Tuan besar mengengam erat botol minuman ditangan. Saat ini ia berada di kuburan nyonya besar pertama. Berulangkali ditenggak minuman tanpa peduli rasa membakar yang dirasakannya. Lama tak datang. Kini datang hanya untuk menghibur hatinya yang sakit. Minuman keras hanya sebagai pendamping di kala terpuruk.
"Hei nyonya, kamu selalu benar. Apa kamu cenayang hah!" teriaknya kesal. Kepalanya berputar-putar memikirkan bagaimana air mata Shizuru melukai harga dirinya sebagai calon ayah mertua. "Nyonya, apa kabarmu. Apa kamu baik-baik saja tidur disini?" tanyanya sambil menepuk-nepuk batu nisan bertuliskan nama istrinya.
