"Apa mau mu?"
"Bersamamu"
Sontak kerutan sedalam 5cm di dahi Tanaya timbul. Dabrien ingin tertawa namun ia berusaha bersikap dingin, bukankah perempuan menyukai wanita yang sok keren dan dingin pikirnya.
"Apa kamu demam, dokter?"
Giliran dokter Dabrien mengerutkan keningnya saat tangan Tanaya memeriksa dahinya lalu membandingkan dengan dahinya sendiri. Tanaya mengelengkan kepala seperti bingung, Dabrien mengutuk dirinya yang terlalu percaya diri. Berulangkali Tanaya mengerakkan tangannya ke arah dahinya dan dahi Dabrien seperti meyakinkan dirinya jika tidak ada masalah dengan Dabrien. Hal ini sangat mempesona di mata Dabrien, selama ini belum pernah ada yang peduli dengan kesehatannya, perhatian kecil Tanaya sangat mengusik relung hati bagian dalamnya. Tampak imut dengan wajah serius Tanaya yang disertai kebingungan.
"Tidak"