Hujan semakin deras mengguyur ke atas tanah yang mulai tergenang air, asap tipis perlahan-lahan mulai hilang dan beberapa hal yang sudah terbakar menjadi puing-puing tenggelam dalam genangan air.
"Istvan, kau akan menolong Aodan, kan?"
Luna menatap Istvan sambil mengusap air matanya, sang Naga Hujan akhirnya berjalan dengan pelan mendekati Luna, berjongkok dan tangannya terulur hendak menyentuh dahi Luna.
"Apa yang kau lakukan?!"
Luna menangkap tangan Istvan sambil memundurkan kepalanya, meski biasanya setiap kali Istvan muncul selalu memasang wajah datar dan dingin, tapi hari ini Luna melihatnya dengan sedikit berbeda.
Istvan tidak pernah melakukan sesuatu hal yang aneh tanpa alasan dan ini adalah gerakan yang sangat mencurigakan.
Istvan menurunkan tangannya, beralih menggenggam tangan Luna dengan erat.
"Maaf. Aku harus menghapus ingatanmu," kata sang Naga Hujan dengan datar, mengabaikan Aodan yang terluka di antara mereka berdua.
"Apa?"