Seolah ada perjanjian yang tidak tertulis di antara mereka, baik Aodan atau pun Aluna tidak lagi membahas masalah yang mereka bicarakan tadi pagi, mereka memilih untuk menganggap apa yang terjadi tadi hanya sebuah angin lalu.
"Lihat apa yang kubawa," kata Aodan dengan tangan tersembunyi di belakang punggungnya, ia tersenyum lebar.
Sang Putri duduk di sebuah kursi kayu, di bawah pohon yang ada di halaman, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum.
"Apa itu? Kau paling hanya membawakan buah liar lagi."
Aodan mendengkus, berpura-pura cemberut. Tapi kemudian berlutut di depan Aluna dan mengeluarkan buket bunga yang ia susun dengan bahan seadanya.
"Oh, bunga!" Aluna langsung menyambutnya dengan senyum sumringah, bunga yang dibawa oleh Aodan adalah mawar liar yang tumbuh di sekitar, mungkin tidak terlihat menarik dengan mawar yang biasanya ada di kerajaan.
Tapi bagi Luna, bunga ini adalah hal yang paling luar biasa yang ia terima.
"Kau menyukainya?"