Empat ban mobil mewah berwarna hitam tiba-tiba meledak di siang bolong, tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi hal itu benar-benar terasa tidak mungkin, seperti ada yang salah.
"Luna, kadalmu ini!" jerit Rachel dengan suara yang membahana, ia langsung keluar dari dalam mobil dan menatap Luna dengan awas. "Kau sengaja menakutiku, ya?! Rencana jahat apa yang kau rencanakan?!"
Luna yang masih berdiri di teras tertawa, kadal hitam yang merayap di atas mobil melompat ke atas pagar dan menjulurkan lidahnya lagi ke arah Rachel.
"Menakutimu bagaimana? Itu hanya kadal yang kupungut sembarangan, mustahil dia bisa meledakkan empat ban mobil sekaligus. Seharusnya kau periksa ke bengkel, siapa tahu kalau ternyata … mobil itu adalah mobil bekas?"
Luna tidak menahan dirinya untuk tidak membalas semua ucapan Rachel, terutama ketika para tetangga berdatangan melihat kedatangan mereka.
Wajah Gerald merah padam, ingin membantah tapi tidak tahu harus membantahnya bagaimana. Pasalnya mobil mewah yang baru saja ia beli ini adalah hadiah pertunangannya dengan Rachel, umurnya bahkan belum mencapai sebulan melintasi aspal panas, bagaimana bisa empat ban mobilnya meledak secara bersamaan?
Pasti ada sesuatu, tapi tidak mungkin seekor kadal yang melakukannya kan?
Rachel tidak dapat berkata-kata, semua tetangga saat ini melihat mereka, ia mendengkus pelan dan mengipasi wajahnya.
"Gerald, cepat panggil mobil derek," katanya dengan suara yang manja, matanya menyipit ke arah Luna seakan sedang mengisyaratkan sebuah dendam.
Luna mencibir, betapa cepatnya raut wajahnya berubah, ia seharusnya tahu jika Rachel adalah orang yang bermuka dua.
"Ya, tunggulah sebentar." Gerald menjauh dan mengambil ponselnya, Luna balik tersenyum penuh kemenangan menatap dua pasangan pengkhianat itu.
Keributan di halaman itu berlangsung selama setengah jam, Rachel beberapa kali melayangkannya tatapan tajam ke arah Luna dan kadal yang ada di lengannya, dalam hati ia sangat yakin kadal hitam itu pasti sudah melakukan sesuatu pada mobilnya.
"Jangan terlalu senang, Luna." Rachel mengangkat dagunya tinggi-tinggi. "Kau harus hadir ke pernikahanku dengan Gerald minggu depan, ingat bawa kekasihmu … jangan membawa kadal liar ini."
Kadal hitam itu mendesis ke arah Rachel, Luna menangkap kepalanya dan balas mengangkat dagu.
"Tentu saja, aku akan membuat kalian semua terkejut dengan kekasihku."
Gerald menatap kepercayaan diri Luna dan menghela napas panjang. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya, ia pikir Luna akan menyesali perceraian mereka dan berharap kembali.
Bukan tanpa alasan Gerald berpikir seperti ini, ia tidak bisa melupakan bagaimana mata Luna yang menatapnya penuh dengan rasa sakit di sidang perceraian mereka, wanita itu menangis.
Gerald masih memiliki keyakinan Luna mencintainya. Awalnya ia pikir Luna akan sangat terpuruk dan sakit-sakitan melihatnya bersama Rachel. Tapi ternyata Luna dalam keadaan segar bugar dan ia terlihat sedikit berias, rumah pun terlihat sangat bersih dan aroma masakan Luna yang lezat menguar di udara.
Sama sekali tidak ada tanda-tanda terpuruk.
"Gerald, ayo!" Rachel mendorong lengan Gerald dengan tidak sabar, semakin ia dipelototi oleh kadal hitam yang menempel di lengan Luna, semakin ia merinding.
Pasti ada yang salah dengan kadal itu!
Gerald menatap Luna, lalu masuk ke dalam mobil taksi, mereka lalu pergi tanpa kata-kata.
Luna menghela napas, rasanya seperti sebuah simpul yang selama ini di hatinya telah terlepas. Ia tidak ingin beramah tamah dengan tetangganya dan langsung masuk ke dalam rumah.
Aodan melompat ke lantai, berjalan dengan cepat ke atas sofa dan mengibaskan ekornya. Luna menghempaskan tubuhnya dan bersandar.
"Kau melakuan yang tadi?!" Luna membulatkan matanya lebar-lebar, ia menatap kadal itu dengan penasaran. "Bagaimana kau bisa melakukannya?"
Luna tahu Aodan adalah kadal jadi-jadian, tapi ia tidak tahu kalau Aodan bisa melakukan hal supernatural seperti tadi.
Tapi itu cukup bagus, sesekali Rachel harus diberi pelajaran untuk kesombongan yang ia miliki.
Luna menatap Aodan dan menarik ekornya ke atas, memperhatikan reptil itu dengan seksama, memang di bawah kepalanya ada sisik keemasan, Kadal hitam itu bergerak-gerak memamerkan giginya yang tajam, dagunya sedikit terangkat dengan bangga, mungkin jika Aodan bisa berubah jadi manusia sekarang ia akan menepuk-nepuk dadanya.
Luna tidak mendapat jawaban yang berarti dari Aodan, Kadal hitam itu menyentuh-nyentuh tangan Luna dengan gerakan memijit, mata keemasannya itu menatap Luna dengan penuh harap.
Satu hal yang bisa Luna pahami dari tatapan matanya, makan.
Kadal ini selalu lapar, seakan apa yang selalu Luna sodorkan ke hadapannya itu tidak pernah cukup. Untung saja emas yang dijualnya beberapa hari yang lalu bisa menghasilkan banyak uang, kalau tidak … Luna akan membungkus Aodan ke dalam karung dan melemparnya ke jalanan.
"Tidak lagi, kau sudah makan lima kali." Luna menyingkirkan kadal itu ke sofa lain. "Tapi hebat juga kau bisa meledakkan ban mobil Gerald."
Luna masih mengoceh tentang apa saja yang ingin Aodan lakukan pada Gerald, berharap jika dilain waktu kadal itu bisa melakukan sesuatu yang lebih luar biasa pada Gerlad dan Rachel.
Aodan mendesis tidak senang mendengarkan ocehan Luba, merasa jika wanita itu tidak akan mengabulkan permintaannya, dengan cerdik ia merayap turun dan melesat ke dapur.
Suasana rumah kecil itu masih dipenuhi dengan ocehan Luna, wanita itu sangat berapi-api mengucapkan umpatan demi umpatan pada Gerald, tidak ketinggalan pula ia menertawakan wajah Rachel yang menahan malu tadi.
KLONTANG! KLONTANG!
Bunyi panci yang menggelinding membuat Luna tersadar jika kadal hitam itu tidak ada lagi di sisinya, wanita itu segera melesat ke dapur.
"Kadal! Apa yang kau lakukan di dapur?!"
Seekor kadal melingkar di dalam panci besar dan mengunyah potongan daging dengan pipi yang menggembung, di atas lantai kuah sup telah tumpah dan menyebar kemana-mana.
Luna tersenyum, perutnya berbunyi dengan keras.
Ia sangat jengkel, kenapa kadal hitam ini
lebih banyak makan daripada dirinya sendiri, apa perutnya terbuat dari karet sehingga terus-menerus lapar?
Wanita itu menghela napas dengan kasar, perasaan marah dirinya pada Gerald sekarang telah tergantikan dengan perasaan kesal pada Aodan.
"Sialan! Seharusnya aku membuat sup kadal saja kemarin!"
PRAK!
Luna melemparkan gelas yang ada di atas meja ke arah Aodan, Kadal hitam itu menatap Luna selama dua detik, kemudian merayap dengan cepat ke bawah meja meninggalkan semua kekacauan yang ia lakukan.
Luna menarik napas, ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Aodan, keluar!"
Kadal itu tidak bergerak, tetap diam di tempat seperti kadal mati.
Luna menggerutu pelan, rasanya ia tidak seperti memelihara seekor kadal saat ini, tapi memelihara anak berumur lima tahun.
Sangat nakal dan juga sangat manja.