Aodan memperhatikan Luna selama beberapa hari terakhir, ia bahkan hampir tidak mengedipkan matanya ketika Luna berlalu lalang di depannya untuk menyiapkan makanan.
Setelah mereka kembali dari festival ulang tahun Ibukota, Luna menjadi semakin sibuk dengan butik dan rancangan gaunnya untuk Istvan. Hampir setiap hari orang-orang datang ke butik untuk melihat gaun-gaun yang memiliki gaya serupa dengan yang dipakai oleh Istvan.
Butik Luna awalnya tidak memiliki nama, tapi atas desakan Jennie butik itu kemudian dinamakan Amour.
"Sudah puas melihatku?" Luna menaruh dua gelas teh di depan Aodan dan dirinya. "Ayo cepat makan, aku masih harus menyelesaikan beberapa hal lagi setelah ini."
Aodan tidak menjawab, menggulung makanan dengan garpunya dengan malas. Mereka berdua lalu makan dalam keheningan.
Luna tidak ambil pusing dengan Aodan, dalam pikirannya asalkan si kadal sudah di siapkan makanan maka ia tidak akan merajuk atau meninggalkannya lagi.
"Kenapa?"