Sebuah undangan telah sampai di rumah kediaman keluarga Wijaya. Hal itu membuat hati salah satu anggota keluarga Wijaya sangatlah kecewa. Tatapan kedua matanya seakan mati tak berdaya. Kabar yang benar-benar membuat Ave merasa sedih sekali.
Ave pun duduk terdiam seraya menatap selembar kertas undangan bertuliskan mantan calon istrinya dulu. Perempuan yang mampu meremuk seketika hatinya. Dia terlihat benar-benar terpukul. Sebuah usaha melupakan selalu dia lakukan berulang kali. Dia mulai menghela napas sangat kasar. Kedua matanya menatap rasa patah hati terhebatnya.
Duduk di tepi ranjang dengan sejuta rasa sakit. Ave mulai mengumam dalam hatinya, "Seharusnya namaku yang bersanding bersamamu menjadi calon mempelai pria, tapi kenapa kau malah ganti dengan nama lain?" Sebuah kata ikhlas yang paling menyayat. Ikhlas yang dipaksa sabar.