Locust 127
Mayaguez, Puerto Rico
30 April 2016
08.32 A.M AST
Pagi itu, Ten, Yoon Gi dan Daniel telah berada di laboratorium humanoid. Ketiga pimpinan proyek penelitian itu baru saja berdiskusi perihal rencana pemulihan aktivitas penelitian yang sempat tertunda akibat ledakan bioreaktor. Dua hari lalu, Yoon Gi selesai dengan pekerjaannya membuat algoritma baru, tujuannya untuk meningkatkan keamanan dan mempercepat proses di locust itu secara keseluruhan. Tinggal satu langkah sebelum pemulihan itu dilakukan, restorasi Reina Hwang.
Ketiga pria itu sudah siap dengan alat pengaman mulai dari hazmat, sarung tangan, masker, hingga googles. Mereka memastikan bahwa tidak akan ada kontaminasi silang dengan Reina Hwang, mengingat risiko kontaminasi dan kecelakaannya cukup tinggi. Belum lagi jika ada kesalahan kontrol suhu, sel, jaringan, bahkan organ wanita itu bisa saja rusak.
"Apa semua sudah siap?" tanya Daniel. Alih-alih Yoon Gi, dirinya lah yang akan memimpin agenda restorasi Reina Hwang itu.
"Sudah," jawab Yoon Gi.
"Doktor Yoon, Kau akan mengontrol temperatur. Kita akan meningkatkan suhu lima derajat per menit, untuk slow warming. Ten, begitu suhu tubuh sudah mencapai 37 derajat, segera alirkan darah perlahan sekitar 150 mili liter per 30 detik. Sementara Aku akan mengontrol laju pertukaran cryoprotectant dan darah," jelas Daniel.
Yoon Gi dan Ten mengangguk paham.
"Semoga kita berhasil memulihkannya seperti ke kondisi awal satu tahun lalu," ujar Daniel, Ia kemudian melihat kearah kapsul besi dimana Reina Hwang terbaring disana, "Aku akan mulai sekarang," finalnya.
Daniel memutuskan aliran listrik kapsul besi itu, lalu membuka penutup atasnya. Daniel lantas menyalakan lampu LED yang kemudian menyinari wajah pucat Reina Hwang dari balik asap dingin. Penampakan wajah wanita itu sama sekali tidak berubah dari penampakannya satu tahun lalu sebelum Ia dikriopreservasi.
Yoon Gi memegang kendali termostat, "Suhunya saat ini minus 136 derajat celcius," lapor Yoon Gi
"Sepertinya kita harus percepat prosesnya, kita akan gunakan electrical heating," saran Ten. Daniel mengangguk, Ia lantas menekan tombol opsi akselerasi pemanasan pada panel navigasi kapsul itu.
"Minus 120 ..."
"Minus 100 ..."
"Minus 70 ... "
"Minus 55 ..."
"Bersiap untuk pemeliharaan suhu automatis!" perintah Daniel.
"Minus 45 ..."
"Minus 40 ..."
"Temperature locked!"
Kapsul itu kembali tertutup, dengan suhu tetap 37 derajat sesuai perintah Daniel. Tampak bagian-bagian tubuh Reina Hwang lebih lunak dan lebih cerah dibanding sebelumnya. Proses penurunan suhu itu berhasil.
"Transfusi darah sudah berlangsung!" lapor Ten. Sebuah selang yang terlihat seperti selang dialisis itu tampak mengalirkan cairan berwarna merah pekat. Ya, itu darah Reina Hwang yang sudah direstorasi lebih dulu.
"Cryoprotectant JSK-II sudah dialirkan. Cryoprotectant lama yang ada ditubuhnya sudah keluar 25%," lapor Daniel.
Ketiga pria itu terus mengamati proses pertukaran darah dan cryoprotectand dalam tubuh Reina Hwang. Mereka harap-harap cemas, karena keseluruhan proses itu bersifat kritis.
"Darah sudah dialirkan 55%," ujar Ten setelah memantau persentasenya di monitor.
"Cryoprotectant yang lama sudah mengalir 95%, ini lebih cepat dari perkiraan,"
"Ini karena kita menggunakan electrical warming,"
"Kau benar,"
"Cryoprotectant lama sudah keluar 100%,"
"Cryoprotectant JSK-II sudah masuk 100%, kita tinggal menunggu darah ini teralirkan seluruhnya,"
Beberapa menit kemudian, darah itu sudah 100% mengalir di tubuh Reina Hwang. Ten segera menghentikan proses transfusi dari panel navigasi.
"Kita akan membawanya ke ruang intensif,"
Locust 127, Ruang Intensif Darurat
Mayaguez, Puerto Rico
30 April 2016
10.05 A.M AST
Daniel telah selesai memasangkan berbagai alat penunjang hidup di tubuh Reina Hwang dibantu Sena. Ventilator, EKG, EEG, seluruh alat itu terpasang di tubuh Reina Hwang setelah detak jantungnya berhasil diresusitasi oleh Daniel.
"Terus pantau tanda-tanda vitalnya, saat ini Ia sudah cukup baik," ujar Daniel pada Sena.
"Baik, Dokter!"
Daniel kemudian berlalu menuju bangsal lain diseberang kiri depan Reina Hwang, tempat Lalisa terbaring, juga dengan alat penunjang kehidupannya. Tampak Ten disana, memegangi tangan adiknya itu.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Daniel yang sedikit mengejutkan Ten.
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana perasaanmu setelah berhasil merestorasi Reina Hwang, dan besok Kau akan menempatkan Lalisa dalam kriopreservasi?" jawab Daniel memperjelas pertanyaannya.
Ten menghela nafas, "Lebih baiik," ujarnya sembari kembali menatap Lalisa, "Setidaknya Aku dapat percaya bahwa dia memiliki harapan kembali," lanjutnya.
Daniel mengangguk paham, Ia sudah cukup memaklumi keadaan dibanding kemarin. Seperti biasa, Ten selalu mengajarkannya untuk bersikap realistis.
"Jika Reina Hwang sadar nanti, apa yang akan Kau lakukan padanya?"
"Dia harus tetap menjalankan tugas dan janjinya,"
Daniel megerutkan dahi, "Tugas dan janji?"
Markas Kepolisian Seoul
Seoul, Korea
1 Mei 2016
10.00 A.M KST
Doyoung tengah berada di ruangannya. Ia sedang serius merapikan bukti-bukti investigasi yang akan Ia bahas bersama Mark, baik itu akan mereka bawa ke pengadilan nanti atau tidak.
"Sidik jari, foto, hasil uji forensi, hasil uji sampel makanan, jejak kaki, foto TKP, dan ..."
"Video kesaksian Luika, istri Eric,"
Doyoung menghela nafas, "Wahh, melihat ini semua, kami cukup mengejar bukti spesifik untuk membuktikan kandidat tersangka berdasarkan pengakuan Luika," ujar Doyoung. Ia kemudian merebahkan diri pada sandaran kursi.
Doyoung merogoh ponsel di saku jaketnya, "Sudah sampai mana mereka? Aku harus menelpon ... " monolog Doyoung terpotong ketika matanya menangkap sesuatu aneh di lemari kaca milik Mark.
"Apa itu?" tanya Doyoung pelan, Ia kemudian mendekat ke arah sesuatu yang berkedip berwarna merah dari dalam lemari kaca Mark itu. Cahaya merah itu sangat kecil dan redup terhalang buku-buku dan kaca lemari yang juga berwarna gelap.
SRETT!
Doyoung menggeser kaca lemari itu, lalu diraihnya benda kecil sebesar kacang tanah dari dalam sana, "Brengsek! Ini kamera pengintai dan perekam suara," batin Doyoung setelah mengamati bentuk benda itu.
Seketika pandangannya waspada, Ia menelisik seluruh ruangan, barangkali Ia akan menemukan benda sejenis. Benar saja, Ia menemukan satu lagi didekat jendela.
Doyoung segera bergegas keluar, membawa laptop dan seluruh pekerjaannya. Ia menuju apartemennya dan Mark, berniat menghubungi pria itu dari sana, karena Shin Yugie telah memasang perangkat dan sistem keamanan cyber mumpuni di kediaman mereka.
"Siapa yang harus kuhubungi? Apa ponsel Mark selama ini disadap? Atau justru ponselku?"
"Arrgh! Sial!" umpat Doyoung. Ia mencari cara bagaimana Ia dapat menghubungi Mark secara aman.
"Ah iya, Telegram,"
Doyoung segera menuliskan pesan untuk seniornya itu.
Mark Tuan - Capt Detective
Kak, ini Aku, Doyoung. Aku harap Kau dapat membacanya. Aku menemukan kamera pengintai dan perekam suara di ruanganmu. Selama ini Kau disadap
Beritahu Aku melalui nomor ini, Aku akan menjemputmu bersama Brian dan Yuta. Berhati-hatilah. Ingat, hanya hubungi Aku via aplikasi ini!
Beberapa jam kemudian, satu notifikasi pesan datang dari Mark. Doyoung buru-buru membukanya. Sedari tadi Ia sudah gelisah.
Mark Tuan - Capt. Detective
Tetap taruh alat penyadap mereka disana.
Aku akan sampai besok.
Dermaga 4 pelabuhan Incheon, jam 12 siang. Kode kontainer TWN-BJG-16792-KR Siapkan mobilisasi untuk Luika ke Gwangju.