Chereads / Petarung Handal / Chapter 12 - Kekurangan Uang

Chapter 12 - Kekurangan Uang

Di kamar nomor 3, Hagin dan Buya mengobrol beberapa hal sebelum mereka memutuskan untuk tidur. Hagin mengangkat topik permasalahan tentang bekerja paruh waktu, dia membutuhkan pekerjaan paruh waktu untuk menutupi pengeluaran yang mereka milikil dan Buya sendiri memiliki pemikiran yang sama sehingga mereka berdua mulai mencari di koran, dan mereka mencoba untuk mencari melalui Ponsel.

Di pagi harinya, mereka bertanya pada Shamatsu tentang pekerjaan paruh waktu dan mereka berdua akan mendapatkan jawabannya di malam hari, mereka berdua meninggalkan Apartemen Ichidori dan pergi menuju ke SMA Hanju.

Kali ini banyak yang menghindari Hagin dan Buya, biasanya para siswa SMA Hanju akan menatap mereka berdua dengan tatapan tajam dan provokatif, sikap yang ditunjukkan para siswa itu membuat Hagin dan Buya merasa heran karena tidak biasa dan cukup aneh juga, namun mereka mengabaikannya dan bergegas untuk masuk ke sekolah.

"Lihat dua orang itu, merekalah yang sedang menjadi perbincangan panas saat ini," ujar seorang siswa yang segera mendapat balasan dari yang lain, "Ya, itu benar, lihat saja pria berwajah dingin itu... sial, dia tampak kuat."

"Ya... keparat sialan itu cukup mengesankan di hari pertamanya, dia sangat berani sampai-sampai menantang kelompok Hiroma. Nyalinya itu terlalu besar, apalagi memberikan gelar Freshman War pada Narikata... situasi ini akan menjadi lebih menarik lagi." Siswa lainnya balik menyahuti ucapan kawannya.

"Pria di sampingnya itu juga tidak dapat diremehkan, aku dengar dari mereka yang melihat perebutan gelar kemarin, pria itu merobohkan lebih dari 10 orang dan tinjunya sangat cepat... bahkan salah satu korbannya terluka cukup parah. Sial!!! Banyak sekali murid baru yang berbahaya."

"Hahaha tahun ini akan jauh lebih menarik lagi... mungkin saja dominasi Karano dan Hiroma akan berakhir, lalu muncul kelompok baru yang lebih kuat, tidak seperti tahun lalu dimana mereka berdua tidak bisa mengunggulinya," ujar siswa satunya yang kemudian di balas oleh siswa di sampingnya, "Mau bagaimana lagi, orang itu terlalu kuat untuk dihadapi mereka berdua... bahkan bawahannya pun sudah cukup untuk mengatasi mereka, sayangnya dia tidak terlalu memperhitungkan kekuatan mereka berdua sehingga dia mengabaikannya."

Percakapan tiga orang siswa yang berada di jalur masuk menuju pintu gerbang SMA Hanju tidak didengar oleh Hagin dan Buya, mereka berdua sudah lama masuk ke dalam sekolah dan sekarang mereka sudah berada di kelasnya. Saat mereka ada di dalam kelas, mereka berdua melihat sebuah pergulatan antar siswa dan mereka yang bergulat tidak membiarkan adanya orang yang mengganggu.

Salah satu dari mereka berdua di banting dan jatuh tepat di depan kaki Hagin, lalu suara tawa terdengar dari seluruh kelas. Hagin dan Buya mengabaikannya, mereka tidak ingin ikut campur dan langsung duduk di bangkunya, menunggu guru yang akan datang untuk mengajar.

Setelah menunggu cukup lama, datanglah seorang guru paruh baya membawa sebuah buku lalu memulai sebuah pelajaran yakni geografi. Selama lebih dari dua jam guru itu mengajar, tidak ada satu pun siswa yang memperhatikannya kecuali Hagin dan Buya, mayoritas dari para siswa bermain kartu bahkan ada yang makan dan membaca majalah dewasa.

Hagin hanya bisa menggelengkan kepalanya, namun ketika dia melihat Buya, Hagin menjadi tidak berdaya karena Buya berusaha dengan keras untuk mengendalikan rasa kantuknya hingga beberapa kali kepalanya hendak jatuh ke meja. Hagin hanya memperhatikan setiap kata yang di tulis di papan tulis dan mendengarkan penjelasan yang cukup panjang dari sang guru.

Begitu guru geografi itu meninggalkan kelas, kegaduhan semakin menjadi-jadi dan rasa kantuk yang Buya miliki hilang seketika karena dirinya tampak sangat segar dan bersemangat. Melihat sahabatnya begitu hidup setelah pelajaran selesai, Hagin tertawa lirih sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sial!!! Kau ini... bro, apa pelajarannya begitu membosankan, sampai-sampai kau hampir tertidur seperti itu padahal tadi malam kau tidur lebih dulu. Sialan!!! Kau seperti Babi," seru Hagin sambil menepuk bahu Buya, lalu dia membawanya keluar dari kelas dan pergi menuju kantin.

Mereka berdua meninggalkan kelas yang gaduh dan pergi menuju kantin sekolah. Selama mereka jalan menuju ke kantin, mereka terus menyaksikan adegan perkelahian di setiap sudut sekolah, mereka benar-benar bertarung dengan liar, banyak siswa yang terkapae tak berdaya di tanah.

Melihat perkelahian di setiap sudut sekolah memberikan pengalaman baru untuk Hagin dan Buya, mereka berdua tidak mengira akan menemukan hal seperti ini di sekolahnya. Ada hal yang janggal dari perkelahian di halaman sekolah, pertarungan di tempat itu terlihat seperti dua kelompok tengah bertempur dan mereka terlihat garang serta bertarung layaknya gladiator.

Saking garangnya pertarungan itu, luka yang menghiasi wajah dan tubuh, mereka abaikan. Dua kelompok siswa ini bukan dari dua kelompok utama siswa tahun kedua melainkan kelompok-kelompok kecil yang berusaha untuk memperluas kekuatannya.

Satu kelas sendiri berisi 40 orang jadi siswa di tahun pertama berjumlah 200 orang, namun untuk tahun kedua dan ketiga jumlah itu bertambah dengan beberapa murid pindahan, jika ditotal keseluruhan siswa di SMA Hanju berada pada angka yang hampir menyentuh 700.

Hagin merasa jika dua kelompok yang bertarung itu memiliki kekuatan yang hampir sama dengan salah satu dari mereka memiliki keunggulan sendiri yakni sang pemimpin. Saat melihat pertarungan antara kedua pimpinan, Hagin sudah dapat menebak siapa yang akan memenangkan pertempuran itu sehingga dia segera meninggalkan tempat itu dan pergi ke kanti bersama Buya.

"Buya... tampaknya tahun-tahun kita di sekolah ini akan lebih menarik dari yang kukira," mendengar Hagin bertanya dengan nada yang hangat cukup membuat Buya tertawa kecil lalu dia membalasnya, "Ya... memang menarik, Bro, sayangnya kita akan terus bertarung di sekolah ini. Jika seperti ini... layak untuk kita membentuk sebuah kelompok bro, seperti yang lain."

"Apa yang kau pikirkan? Dasar... kalau kita membuat kelompok semacam itu, kita pasti akan terlibat lebih jauh lagi ke dalam peta kekuasaan sekolah ini, dan aku tidak terlalu menginginkannya, saat ini aku lebih ingin mendapatkan pekerjaan paruh waktu, Bro, dompetku mulai tipis." Hagin mengubah mimik wajahnya menjadi melas karena uangnya mulai terkuras terus menerus tanpa ada pemasukan.

"Haish, itu sama bukan. Aku juga menginginkannya lebih darimu, uangku sudah terlalu tipis, dan hanya bisa bertahan sampai akhir bulan.Sial!!!"

Hagin dan Buya bergegas menuju Kantin sambil meratapi dompet mereka yang mulai menipis dengan cepat secepat angin berembus, mereka berdua menginginkan pekerjaan paruh waktu lebih dari yang lainnya, setelah tiba di kantin mereka membeli beberapa bungkus roti dan minuman kemudian mencari sebuah tempat untuk menyantapnya.