Shizuru memperhatikan Tanaya dengan senyum di wajahnya. Saat ini Tanaya aktif berjalan sesuka hati. Ingatannya melayang saat pulang bersama Morgan. Tak ada pembicaraan setelahnya, kecuali wajahnya yang seperti menahan marah. Sepanjang perjalanan seperti bingung mirip gunung mau meletus tapi tak tahu kapan akan terjadi. Shizuru juga tak ingin membahasnya. Saat ini, ia tidak menginginkan keributan. Demi Tanaya , ia akan bertahan. Kali ini, ia tidak akan lari, cukup di masa lalu.
"Kemari Tanaya sayang"
Panggil lembut Shizuru kepada putri satu-satunya. Tanaya berlari dengan tertatih-tatih dan wajah bahagia mendengar ibunya memanggil namanya. Ada kebahagiaan dan pengharapan yang dipanjatkan Shizuru, semoga badai yang menghampiri keluarga kecilnya akan segera berhenti.