Senja telah berakhir namun sebuah perasaan dilema akan sebuah keputusan masih menari-nari dalam sebuah ingatan Aksara. Wajahnya terlihat begitu muram menatap sebuah jendela kafe dekat sudut kota Surabaya. Helaan napasnya begitu terasa sangat berat.
"Kau kenapa?" tegur Ave duduk di hadapan Aksara yang sedang dalam lamunan.
Aksara hanya menatap Ave lalu menghela napas kembali melalui kedua rongga hidungnya. Ia menatap sendu seolah ada sebuah kata yang tidak akan mampu terbaca oleh hatinya. Ia merasakan sebuah jeratan wasiat dari ayahnya sebelum meninggalkan dunia.
"Ra?" tegur Ave kembali.
"Hmmm," balas Aksara dengan sebuah tatapan kosong. Senyuman terlihat begitu sangat suram sekalim Ia mulai menetralkan sebuah perasaannya tentang perjodohannya dengan pria yang tidak pernah dia cintai sejak pertama bertemu.
Ave pun hanya mampu terdiam sambil menatap senyuman yang tersirat begitu mengisyaratkan sebuah pesan di dalamnya. "Apa kamu pikirkan, Ra?"
