Luna hanya bisa menghela napas saat melihat bak sampahnya terbakar di halaman, rerumputan kering yang ringan terlempar kemana-mana.
"Oh, hahaha!" Aodan tertawa tanpa rasa bersalah, menangkap rerumputan yang berjatuhan kemana-mana, halaman Luna bukannya bersih, tapi kembali berantakan.
"Aodan!"
"Maaf-maaf!" Aodan langsung mengumpulkan sampah dan rumput, untuk dimakan api kembali. "Habisnya kalau dibakar, kan lebih efisien, langsung habis. Tidak perlu bolak-balik ke tempat pembuangan."
Luna menatap api yang berkobar, perkataan Aodan tidak salah, benar malah. Tapi … tapi tidak sampai membakarnya di halaman sendiri juga, kan?
Rumput hijau kesayangannya menjadi hangus.
"Padamkan apinya sekarang juga!"
"Kenapa?" Aodan enggan, mengumpulkan rerumputan lebih banyak dan memasukkannya ke dalam api.
"Jemuranku!" Luna menggertakkan gigi, ia berjalan ke arah Aodan dengan langkah cepat, mencubit laki-laki itu. "Aodan, kau mau membuat jemuranku bau asap, ya! Padamkan, padamkan apinya!"