"Kamu yakin baik-baik saja?" tanya Barra di dalam mobil dengan menatap wajah adeknya. "Kakak bawa kamu ke rumah sakit?"
"Kak, aku hanya butuh isthirahat saja. Nanti tiduran pasti akan sembuh," jawab Sasi menatap kakaknya. "Ini cuman pusing sama masuk angin doang. Jadi kakak nggak usah cemas."
"Dek, tapi kamu pucat banget," ujar Barra seraya menyetir mobilnya.
Sasi memang merasa sangat pusing sejak mengingat kejadian malam itu. Bahkan wajah pria bertopeng itu terlihat sangat jelas bahkan melayang-layang dalam benaknya. Ia memang merasa masih trauma sekali dengan kejadian itu. Dia merasa kalau hatinya tidak tenang sama sekali.
Barra sesekali memperhatikan adeknya. Ia cemas kalau ada sesuatu yang disimpan Sasi dalam pikiran dan hatinya. Namun ia tidak ingin menerka-nerkanya. Ia hanya ingin kalau Sasi menceritakan apa yang telah mengganjalnya.
Helaan napas berat Sasi begitu terdengar di telinga kanan Barra.
"Dek, apa kamu baik-baik saja?"