AKSARA
Menatap duniaku yang hampir redup, cinta itu bagaikan hujan yang turun ke bumi. Kita tidak dapat menebak setelah jatuh cinta, apa mungkin akan datang kebahagiaan? Atau di tengah-tengahnya bakalan ada luka? Setelah hujan reda kita selalu menebak, mungkinkah akan datangnya pelangi atau badai?
Berjalan dengan menutup kedua mata, karena aku terlalu takut melihat sebuah kenyataan. Jalanku cukup sunyi. Hingga aku memutuskan tuk pergi.
Tenggelam dalam sebuah masa lalu hingga kebodohan akutku yang sudah terlanjur menjalar dalam ingatan ini.
"Ra?"
"Hah?" sahutku dengan mendongak, sebuah senyuman ku temukan dari seorang pria tidak asing di hadapanku.
Pria itu pun menatapku begitu pekat, sedangkan aku menundukkan pandanganku.
Dia mulai membuka bibirnya, "Ra, hot cappucino."
"Ok." Balasku, lalu dia pun tersenyum. "Kamu duduk di mana, Mas?"
Dia pun menunjukkan ke sebuah meja di ujung sana. Lalu, aku menganggukkan seolah memberi kode kalau sudah siap aku akan mengantarnya.