Dua hari telah berlalu, tidak ada suara maupun senyumannya. Rasanya semua terasa hambar bagi Barra. Ia merindukan suara gadis itu. "Apaan aku ini?" tepisnya yang berusaha membayangkannya. Ia mulai menghela napas perlahan-lahan dari mulutnya. Kedua kelopak matanya berusaha dia tutup.
Semenjak kemarin isi kepalanya tentang Aksara. Bahkan ia berusaha membuang semua isi kepalanya agar wajah itu tidak terbayang-bayang. Ia ingin melepaskan perasaan yang sudah terlambat. Ia baru merasakan ada sebuah getaran asmara dalam hatinya.
"Kamu kenapa, Barra?" celetuk Syahid yang tidak sengaja memperhatikan putranya yang sedang melamun di taman belakang rumah. Ia merasa penasaran dengan apa yang sedang dilamunkan putranya karena nggak biasanya ia melihat seperti itu.