Sebuah alunan musik begitu menenangkan. Hingga memberikan sebuah rasa yang mampu menumbuhkan jejak kisah klasik antara dua insan yang saling merindu.
Jejak dalam sebuah mesin waktu hingga saling pergi karena sebuah alasan klasik tanpa sebuah restu dari Allah. Cinta itu hanya mampu dipendam dalam sebuah rasa yang tak mungkin bisa aku lewati.
"Kenapa harus ada sebuah rasa jika pada akhirnya saling melepaskan dan melupakan?" pikir Mita sambil menahan rasanya. Tangisnya tersembunyi dalam sebuah malam bagaikan kaca yang pecah berserakan. Kepingan - kepingan yang tidak akan mungkin untuk bisa utuh kembali. Ia hanya mampu menangisi semuanya. Air mata sudah mengering dalam suatu waktu. "Kenapa ketika jatuh cinta semua semakin rumit?" gumamnya.
Suara ketukan pintu dari luar kontrakan. Hingga membuat Mita cepat-cepat menyeka air mata yang sempat berurai. "Siapa sich semalam ini bertamu?"
Mita pun berjalan ke depan pintu kontrakannya. Lalu ia pun meraih gangang pintu.
CKLEK!