Larson pergi ke perbatasan kota seperti biasa, tidak melakukan apa-apa selain menjadi tunawisma yang berkeliaran di jalanan.
Untungnya tubuhnya yang tinggi dan wajahnya yang tampan sehingga ia tidak direndahkan orang-orang dan menarik perhatian, Larson awalnya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk bermain bersama para gadis, tapi mengingat Istvan, ia urung.
"Grace!" Larson berseru, lalu menutup mulutnya dan berdehem dengan pelan.
"Tuan Larson, berapa kali sudah kubilang namaku bukan Grace? AKu Niken!"
Seorang gadis berpakaian sekolah menyipitkan mata ke arah Larson, di belakangnya tas punggung berwarna ungu muda bergerak dihiasi dengan gantungan bulu-bulu pink lembut berwarna merah muda.
Niken bertemu dengan Larson dalam situasi yang aneh ketika ia menunggu bus untuk pulang, Larson tiba-tiba saja memegang tangannya dan memanggilnya Grace berkali-kali.
