Morgan meninggalkan Remy diatas tidurnya. Ia membuka pintu balkon kamar Remy yang menampilkan pantai. Rokok dibibir dinyalakan. Perasaan gundah tak ingin meninggalkan Remy di Bali sangat kuat tapi bagaimana caranya, ia takut seperti Shizuru yang kabur. Kepalanya berfikir keras. Ini Remy bukan Shizuru. Denyutan di bagian vitalnya bergelora lagi setiap memikirkan Remy, sangat berbeda jika bersama Shizuru. Asapnya mengelilingi Morgan seakan memberi semacam tanda yang hakiki untuk memilih.
Remy bergerak-gerak dalam tempat tidurnya, badannya remuk. Tak habis pikir, bagaimana bisa laki-laki seperti Morgan menerjangnya tanpa mengurangi kekuatannya sendiri. "Remy, mengapa kamu bangun? apa kamu lapar?" tanya Morgan mendekat, tadi ia sedang melihat Remy dan reaksi bangunnya sangat polos tak ada cela, terlalu indah untuk dikatakan.