Menatap bintang di langit, menikmati sebuah keindahan semesta. Hati mulai terkikis akan sebuah perasaan yang beradu dalam semesta. Barra pun menatap rembulan.
"Barra?!"
"Lama sekali kamu, Mel."
"Sorry, tadi aku ada bimbingan sekolah, jadi pulangnya agak molor," cengir Melisa dengan menunjukkan deretan giginya yang putih tertata begitu rapi. "Jangan ngambek dong, Bar."
"Siapa yang ngambek?" ujar Barra. "Cuman menunggu itu melelahkan."
Melisa malah tertawa melihat wajah cemberut Barra. "Udah jangan cemberut begitu dong. Senyum!"
Barra memang tidak bisa marah kalau bersama Melisa. Dia lebih memilih mengalah.
Keduanya duduk di halte sekolah.
"Bar, aku boleh cerita nggak?"
"Boleh. Emang kamu mau cerita apa?"
Melisa pun tersipu malu. "Aku jadian sama kakak kelasku. Dia ketua osis di sekolah."
"Terus?" selidik Barra.
