Daun yang sudah berguguran dalam sebuah musim. Kegersangan dalam hati yang tidak bisa diduga. Semakin menahan perasaan yang tidak menepi sama sekali. Kini hanya ada sebuah kata yang mampu terlintas dalam angan-angan pilu. Semua kelabu hingga embusan napasnya.
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Aku?" Allan menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, masa setan?" cetus Melisa menatap Allan yang sedang dalam perasaan galau.
Allan pun nyengir menatap Melisa, ia merasa ada sepotong hatinya yang remuk. Ia menghela napas berat lalu menatap Melisa. "Kenapa ya kita sudah tulus mencintai seseorang, eh malah dia menolak kita?"
Melisa pun menatap wajah Allan. "Kita tidak dapat menerka-nerka hati seseorang, karena kita tidak memiliki kekuatan itu."
"Iya, aku paham itu, Mel. Aku merasakan kalau cinta itu datang kepada pelabuhan yang tidak tetap. Aku mencintai dia, namun dia menepiskan cintaku. Inikah rasanya cinta sepihak?"