Chereads / Be My Bride / Chapter 16 - Hari Sebelum Badai 5

Chapter 16 - Hari Sebelum Badai 5

Dua hari kemudian, Luna menyelesaikan gaun yang akan dipakainya dengan jas yang akan dipakai oleh Aodan, surat undangan yang sempat ia lemparkan ke bak sampah telah ia pungut kembali.

Sejak siang ia sudah membantu Aodan untuk memakai setelan jas yang ia buat, laki-laki itu memiliki postur tubuh yang tinggi dan badan yang tegap, sehingga apa pun yang ia pakai akan terlihat sempurna.

Kecuali satu hal.

"Ini terlalu erat, aku tidak bisa bernapas." Aodan menyentuh dasi yang melilit lehernya, benda manusia yang dipakai di peradaban ini terlalu rumit. "Bisa aku tidak pakai ini?"

Aodan bukan seperti Gerald yang selalu rapi kemana pun ia pergi, ia terkesan berantakan dan sedikit liar. Namun, jika soal ketampanan wajahnya, Gerald berada jauh di bawah Aodan.

Luna tidak tahu harus bersyukur atau apa, ia harus memiliki kesabaran ekstra hanya untuk mengurus Aodan.

"Baiklah, kau tidak usah memakai dasi, cukup buka saja jas dan kancing atas bajumu." Luna mengacak-acak rambut hitam Aodan, sekarang ia terlihat seperti laki-laki yang tangguh.

"Oke, lalu di mana makanannya?" Aodan menghindari sisir yang Luna pegang, ia melongokkan kepalanya ke luar dari kamar, Luna belum juga menyiapkan apa pun.

"Tidak ada makanan sampai kita pergi ke pesta."

"Ah?!" Aodan langsung mendongak. "Kenapa begitu? Kau sengaja, ya?!"

"Nanti kau akan berubah." Luna menepuk bahu Aodan. "Makan ini dulu dan duduk manis di sofa depan sampai aku selesai berdandan."

Aodan tidak asing dengan apa yang disodorkan oleh Luna, itu adalah permen rasa coklat, Luna memiliki banyak di dalam toples dan hampir semuanya dimakan oleh Aodan.

"Hanya tiga?"

"Ya sudah kalau begitu dua."

"Oh, tidak! Tiga bagus!"

Aodan langsung menarik tiga permen coklat itu dan kabur keluar dari kamar Luna.

Luna tidak ambil pusing, meskipun Aodan berbadan lebih besar darinya, wanita itu tidak khawatir Aodan akan melakukan hal yang tidak senonoh padanya, karena kapasitas otak Aodan tidak berbeda dengan anak kecil.

Mungkin hal itu dikarenakan Aodan yang sebenarnya adalah seekor kadal.

Luna melihat gaun berwarna biru pastel yang ia buat dengan sepenuh tenaga, meski sekilas terkesan sederhana tapi tidak bisa yang dipungkiri kalau gaun yang Luna buat merupakan gaun dari bahan terbaik dan paling mahal.

Luna merias dirinya di depan cermin, dulu ia jarang berdandan di depan Gerald karena percaya dengan ucapan Rachel yang mengatakan suaminya lebih suka dirinya apa adanya.

Tapi ia salah, Rachel melakukan itu semua untuk memanipulasi dirinya agar terlihat semakin konyol dan Gerald menjadi semakin tidak menyukainya.

"Aku benar-benar naif dulu." Luna menarik napas dalam-dalam. "Lihat saja Rachel, aku akan membuat Gerald melihatku malam ini."

Luna menggerutu beberapa hal sambil merias dirinya, sedangkan Aodan duduk di depan televisi dengan wujud seekor kadal dan tidur.

Ketika sore menjelang, Luna telah siap bersama Aodan yang sudah kembali ke wujud manusianya, laki-laki itu beberapa kali mengerutkan keningnya dan menatap Luna dengan pandangan yang aneh.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan wajahku?"

Ditatap terus menerus oleh Aodan mau tidak mau membuat Luna menjadi sedikit gugup.

"Sihir macam apa yang kau gunakan? Kenapa wajahmu terlihat lebih cantik?"

PLAK!

Luna langsung menampar lengan Aodan, mendengkus dengan marah.

Apa selama ini ia terlihat jelek makanya Aodan tidak mempercayai kekuatan riasan yang ia pakai?

"Serius, kau terlihat cantik, tapi tadi terlihat jelek." Aodan kembali mengoceh, entah maksudnya memuji atau menghina Luna tidak tahu, ia terlalu jujur.

Luna memakai gaun biru pastel yang melekat indah di tubuhnya, riasannya tidak terlalu tebal tapi nyaman dilihat dan membuatnya terlihat lebih muda, ia tidak memakai banyak aksesoris, tapi dengan wajah dan gaun yang ia pakai sudah cukup memperlihatkan betapa elegannya Luna.

"Berhenti bicara!" Luna melotot, sebuah taksi yang dipesan Luna secara online telah menepi di depan rumahnya. "Kau tidak boleh bicara apa pun yang terjadi di pesta nanti, diam sampai aku menyuruhmu bicara, oke?"

"Kenapa?" Aodan tentu bukan orang yang mudah menerima larangan, ia akan bertanya alasannya hingga ke akar-akarnya. "Bagaimana kalau aku ingin berubah?"

Aodan lapar, di pesta nanti pasti banyak makanan, tapi Luna sangat pemarah dan melarangnya ini dan itu.

"Kau tidak boleh bicara dan makan apa pun sampai kita pulang," kata Luna lagi memperjelas larangannya. "Kalau kau patuh, aku akan membuatkan apa pun yang kau inginkan, bahkan jika kau ingin makan mie instan lima kali sehari pun akan aku turuti."

"Oh, oke." Aodan menyeringai senang, ia sudah menonton banyak acara televisi akhir-akhir ini dan ia tahu benar apa yang ia inginkan selain mie instan.

Wanita itu memutar kenop pintu dan Aodan mengikuti di belakangnya, karena suasana sore hari terasa sangat sejuk dan santai, tidak sedikit orang yang ada di teras dan mereka terkejut melihat sosok laki-laki bertubuh tegap yang keluar dari Luna.

Tidak dapat dipungkiri jika Aodan memiliki ketampanan yang luar biasa, ia hanya mengenakan setelan jas hitam terbuka yang tidak terlalu rapi dan rambutnya acak-acakan, tapi sukses membuat beberapa pasang mata para wanita yang melihatnya hampir tidak bisa berkedip.

Aodan terbiasa dengan pandangan orang-orang yang melihatnya seperti hewan langka, ia memasang raut wajah dingin dan membukakan pintu lebih dulu untuk Luna.

Luna tersenyum tipis, dalam hati ia mengejek para tetangganya yang selalu mengatainya gila sekarang melongo hanya karena melihat Aodan yang berjalan.

Mungkin jika mereka sadar bahwa Aodan adalah seekor kadal, mereka akan menjerit jijik.

Aodan sudah belajar banyak hal melalui televisi dan ia memutar untuk ke sisi lain, masuk tanpa menoleh ke arah tetangga-tetangga Luna.

Taksi tidak menunggu lama, langsung melesat meninggalkan jalanan, meninggalkan para tetangga yang masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Siapa … siapa laki-laki tadi? Kenapa dia bisa bersama Luna?"

Bibi Hanah sangat terkejut sampai-sampai matanya hampir keluar dari tempatnya, ia menoleh ke arah wanita yang menjadi pelanggannya. "Apa kalian lihat laki-laki tadi?"

Bibi Hanah adalah tetangga Luna dan ia selalu tahu apa yang dilakukan Luna, memang akhir-akhir ini Luna terlihat lebih bersemangat, tapi ia tidak pernah melihat ada seorang laki-laki tampan berkeliaran di sekitar Luna.

"Ya, aku melihatnya, dia sangat tampan."

Wanita yang menjadi pelanggannya adalah tetangga di seberang rumah Luna, seorang wanita karir yang hanya punya waktu sore hari untuk bersantai dan ia benar-benar terpukau melihat sosok Aodan, rasanya seperti melihat seseorang yang ada di televisi.

"Benar, dia seperti seorang artis," sahut pelanggan yang lain dengan antusias.

Bibi Hanah ingin ikut nimbrung memuji ketampanan laki-laki itu tapi kemudian ia teringat satu hal. "Huh, pantas saja ia berdandan, hari ini adalah hari pernikahan mantan suaminya, mungkin saja laki-laki itu adalah laki-laki bayaran yang didapatnya dari aplikasi."

"Ah, itu benar." Wanita karir itu mengangguk-angguk. "Tidak mungkin orang gila akan mendapatkan pasangan secepat itu, ia pasti menghabiskan banyak uang hanya untuk memamerkan kebodohannya pada mantan suaminya."

Gosip terus berlanjut dan nama Luna semakin buruk, seakan Luna merupakan orang yang tidak akan pernah pantas untuk mendapatkan yang namanya kebahagiaan.