Chereads / The C Toxin / Chapter 39 - Bring

Chapter 39 - Bring

Rumah Sakit

Daxinganling, China

30 April 2016

06.15 A.M CST

Mark baru saja keluar dari toilet untuk mandi pagi. Pria itu berusaha menjernihkan pikirannya dengan guyuran air bersuhu rendah. Ia kemudian berdiri di depan cermin wastafel, mengamati fitur wajahnya tanpa maksud jelas.

Mark lanjut mengambil handuk, mengeringkan rambutnya sembari terus menolak pikiran yang semenjak pembicaraannya dengan Kun berputar di kepalanya, "Tidak, tidak mungkin, hentikan pikiran itu, Mark Tuan!" ucapnya frustasi, Ia mengacak ngacak rambutnya kasar.

Selesai dengan aktivitasnya, Ia keluar dari kamar mandi itu kembali menuju ruangan Kun. Ya, pria itu perlu memisahkan diri dari rekan-rekannya untuk mencerna informasi yang baru saja Ia peroleh.

"Mark!" seru seseorang dari belakang. Mark segera menoleh, itu Wendy.

"A-ah, ya, ada apa?" tanya Mark sedikit tergagap.

"Luika bisa diinterogasi pukul 7, Aku sudah memastikan kondisinya," ujarnya antusias.

Mark meneliti ekspresi dan gestur wanita di hadapannya itu, seseorang yang sedari tadi ada dalam pikiran negatifnya.

Melihat Mark yang tidak merespon, Wendy menjentikkan jarinya dihadapan wajah Mark, "Mark? Hey, Kau kenapa?" tanyanya kemudian.

"O-ohh ... baiklah, Aku akan bersiap, terimakasih," ujar Mark. Ia tersenyum simpul lalu segera berbalik arah tanpa pamit.

Wendy menahan tangan Mark, menurutnya pria itu bersikap aneh, "Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Tidak ada, Kau bersiaplah," jawab Mark cepat sembari menepuk pelan bahu Wendy.

Wendy hanya memperhatikan punggung pria itu yang semakin menjauh, "Dia masih tidak bisa berbohong,"

Sementara itu, dalam langkahnya Mark diam-diam merasa bersalah telah mengasumsikan bahwa yang dimaksud oleh Kun sebagai rekannya yang sangat dekat dan Ia lindungi itu adalah Wendy, "Ayolah Mark, Kau harus berpikir jernih!" batinnya.

Rumah Sakit

Daxinganling, China

30 April 2016

07.15 A.M CST

Jaehyun telah berdiri di depan brankar Luika lengkap dengan kameranya. Tangannya dengan gesit mengatur sudut pengambilan video, dan perekam suara. Kali ini Ia dikelilingi oleh Jackson, Somi, dan Yugie yang ingin turut menyaksikan interogasi itu. Awalnya, mereka sempat dilarang oleh Wendy karena dapat mengganggu konsentrasi Luika. Namun karena karakter asik dan hangat Somi dan Jackson, membuat Luika sedikit terhibur dan mengizinkan mereka.

"Kamera sudah siap!" lapor Jaehyun.

"Luika, fighting!" seru Jackson dan Somi kompak. Luika hanya tersenyum dan mengangguk.

Mark memutar bola matanya, Ia memberikan kode pada Wendy untuk segera memulai interogasi itu.

"So I will start," buka Mark.

"We need to clear some information that you stated previously," ujar Mark, "Do you have any solid prove that your husband, Eric, have the research data that been search by some parties?" lanjutnya.

"Yes, I'm sure that all of them, is stored in one of seven of Eric's apartment in Korea," jawab Luika. Semua orang disana mengerutkan dahi.

"He's not only live in one place. He live in incognito because he know he was targeted, so he was hide those data and all of supporting documents in one place," jelas Luika.

Mark mengangguk paham, "Can you found them?"

Luika sedikit terdiam, namun Ia menjawab dengan mantap, "Yes, I know all of his apartment,"

"Alright, and then you have mentioned several name and position as sponsor of Eric's research, do you have solid prove also for it?"

"Unfortunately, no," jawab Luika. Semua orang disana menghela nafas frustasi.

"But maybe Eric has it, in his place," lanjutnya.

"How can you know that?"

"Eric is very neat person, even he's developing OCD. He always store what is important in proper place," jawab Luika.

"Okay," ujar Mark. Ia menarik nafas dalam. "And then, you said that Feodora Labouv, will use that data worse than what probably South Korea does. Can you explain what do you mean by that? What do you know so far about Feodora Labouv?" tanya Mark bertubi-tubi.

"In that case, Feodora is more dangerous and powerful than your Ministry of Defense of Korea. They can give no mercy to do sabotage or other mission. Eric said to me like that,"

"Also, Feodora is resign now, but she still have a huge control for this biological weapon. She's way too ambitious, she wanted this project done by her, no matter what,"

Semua orang disana menyimak lekat-lekat pernyataan Luika itu.

"Why is it probably a sabotage?"

"As you may predict, it's about a future war,"

Rumah Sakit

Daxinganling, China

30 April 2016

09.30 A.M CST

"Bagaimana menurutmu?" tanya Mark pada Doyoung melalui sambungan conference privat di ruangan Kun. Ya, hanya dirinya dan Doyoung. Mark baru saja mengirim dua video rekaman interogasi Luika kepada Doyoung, meminta pendapat juniornya itu apakah Luika layak dijadikan saksi atau tidak.

"Aku rasa Luika bisa dijadikan saksi, dia akan mempermudah kita mencari barang bukti di tempat persembunyian Eric seperti yang dikatakannya,"

"Aku juga berpikir begitu, tapi satu hal, sangat berisiko membawanya ke Korea. Dia juga merupakan target saksi untuk kasus enam tahun lalu, Aku khawatir dalang dibalik kasus ini akan mencarinya," jelas Mark.

"Haruskah kita menyembunyikannya? Di desa terpencil?"

"Ide bagus, atur keperluannya, Aku akan kembali ke Korea besok, dengan kapal laut. Kemungkinan perjalanan adalah 3 sampai 5 hari," ujar Mark.

"Baik. Aku sudah memutuskan untuk menjemputmu dengan Brian, Yuta, dan Joy,"

"Aku menyerahkannya padamu,"

"Berhati-hatilah" tutup Doyoung. Sambungan conference itu kemudian berakhir.

Mark beralih pada ponselnya, hendak menghubungi seseorang yang dapat membantunya menyediakan akomodasi kepulangan ke Korea.

Calling Tzuyu Tuan ...

"Halo?" sapa seorang wanita di seberang sana. Mark tersenyum lebar mendengar suara adik kandungnya yang sudah beberapa tahun tidak bertemu itu.

"Hei, bagaimana kabarmu?"

"Hah? Siapa ini? Apa Aku tidak salah dengar? Kau masih hidup ternyata?" jawab Tzuyu menyindir. Bagaimana tidak, kakaknya itu tidak pernah menghubunginya, bahkan sekedar membalas pesan singkatnya.

Sementara itu, Mark hanya tertawa.

"Hei Mark Tuan, apakah kita masih sepasang kakak beradik?" ujarnya kali ini sembari tertawa juga.

"Astaga, tentu saja, Kau masih bocah kesayanganku. Bagaimana kabarmu?"

"Aku sudah 24 tahun, dan Aku baik-baik saja. Ada apa menelpon? Aku sibuk,"

"Baiklah. Aku memerlukan bantuanmu, anak kecil," ujar Mark masih menggoda adiknya itu.

"Sudah kuduga, katakan padaku, kakak tercinta, apa yang bisa kubantu?"

"Berikan Aku satu container kosong, yang bisa memuat 6 orang untuk berlayar ke Korea," ujar Mark kali ini serius.

Tzuyu menghela nafas panjang, "Kau sedang dimana? Apakah Kau masih berurusan dengan kasus lama itu?" tanyanya bertubi-tubi. Mark paham, adiknya itu sedang khawatir dan marah.

"Aku akan menjelaskannya besok, tolong siapkan itu untuk besok. Aku tidak memilik banyak waktu,"