Haslan mendengar samar-samar sebuah pembicaraan Kara ditelepon. Ia mendengar kata-kata umpatan Kara kala itu.
"Bajingan!"
Haslan kebetulan pulang ke rumah. Ia ingin mengusir Kara dari kediamannya. Tak lama kemudian suara tangisan bayi mengema. Kedua langkah kakinya seperti menuntunnya ke sebuah kamar bernuansa anak-anak. Kedua kakinya pun masuk ke dalam. Entah kenapa dia pun menghampiri bayi perempuan itu sedang menangis terisak-isak.
Haslan pun mengangkat bayi perempuan itu lalu dia pun mendekap dalam gendongannya. Ia merasakan sebuah magnet dalam hatinya. Bayi perempuan itu mendadak sangat tenang. "Ada apa denganku?" gumamnya.
Bayi perempuan itu seperti merasakan keamanan dan kehangatan dekapan Haslan. "Seharusnya aku bisa menerimamu, meskipun kenyataannya kamu bukan darah dagingku. Kamu nggak salah. Hanya saja ibumu yang keterlaluan!" ucapnya dalam hati lalu kembali ia meletakkan bayi itu ke ranjang boxnya.