Diam dalam sebuah kata tanpa sebab. Barra duduk sambil menikmati susana cafe dengan laptopnya dan secangkir kopi latte hangat. Dia merasakan kalau hatinya benar-benar dalam sebuah masalah.
"Bar..."
"Heeem."
"Aku mau bicara sama kamu."
"Soal apa?"
"Soal kemarin."
"Maksud kamu?"
"Sepertinya aku nggak bisa melanjutkan hubungan ini."
Mendadak suasana menjadi hening ketika Barra dan Melisa saling berbincang. Keduanya beradu dalam kesunyian suasana.
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu?" Barra menatap Melisa dengan mengangkat satu alisnya, lalu dia sama-sama terdiam. Dia tidak bisa sama sekali menatap dunia yang hampir mati. Perasaannya mendadak hambar sekali.