HIKS! HIKS! HIKS! Suara tangis di sebuah lobby rumah sakit. Barra tidak sengaja mendengarkannya. Ia menatap seorang perempuan di sana. Ia merasa tidak asing dengan sosok perempuan itu, lalu dia pun menghampirinya dengan melangkahkan kedua kakinya ke sana.
Perempuan itu menangkupkan kedua telapak tangannya di wajahnya.
Ehem! Barra berdeheman, lalu ia melihat perempuan itu dengan kedua bulir air mata terjatuh sangat deras sekali. Dia merasa sangat bersalah ketika melihat perempuan itu.
"Tina?"
"Pak Barra mau apalagi? Semua ini gara-gara pak Barrra!" Tina pun menangis semakin kencang hingga menjadi perhatian banyak orang.
"Tina, kamu kecilkan suaramu. Nanti mereka kira kalau saya sedang melakukan sesuatu kepadamu," kata Barra menyerahkan sebuah sapu tangan untuk segera menghapus air matanya dan berhenti menangis.