Vika menggamit lengan Jesika saat jam istirahat. Gadis berkaca mata itu terlihat ketakutan.
"Haduhh! Jangan menatapku seperti itu. Aku cuma mau minta bantuan kamu. Ayo ikut ke kantin, aku traktir," tarik Vika.
Jesika menurut, meski dengan pandangan was-was. Vika terkenal di sekolahan sebagai ketua geng. Apalagi prestasinya dibidang olahraga cukup bagus, membuat segan beberapa siswa.
"Mau minum apa? Makan juga boleh," tawar Vika. Jesika menggeleng.
"Duh, kan udah kubilang nggak usah takut. Apa aku segalak itu?" sungut Vika. Jesika menunduk.
"Oke, aku minta maaf kalau membuatmu takut. Tapi aku mau minta tolong ...." Vika terdiam sesaat karena pelayan kantin datang.
"Mau apa, Mbak Vika?" tawarnya manis. Saking terkenalnya, sampai di kantin pun ia dilayani.
"Es jeruk 2 sama mi ayam 2, Mbak," senyum Vika. Pelayan itu bergegas pergi untuk mengambilkan pesanan. Jika tidak terlalu ramai, pengunjung kantin bisa memesan makanan lewat pelayan.