamu bisa memulai," hembusan napas kasar lolos dari bibirnya, ia menoleh sekali lagi untuk melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kali, kemudian perlahan memejamkan matanya.
Sementara di sisi lain, wanita tua itu tersenyum sumringah, semudah ini ia mendapatkan mangsa yang sangat besar. Kelima orang yang berada di bawahnya mengangguk bersamaan memberi tanda bahwa persiapan mereka telah selesai. Sebenarnya sedari tadi wanita itu hanya mengulur waktu menunggu orang-orang bertopeng itu menyelesaikan mantranya.
Beberapa detik kemudian, rune yang tergambar jelas di bawah pijakan Wan Lie dan Fu Xie Lan mengeluarkan bau amis dan perlahan memunculkan bekas terbakar yang sangat dalam di tanah.
Kubah transparan yang menjadi penghalang sebelumnya membuka perlahan memberi akses bagi wanita itu dan kemudian kembali menutup. Bau hangus kembali menggelitik indra penciuman Wan Lie, merasa tidak asing dengan aroma itu ia membuka matanya dan menemukan penyihir itu tengah berada di depannya.
Refleks ia kembali menyerang wanita tua itu secara mebabi buta tapi hasilnya nihil, mana dalam tubuhnya seperti terbelenggu oleh sesuatu. Hal itu berlangsung beberapa detik ketika beberapa rantai api mulai melilit kedua tangan, kaki, dan lehernya. Masing-masing rantai berasal dari ujung garis yang berada pada pijakan kelima pria bertopeng itu.