Matahari sore menyelimuti area persawahan yang mulai menguning. Seiring angin berhembus, terdengar suara "kelontang" dari kaleng susu yang diikat dengan orang-orangan sawah. Mengusik kawanan pipit yang bersiap menyerbu bulir-bulir emas padi.
Vika berhenti sejenak, di bawah pohon kersen pinggir jalan. Hamparan sawah di depannya, mengirim angin semilir yang melenakan mata.
Beberapa saat yang lalu, ia berkeliling kota menggunakan sepeda. Bahkan perempatan tempat Adel kecelakaan ia datangi. Hingga kakinya pegal, ia tidak menemukan apa pun.
"Apa aku datangi rumahnya lagi aja, ya," gumam gadis itu melirik jam tangan yang menunjukkan angka 3.
Suasana cukup lengang. Vika sedari tadi tidak berjumpa dengan petani. Jalanan sini mungkin cukup menyeramkan jika malam hari. Kanan kiri sawah terbentang tanpa terlihat masing-masing ujungnya.