Luna terdiam mendengar perkataan Istvan, tangannya tanpa sadar meremas ujung pakaiannya.
Apakah ia siap?
"Kau tidak … siap?" Istvan berbisik, takut kalau Aodan akan mendengar dan mereka akan mendengarkan ocehan panjang dari laki-laki bermata keemasan itu. "Tidak mungkin, kan?"
"Tidak, tidak." Luna langsung membantah, ia menggelengkan kepalanya. Wajahnya itu berwarna merah sekarang. "Bukannya aku tidak siap, tapi aku ingin melihat kerja kerasnya dulu dan juga rasanya … sangat tak terbayangkan."
Luna tidak tahu apa yang akan terjadi kalau mereka menikah, ia memang mengatakan harus mempersiapkan berbagai hal dan hal itu adalah hatinya lebih dulu. Ia tidak tahu bagaimana ia akan menghadapi Aodan yang ada di sisinya setiap waktu dan mereka terikat dalam sebuah ikatan pernikahan.
Lalu mereka akan punya anak.
Hanya dengan membayangkan itu saja sudah membuat perasaan Luna tak karuan, ia mengusap pipinya dengan pelan dan tersipu.
