Hari ini Senin. Matahari baru muncul di ujung timur. Anak-anak yang terlambat sekolah berdiri di depan pagar. Pintu pagar sudah ditutup tepat jam 7 pagi. Mereka yang terlambat harus menunggu di luar. Ari, Toha, Wira dan Nara ada di sana. Upacara sudah dibuka oleh pemimpin upacara. Kepala sekolah mulai naik podium. Di luar pagar, Ari, Toha, Wira dan Nara menyaksikan upacara dengan tegang. Karena belum ada tanda-tanda sesuatu akan terjadi. Beberapa anak terlihat baru datang. Ari melihat di ujung pagar ada Kocik. Lalu ada Boncel. Lalu ada Haki dan Profesor. Beberapa anak sekelas Ari pun mulai berdatangan. Mereka sempat melihat Ari dari jauh. Mungkin mereka hanya berjaga-jaga dan belum sepenuhnya percaya dengan informasi yang akan terjadi pagi ini. Ari sempat berpikir, bagaimana kalau tidak terjadi apa-apa? Bagaimana kalau Awuk bohong? Ari pun semakin tegang, melebihi tiga teman di sebelahnya.
Pengibaran bendera sedang dilaksanakan. Ari makin cemas. Saat kepala sekolah memimpin untuk mengheningkan cipta, Ari merasakan perasaan itu. Seperti saat kemarin dia melihat sosok berkaki kuda. Nara pun mulai memakai tudung jaketnya dan menyilangkan tangannya di dada.
"Kamu takut," tanya Ari ke Nara.
Nara menggelengkan kepala.
"Kamu takut?" giliran Wira tanya ke Ari.
Ari menggelengkan kepala.
Ari memandang ke Toha. Toha pun menggelengkan kepala.
Mengheningkan cipta sedang berlangsung. Saat itu, dari arah area basement bermunculan bayangan-bayangan hitam menuju lapangan upacara.
"Kalian melihatnya?" tanya Ari.
Ketiga teman Ari mengangguk hampir bersamaan.
Bayangan-bayangan hitam itu mulai terlihat seperti sosok-sosok hitam tinggi besar yang berbulu lebat. Mereka semakin banyak berdatangan ke lapangan upacara. Murid-murid masih mengheningkan cipta. Mereka tak menyadari, sosok-sosok hitam tinggi besar menyelip ke barisan dan berputar-putar di antara mereka. Kecuali Tata. Barisan kelas Tata memang tak jauh dari pagar sekolah. Dan Ari dari tadi berkali-kali memperhatikan Tata. Tidak seperti murid lain yang mengheningkan cipta. Dia tampak gelisah. Berkali-kali Tata mengangkat wajahnya dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Ari tahu, Tata juga melihat sosok-sosok hitam tinggi besar yang mulai berjubel di antara murid-murid yang sedang mengheningkan cipta.
Lalu beberapa murid roboh. Di antara mereka mulai berteriak-teriak. Murid yang roboh pun bertambah banyak. Murid-murid yang terlambat bergerak merapat ke pagar. Mereka menyaksikan kepanikan yang terjadi di lapangan upacara. Kebanyakan yang roboh adalah anak perempuan. Teriakan-teriakan mereka semakin histeris. Beberapa murid laki-laki dan guru berusaha memberikan pertolongan. Murid-murid yang pingsan dibawa ke tempat yang lebih teduh.
Ari melihat beberapa sosok hitam tinggi besar masih berputar-putar di antara kepanikan yang terjadi di lapangan upacara. Beberapa lagi tampak keluar masuk ke badan murid yang sudah roboh. Lalu ada sosok berkaki kuda yang menabrak Ari kemarin. Dia hanya berdiri diam di bawah tiang bendera.
"Kalian melihat si kaki kuda?" cepat Ari bertanya kepada tiga temannya.
Toha, Wira dan Nara pun berusaha mencari-cari yang Ari maksudkan.
"Itu yang di bawah tiang bendera," Ari menunjuk ke arah tiang bendera.
"Aku nggak lihat apa-apa," kata Toha. Matanya masih mencari-cari ke arah tiang bendera.
"Aku juga nggak lihat," kata Nara.
Wira juga demikian. Dia berusaha mencari-cari, tapi tampaknya tidak menemukannya.
Lalu Sosok kaki kuda mulai bergerak. Gerakannya lebih cepat dari sosok hitam tinggi besar yang masih ada di sekitar. Suara kaki kuda pun menggema dari lapangan upacara.
"Aku dengar suara kaki kuda," desis Nara. Toha dan Wira mengiyakan.
Sosok kaki kuda mulai berputar-putar di satu tempat. Ari lama-lama sadar. Dia sedang mengitari kerumunan beberapa murid kelas 9-1 di pinggir lapangan upacara yang sedang menyaksikan kepanikan yang terjadi. Itu kelas Tata. Dan Tata ada di sana. Tata terlihat pucat dan gelisah. Murid lain di sekitar Tata tampaknya tidak melihat ada sosok yang sedang berputar-putar di sekitar mereka. Ari tahu, Tata melihat sosok itu. Lalu sosok kaki kuda berdiri di depan mereka. Tata terlihat kaget. Matanya terbelalak. Berdirinya tegang dan kaku. Ari melihat sosok kaki kuda itu sedang menatap ke arah Tata. Dua teman Tata mulai memegangi Tata. Mereka menyadari ada sesuatu yang terjadi dengan Tata. Sosok kaki kuda maju perlahan ke arah Tata, melewati murid-murid yang sekarang perhatiannya tertuju ke Tata. Badan Tata gemetar, Sosok kaki kuda itu semakin dekat. Tata pun berlari melewati murid-murid di sekitar situ. Ari merapatkan berdirinya ke pagar. Dia melihat Tata lari tergopoh ke arah parkir mobil. Dan sosok kaki kuda ada di belakangnya. Suara kaki kuda terdengar lagi. Dia sedang mengejar Tata.
"Ari ada apa?" tanya Toha.
"Si kaki kuda sedang mengejar Tata," jawab Ari cemas.
Toha memang melihat Tata sedang berlari. Tapi tetap dia tidak melihat sosok kaki kuda di belakang Tata.
Ari pun nekat memanjat pagar. Dia harus berbuat sesuatu buat Tata.
"Ari mau kemana lo?" teriak Wira.
Tapi Ari tidak menggubris. Dia sudah melompat ke dalam dan mulai berlari ke arah Tata. Sekuat tenaga Ari kencangkan larinya. Yang ada di pikirannya sekarang cuma Tata. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang dia tahu hanya lari sekencang mungkin. Tata terlihat masih berlari. Sekali-kali dia melihat ke belakang. Ari masih jauh berjarak dengan Tata. Tapi Ari sudah dekat dengan sosok kaki kuda. Dan sosok itu tidak menyadari Ari sedang mendekatinya. Tatapan sosok itu hanya tertuju ke Tata. Dan dengan jarak sedekat ini, Ari sudah tidak berpikir apa-apa lagi. Dia sudah nekat tabrakkan badannya ke sosok itu. Dan Ari pun terpental. Badannya terhempas ke tanah. Dia tak sadarkan diri.
Saat Ari sadar, dia sudah terbaring di pinggir lapangan. Pak Riza ada disamping sedang memijit bagian tangannya. Toha, Wira dan Nara ada di sekelilingnya. Ari melihat wajah cemas teman-temannya.
"Pak Riza, mereka dari basement," Ari berusaha mengatakan sesuatu ke Pak Riza walau kepalanya masih terasa pusing.
"Yang penting kamu nggak kenapa-kenapa," kata Pak Riza,"Kamu istirahat dulu, jangan ngapa-ngapain. Saya mau urusin yang lain dulu."
Pak Riza pun berbaur dengan yang lain. Mereka sibuk menolong beberapa murid yang masih berteriak-teriak histeris. Ari berusaha untuk duduk, dibantu Toha.
"Kalian lihat Tata?" tanya Ari.
"Dia baik-baik saja. Tuh dia di sana," Kata Wira sembari menunjuk ke satu arah.
Ari melihat ke ujung taman sekolah. Tata duduk di bangku taman. Wajahnya masih terlihat pucat. Di sebelahnya ada Jodi yang sedang berusaha menenangkannya. Sesekali tangan Jodi mengelus pundak Tata. Lalu Ibu Ari terlihat setengah berlari ke arah Ari. Wajahnya begitu cemas. Dia langsung memeluk anaknya. Karena tadi dia dapat berita, Ari ikut pingsan. Lalu dari loud speaker sekolah, diumumkan kepada murid-murid yang baik-baik saja untuk pulang sesegera mungkin. Dan besok sekolah diliburkan. Nara minta ijin ibu Ari untuk mengantar Ari pulang dengan mobilnya. Ibu Ari pun berterima kasih atas kebaikan Nara. Ari dibantu Toha dan Wira berjalan menuju parkir mobil. Sesekali Ari masih lihat sosok tinggi besar yang melintas. Begitu pun Toha, Wira dan Nara. Tapi mereka tak menghiraukannya. Saat ini mereka musti keluar dari sekolah. Dan dari tadi Ari tidak melihat sosok kaki kuda. Saat sudah dekat dengan mobil Nara, Ari sempat mencari mobil Tata. Mobil Tata parkir tak jauh dari situ. Dan Tata terlihat sedang menuju ke sana di antar Jodi. Tanpa sengaja Tata melihat Ari. Dan Ari melihat tatapan itu. Tatapan yang pernah Ari kenal. Ari sadar, dulu seseorang pernah begitu berarti buat dirinya.