Langkah demi langkah, kakiku berjalan melewati jalan setapak di sebuah taman dengan cuaca yang cukup membuat tanganku terasa beku sekarang. Berbekal sebuah foto yang diberikan temanku, yang mengatakan bahwa itu adalah spot foto terbaik di Nami Island, aku pergi sendiri untuk memotret untuk bahan kompetisi fotografer profesional yang akan aku ikuti tahun ini.
"Rose! Rose!" Suara yang asing bagiku terdengar dari arah belakang memanggil namaku. Aku berbalik dan menemukan seorang pria tinggi berambut hitam yang melambaikan tangannya ke arahku. Senyumnya mengembang saat menatapku yang kubalas dengan kebingungan di wajahku. Dia berlari kecil ke arahku walaupun aku justru berbalik menghindarinya.
"Mau kemana kau?" Tanyanya yang sekarang berhasil menarik tanganku.
"Lepaskan. Aku tau siapa yang mengirimmu kesini." Jawabku dengan kesal. Dia hanya tersenyum lalu menarik tanganku lagi untuk pergi bersamanya.
"Aku sudah bilang lepaskan. Kau benar-benar menyebalkan, Haru!" Aku berteriak cukup kencang hingga sebuah keluarga yang berada tepat di sebelah kami, menatap kami seperti memergoki sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Aku hanya mengantarmu ke tempat yang kau cari." Katanya dengan gaya santai dan tanpa merasa berdosa dengan apa yang dia lakukan barusan padaku. Aku mengangkat kamera yang tergantung di leherku untuk memulai perburuanku.
Sekitar setengah jam aku berjalan mengelilingi sebuah taman berhiaskan pohon-pohon besar tanpa daun. Salju menutupi tanah yang dipijaknya, menampilkan kesan artistik yang sangat aku sukai. Pandanganku berhenti saat kamera menyorot pemandangan seorang laki-laki muda yang mencoba menenangkan anak kecil di hadapannya yang menangis. Kudapatkan momen berharga itu dengan perasaan senang.
"Kau tahu, kenapa seseorang tetap butuh orang lain?" Suara Haru membuatku menoleh padanya yang berbicara menatap ke arah model fotoku.
"Karena tanpa mereka sadari, mereka akan saling membutuhkan." Aku mendengus pelan. Aku tak mengenal dengan baik pria ini, hanya beberapa kali melihatnya saat kakakku membawanya ke rumah.
"Aku pernah berada di posisi yang sama denganmu, bersama anjing hitam itu." Dia tersenyum sembari menundukkan kepalanya saat mengatakan itu. Tanganku yang menopang kamera, turun perlahan mendengar ucapannya.
"Anak kecil itu seperti kita. Dia menangis karena berada pada sebuah keadaan yang tidak dia inginkan. Tapi lihatlah pada fotomu, saat pria itu datang dan menawarkan dirinya, ada senyum kecil di antara tangisan yang ia punya." Benar saja, aku mendapati hal yang sama seperti yang Haru katakan.
"Aku tahu kau tak baik-baik saja seperti yang terlihat sekarang. Tapi tak masalah jika menjadi tidak baik-baik saja." Air mataku mulai menetes di pipiku yang sebelumnya terasa beku. Rasa sakit itu muncul lagi dan mulai menekanku, hingga saat ini aku harus menahan diri agar tetap bisa bernafas. Separah itukah keadaanku? Benar, walaupun aku hanya divonis memiliki gejala depresi, tapi keadaanku tidak jauh lebih baik dari penderita depresi lainnya.
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, kau bukan wanita yang buruk jika dia tidak memilih menikahimu. Bukan berarti juga sahabatmu yang dipilihnya adalah seseorang yang lebih baik." Rasa sakit yang berhasil ku tahan beberapa saat lalu kini menyerangku kembali dengan kilasan perselingkuhan itu. Tanpa kusadari, ku remas sarung tanganku dengan sangat keras hingga tangan dingin Haru datang menggenggamnya.
"Kau sudah berusaha dengan baik hingga saat ini, Rose. Kau melakukannya dengan baik. Sekarang berdamailah dengan hal itu dan jangan lari lagi darinya." Aku meraih tubuh Haru dan memeluknya erat. Menumpahkan tangisan dari rasa sakit yang hampir dua tahun lamanya bersamaku.
Haru adalah sosok yang dikirim oleh kakakku untuk mendesak masuk ke kehidupanku, saat aku merasa bahwa aku tak bisa bercerita apapun bahkan pada keluarga.
Setelah ku abaikan beberapa kali, kini dia berhasil membuatku mengerti akan tugasnya untuk membuatku percaya, untuk tetap berusaha melewati keadaan terburukku, mulai menyambung sebuah harapan baru dan percaya bahwa semua akan baik-baik saja karena dia di sisiku.
#PV #IPS
22 Jul 2020