Terkikis akan sebuah hati yang terasa begitu sangat pekat. Sebuah panah asmara menusuk ke dalam jatuh ketika terlepaskan dari busur panas. Rasa ini kembali datang seiring dengan berjalannya waktu. Namun dia tidak menemukan sebuah jejak ingatan masa lalu. Helaan napas terasa begitu berat hingga dia mulai menutup kedua kelopak matanya.
Sebuah helaan napas menatap langit malam. Sebuah rasa yang tidak mampu terbaca akan sebuah jejak masa lalu yang begitu samar-samar. Suara-suara itu kembali mengusik kedua telinganya. Kesendirian hingga sebuah kehampaan. Menepi dalam hati yang masih belum bisa menebak-nebak tentang semuanya.
"Barr?"
"Hmmm.." Barra menoleh menatap seorang wanita paruh baya dengan sepasang piyama. "Bunda?"
"Tumben, kamu ada di sini, nak?" tanya Lara, ibunya.