Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Diary of 21st Century

🇮🇩ZaraZae
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8k
Views
Synopsis
Masa muda adalah pencarian jati diri. Itulah yang mereka katakan. Mudah sekali diucap. Untuk anak di abad ini, hal itu tidaklah mudah. Tidak ada yang mudah untuk mencari jati diri di abad ini. Perjalanan yang perlahan menghancurkan diri dan membangun kepribadian sebagai introspeksi. Terkadang jati diri itu menghilang tak bisa di temukan terkadang juga jati diri menghampiri karena pilihan yang berat. Isaac Caldwell, pria malang yang tersembunyi. Selalu berusaha tampil tanpa cacat walau dirinya hancur. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berusaha untuk tidak membuat orang lain mengkhawatirkannya. Itupun kalau ada yang benar benar mengkhawatirkannya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Before the Diary

TeaforLyfe

Kalian harus berhenti membuatku

Terlihat konyol

HugtheNovel

Oh, diamlah! Kau menggangguku.

Kertas-kertas ini sudah cukup

Memuakkan.

DIYtotheRescue

Kalian berdua tidak ada habisnya.

HugtheNovel

Salahkan dia!

TeaforLyfe

Oh, shut up!

Konyol sekali! Setelah grup ini hidup kembali, mereka jadi tak bisa berhenti mengganggu notifikasi ku. Tanpa sadar aku tersenyum lebar sambil membaca pesan-pesan mereka. Well, ini hari dimana kita akan bertemu. Dimana janji yang seharusnya sudah terkubur malah menjadi kenyataan.

Secepat mungkin diriku mengenakan pakaian yang cukup hangat karena di sini musim gugur. Sweater hitam turtleneck yang dibalut coat abu serta celana jeans hitam panjang. Seharusnya kami bertemu 1 jam lagi. Tapi, aku sudah tak sabar. Aku harus bersiap diri lebih dulu sebelum bertemu dengan mereka. Setelah siap, aku segera menaiki mobilku lalu pergi menuju tempat pertemuan itu.

Sebelum menginjak gas, aku membuka grup dan membaca kembali pesan yang kukirim 5 hari yang lalu. Ketika membacanya, hanya senyuman yang terbentuk. Dan tentunya dengan hati yang sangat gembira.

You

Let's go to German!

Dan dua menit kemudian, dia menjawabnya...

HugtheNovel

See you there!

Sampainya di tempat tujuan, aku langsung memesan meja untuk empat orang dan segelas kopi. Jujur, aku sangat takut dan gugup. Aku tak bisa menghentikan kakiku yang terus mengetuk-ngetuk lantai. Berulang kali aku membuka grup chat dan belum ada notifikasi apapun. Mungkin sedang siap-siap.

Ya, mereka sedang siap-siap. Tidak mungkin mereka tidak datang. Atau mungkin aku kirim mereka foto bahwa aku sudah datang. Tapi, itu akan membuat mereka tergesa-gesa dan khawatir karena tidak ingin membuatku menunggu.

Oh, ayolah Isaac! Jangan lagi! Kau harus hilangkan kebiasaan itu. Jangan terjebak di hal itu lagi!

Baiklah, ini dia selfie! Gunakan timer, tak perlu di pegang, karena mereka harus melihat semuanya. Dan...

Click

Buruk sekali! Sudah kuduga, aku memang tidak bisa berpose. Aku langsung membuka grup dan dengan segala rasa malu, aku mengirimnya pada mereka.

You

Guys! Aku sudah sampai.

Dan tak lama, mereka pun menjawab...

TeaforLyfe

Kau baik-baik saja kan?

Sejak kapan style mu jadi keren?

Oh, iya satu lagi! Aku tidak bisa

Melihat wajahmu.

HugtheNovel

Give him a break! Oh, ya rambutmu

Berantakan. Dan apa itu? Susu? Kopi?

DIYtotheRescue

Kalian tidak ada bedanya.

Sejak kapan kau menunggu?

You

Tidak lama. Sekitar 15 menit yang lalu

TeaforLyfe

Itu lumayan lama bung!

Kita harus segera datang! Tenanglah!

Aku datang sebentar lagi.

HugtheNovel

Aku yang kedua, dasar bodoh!

DIYtotheRescue

Hah?

TeaforLyfe

Hah?

HugtheNovel

Aku sudah sampai depan kafe.

Oh, tuhan! Dia sudah datang. Aku segera merapikan bajuku dan rambutku. Setelah itu terdengar lonceng pintu kafe. Itu pasti dia. Suara sepatunya terdengar mengetuk-ngetuk, sampai akhirnya sosok itu muncul di hadapanku. Aku mendongak melihat wajah yang telah lama tak kulihat. Aku tak percaya kalau hari ini kita bertemu lagi.

"Hey, Isaac!"

Janji itu menjadi sebuah kenyataan.