Setelah mengalami kecelakaan tersebut, mereka pingsan selama lebih dari 3 jam, mereka terbangun dan melihat luka dan memar di sekujur tubuh mereka. Namun, mereka sangat terkejut saat melihat bahwa tidak ada bus atau apapun di daerah itu, "Vin, kalo bus kita kecelakaan, harusnya busnya masih ada disini dong, kok disini cuman kita berempat doang?" Michael bertanya pada Vina sambal menunjukkan ekspresi ketakutan.
"udah guys, kita buruan pergi yuk dari sini, kaki gue udah sakit banget nih" Laura memotong pembicaraan, ia sangat khawatir dan sangat takut. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah pos satpam di sekitar, dan mereka meminta bantuan satpam untuk memeriksa CCTV yang mengarah ke titik kecelakaan. Bulu kuduk mereka berdiri saat mengetahui bahwa tidak ada bus yang mereka tumpangi, bahwa tidak ada kereta kuda yang melewati bus, dan faktanya adalah mereka terserempet truk semen. "Makasih ya pak, kita udah boleh liat CCTV-nya" mereka mengucapkan rasa terimakasih mereka pada satpam itu, dan mereka berusaha untuk mencari tumpangan di daerah sekitar.
Sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh, mereka merasa bahwa mereka akan mati. Belum ada sedikitpun makanan yang dicerna oleh setiap mereka, mereka kelaparan dan kehausan, itu adalah penderitaan yang berat untuk mereka. Karena sudah tidak kuat lagi, mereka terpaksa untuk tidur di area rerumputan sisi jalan. Namun, pada tengah malam, "Nak, bangun nak, jangan tidur disini" suara itu membangunkan mereka, tampak seorang wanita yang sedang melihat ke arah mereka. "Laura, itu kan ibu-ibu yang waktu itu ngasih tau lokasi lu itu lho" Vina mengingat kejadian saat Laura menghilang dan ia tidak lupa akan wajah wanita itu. "ibu waktu itu ada di rest area kan?" Vina bertanya pada wanita itu, "nggih, non".
"kalian sebaiknya ikut saya ya, kasian kalian kalau harus tidur di tengah jalan begini" Wanita itu mengajak mereka untuk pergi ke sebuah desa di tengah hutan. "Mic, aneh ya ditengah hutan ada desa seluas ini, jadi merinding" Vito menunjukkan perasaan takut dan khawatir, "udahlah, berpikir positif aja, gausah ngaco-ngaco" Michael menegur Vito.
Setelah kurang dari setengah jam menempuh perjalanan, akhirnya sampai di kediaman milik wanita itu. Wanita itu membukakan pintu kamar yang akan ditempati oleh mereka, mereka meletakkan pakaian dan perlangkapan yang mereka bawa di kamar itu. Dengan penuh kasih saying, wanita itu mengobati luka mereka dan merawat mereka bagaikan anak kandung sendiri. "ibu udah berapa lama tinggal disini?" Laura bertanya pada wanita itu, "wah, saya udah lama tinggal disini, non" jawab wanita itu. Selain merawat mereka, tak lupa wanita itu menyediakan makanan dan minuman untuk mereka, tidak mewah namun sederhana.
"Mic, gue masih curiga deh sama orang itu, gelagatnya aneh, jangan-jangan dia niat jelek lagi" Vito kembali berpikir negatif, dan seperti biasa Michael selalu menepis perkataanya, "kalo dia berniat jahat, ngapain dia ngasih kita tempat tinggal dan ngasih kita makan, bersyukur Vit".
Wanita itupun kembali pada mereka dengan membawa minyak urut, dengan lembut, wanita itu memijat kaki mereka yang pegal karena telah berjalan jauh. "Ibu, kalo boleh tau, nama ibu siapa ya ?" Laura bertanya pada wanita itu, "nama saya Raden Dewi Sekar, non" "orang kampung sini biasa panggil saya Sekar"
~ To Be Continued