"oh jadi saya panggil ibu, Bu Sekar aja gapapa ya" Vina berceloteh, dan Bu Sekar ikut terkekeh mendengar ucapan Vina. "Nanti malam kalian mau makan apa? biar nanti ibu masakkan untuk kalian" Bu Sekar yang baik hati itu berhasil meluluhkan hati 4 sekawan itu. "Jangan bu, biar nanti kita cari makan sendiri aja, kasian ibunya nanti repot" Laura terlihat iba dengan Bu Sekar.
"Guys, ntar malem kita beli sate aja, tuh ada yang jualan gak jauh dari sini" Vito mengusulkan untuk membeli makanan daripada membiarkan Bu Sekar memasak makanan untuknya, "Duit kalian emang masih pada cukup?" Michael bertanya pada teman-temannya, menurutnya perjalanan masih panjang dan mereka harua berhemat.
"Udah, pake duit gue aja" Vito memutuskan untuk mentraktir kawan-kawannya, mereka pun setuju.
Hari sudah petang, tiba saatnya mereka harus mengisi perut, "Pak, satenya pake lontong 75 tusuk ya pak" Bulu kuduk mereka pun mulai berdiri, melihat tatapan menyeramkan penjual sate keliling itu, tatapannya seolah predator yang ingin menyantap mangsanya.
"Vin, tuh orang kok serem amat ya" Laura berbisik, sambil meraba bulu kuduknya yang sudah mulai bangun. Penjual sate keliling itu tidak berbicara sama sekali, ia tidak mengucapkan sepatah katapun, hanya tatapan kosong. "Jadi berapa totalnya pak?" Tampak Vito yang sedang mengeluarkan sejumlah nominal dari dompetnya.
Penjual sate keliling itu bahkan tidak memandang ke arah mereka. "Vit, udah lah lu tinggalin aja duitnya disitu" Michael yang sudah tidak sabar, langsung menganjurkan ketiga sahabatnya untuk mengangkat kaki dari tempat itu. Hari sudah mulai gelap, tiba saatnya mereka harus kembali ke kediaman Bu Sekar.
"Bu, Bu Sekar, kita udah bawain makanan nih buat ibu" Vina berteriak bahagia karena akhirnya ada asupan yang bisa masuk ke tubuhnya, dan akhirnya wanita renta itupun bisa merasakan makanan lezat. Namun, ada satu hal yang sangat mencengangkan, Bu Sekar menghilang dari kediamannya, 4 sekawan itu berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan Bu Sekar, namun hasilnya nihil.
"Tuh kan, gue bilang apa, ini desa tuh emang aneh, ini semua udah gak sehat dan gak masuk akal, kita keluar aja yuk"
Laura yang mulai ketakutan langsung memeluk lengan Vito, ia merasakan bahwa sesuatu yang berbahaya akan terjadi. Secara tiba-tiba, mereka melihat seorang wanita yang mengenakan kebaya merah dan tusuk sanggul emas yang membelakangi mereka, mereka semua terkejut, dan dengan perlahan mereka melangkahkan kaki mereka ke belakang.
Tiba-tiba, wanita itu dengan secara perlahan memutar balikkan badannya.
Dibanding melihat wanita yang cantik, sebaliknya mereka melihat wanita dengan wajah yang hancur dengan urat nadi yang sudah tidak tersambung lagi. Mereka semua pingsan secara bersamaan, setelah lebih dari 3 jam, mereka pun terbangun dari alam bawah sadarnya.
"lho, tadi bukannya ada pedesaan di sini? kita semua pada gak salah liat kan? emang tadinya ada desa di sini" Laura kembali menegangkan suasana, pedesaan asri yang tadinya mereka lihat kini hanya sebuah hutan pinus lebat.
"Trus, tadi sate yang kita beli?" Michael bertanya, dan lantas Vito langsung membuka isi dari kantong plastik merah itu. Bukan sate dengan bumbu kacang yang nikmat, namun bangkai tikus dengan belatung yang menggerogoti badannya.
"Gue nyesel banget tadi ikut studi tur, kalo tadi gue gak ikut, gue pasti sekarang masih di rumah dan makan kripik kentang" Laura menangis dan menyesali keputusannya untuk mengikuti program studi tur sekolah, suasana semakin mencekam terlebih hari yang sudah malam dan minus penerangan. "Batere handphone kalian tinggal berapa?" Michael menanyakan sisa baterai ponsel milik sahabat-sahabatnya, mungkin mereka bisa menggunakan flashlight
dari ponsel mereka sebagai sumber penerangan.
"mampus gue, ini udah tinggal 23%" Vito tampak mencoba untuk menyalakan lampu senter dari ponselnya meskipun baterai sudah menipis, tapi ia terpaksa harus menggunakannya. Suara jangkrik dan binatang-binatang kecil mulai terdengar pada malam hari, suasana semakin mencekam.
Tiba-tiba, Michael menghentikan langkah mereka, ia terdiam sejenak. "Guys, tungguin gue bentar ya, gue mau pipis" Michael mencairkan suasana yang mencekam menjadi gurauan bagi mereka, mereka tertawa terbahak-bahak. Namun, saat Michael sedang "melaksanakan" tugasnya, ia melihat bayangan seorang wanita di belakangnya.
Tiba-tiba, AAAAAAAAAAAA!
~ To Be Continued 📍