Sebuah hati yang tidak lagi bisa ditumbuhi perasaan cinta. Hanya ada duka yang mendalam jiwa-jiwa yang sepi tak berpenghuni sama sekali. Dia terlihat begitu cemas. Ya, masalah hati.
"Kamu kenapa, Nak?"
"Nggak apa-apa, Bun," Sasi terlihat sangat suram sekali. Dia langsung menaiki anak tangga ke lantai dua kamarnya. Kejadian dua jam lalu membuat dia sangat kecewa sekali.
Barra tanpa sengaja berpapasan dengan adeknya yang melewati dia begitu saja. "Kenapa dia?" Pikirnya. Beberapa hari ini Sasi begitu sangat buruk sekali. Dia benar-benar terkena sindrom patah hati sebelum memiliki.
BRAK! Sasi menutup pintu kamarnya dengan begitu sangat kuat hingga beberapa orang di rumah kaget sekali.
"Astaga!" Barra terkejut seketika melihat tingkah adeknya dalam beberapa hari ini. Dia merasa kalau semua itu karena Leo, pegawainya.
*