Chereads / The Radiance: Light of Peace (Remake) / Chapter 4 - Mempersiapkan Sambutan

Chapter 4 - Mempersiapkan Sambutan

_Tahun 1509 Kalender Manusia_

Setiap makhluk hidup setidaknya memiliki dua unsur atau lebih, hanya sedikit saja makhluk yang memiliki satu unsur murni. Saat berusia 10-12 tahun, satu dari empat atau 25% manusia akan mampu membangkitkan kekuatan elemental yang ada dalam dirinya. Elemen tersebut terdiri dari unsur air, tanah, udara, dan api sebagai elemen utama, serta unsur cahaya dan kegelapan sebagai elemen spesial yang langka.

Kekuatan elemental atau elemental power adalah satu-satunya hal yang diwariskan oleh makhluk yang disebut Elemental Spirit, selain kerusakan. Orang yang berhasil membangkitkan kekuatan elementalnya disebut dengan "heredis" atau "pewaris".

***

Rein berdecak kagum. "Woah! Kakak benar-benar hebat! Bisakah Kakak tunjukkan padaku sesuatu yang lebih keren lagi?"

Ain tersenyum. "Yahh, ini belum sebera-" Tidak melanjutkan kalimatnya, peringatan terlintas di benak si rambut hitam itu. Kilatan kecil di jarinya lenyap, Ain menurunkan tangannya dan kembali berjalan, meninggalkan Rein yang memiringkan kepala karena kebingungan.

"Eh?" Rein yang heran mengejarnya. "Aku pikir Kakak akan melakukan sesuatu yang hebat. Ada apa, Kak?"

"Aku baru ingat apa yang paman Leo katakan," jawabnya. "'Jangan menggunakan kekuatanmu seenaknya di luar latihan khusus.', begitu ...."

"Memangnya kenapa, Kak?" Rein semakin penasaran.

"Kekuatan elemental yang baru dibangkitkan punya kemungkinan untuk lepas kendali. Kalau hal itu terjadi, seseorang bisa tanpa sengaja menyakiti orang lain. Bahkan nyawa bisa terancam," jelas Ain lalu berhenti sejenak. "Setidaknya itu yang dikatakan paman."

"Aku bisa saja menunjukkan padamu sesuatu yang sangat luar biasa, tapi kalau terjadi sesuatu di luar kendali, tidak akan ada yang sempat menolong kita," tambahnya.

"Wah, berbahaya ..." ungkap Rein sadar, kemudian kembali melangkahkan kaki mengikuti sang kakak di sampingnya.

"Lepas kendali memang sangat kecil sekali kemungkinannya, terhitung tidak sampai sepuluh kali per tahunnya. Meski begitu, bahayanya sangat besar. Itulah kenapa aturan umum diberlakukan pada setiap heredis pemula, termasuk di desa ini, supaya peristiwa seperti itu tidak terjadi," jelas Ain.

"Oh, seperti peristiwa yang terjadi di ibu kota kerajaan beberapa waktu lalu?"

"Ya, seorang heredis dalam pelatihan memaksakan diri untuk melepaskan kekuatanya hingga ia kehilangan kendali, beruntung ada banyak pelatih dan heredis ahli Kerajaan Arx di sana yang langsung bergerak cepat mengatasinya. Meskipun dia sendiri tidak apa-apa, ada banyak orang yang terluka dan bahkan satu orang sampai meninggal dunia."

"Hoo, begitu ya, pantas saja Kakak tidak pernah memperlihatkannya, bahkan saat pelajaran bela diri," ungkap Rein.

"Kekuatan elemental memang tidak boleh digunakan di kelas bela diri tingkat dasar, berbeda dengan tingkat menengah dan tingkat atas ... setidaknya seorang heredis pemula harus belajar mengendalikan dan menggunakan kekuatannya secara bertahap selama dua sampai empat tahun," tegas Ain. "Itu juga yang dikatakan paman Leo," tambahnya lagi.

Rein terdiam dan berpikir dengan dalam sambil agak menunduk dan menaruh tangan kanannya di dagu, larut dalam pikiran. 'Hebat, itu artinya perjalanan masih jauh, aku harus bersabar. Heredis yang baru membangkitkan kekuatannya saja harus melewati latihan dengan disiplin. Memang benar, dalam buku yang pernah ibu ajarkan, pengetahuan tentang hal ini baru berkembang di awal abad ke-13. Pantas saja dunia para pewaris semakin berkembang pesat sejak masa itu. Kakak juga hebat, selama dua tahun ini, dia terus melatih pengendaliannya. Aku harap aku juga bisa membangkitkan kekuatanku.'

Rein yang kalau sedang berpikir dalam, mukanya akan terlihat datar. Hal itu membuat Ain salah tanggap, ia menatap wajah adiknya yang terlihat melamun. 'Apa Rein merasa tidak percaya diri? Mungkinkah ia merasa tidak yakin akan menjadi seorang heredis?'

Ain ingin mencoba mengalihkan perhatian adiknya. "Akhir pekan ini ... bagaimana kalau Kau melihat latihan khususku bersama paman Leo?"

"Ah! Bolehkah?" tanya Rein senang, memastikan.

"Ya, aku akan membujuk ayah supaya mengizinkanmu untuk ikut melihat."

"Yey! Terima kasih, Kak!"

Mendengar itu, Rein kembali riang. Ayahnya tidak pernah mengizinkan Rein melihat Ain berlatih. Biasanya, ayah Rein mengharuskannya untuk belajar bersama ibunya di akhir pekan.

Latihan khusus tingkat dasar selalu diadakan di akhir pekan bagi para heredis pemula berusia sepuluh sampai dua belas tahun. Latihan khusus di Desa Nier dipantau langsung oleh Leo dan beberapa pengajar lainnya, termasuk ayah Rein.

***

Langit semakin gelap ditambah gulungan awan hitam yang perlahan mendekat, tapi warna jingga masih mendominasi cakrawala. Sampai lah Rein dan Ain ke rumah mereka setelah melalui jalan menanjak, rumah yang cukup besar dan dikelilingi pagar kayu dengan halaman belakang yang luas menghadap ke arah pepohonan yang rindang.

Rumah itu adalah bangunan paling ujung di sisi timur desa. Tepat berada di samping pagar dan pintu masuk sebelah timur desa menuju Hutan Nier. Halaman depannya dipenuhi dengan tanaman hias. Saat melewati pagar, akan terasa seperti melalui taman bunga kecil.

Keduanya mendapati Rita, wanita cantik dengan mata berwarna hitam dan rambut panjang dengan warna serupa tengah duduk pada sebuah kursi di teras rumah, memegangi sebuah syal merah dan alat rajut.

"Ibu!" Rein berlari menghampiri dan menyapa ibunya.

"Rein-ku, Ain-ku! Selamat datang." Ibunya tersenyum menyambut kedatangan dua putra tercintanya.

"Bagaimana di sekolah tadi?"

"Menyenangkan! Meskipun jadwal kelas siang membuatku merasa ngantuk, tapi aku bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik, hehe," kata Rein bercerita.

"Bagaimana denganmu, Ain?"

"Seperti biasa, Bu, belajar tidak pernah membuatku bosan," jawabnya.

Ain mengambil tongkat ibunya dengan tangan kanan dan mengambil tangan ibunya dengan tangan kirinya.

"Di luar mulai dingin, Bu. Mari, biar aku bantu untuk masuk ke dalam."

"Terima kasih, Ain-ku."

"Rein, tolong bawakan pekerjaan ibu," titah Ain dengan lembut.

"Oke!"

"Tolong yaa, Rein-ku."

Rein membawakan syal merah yang telah dirajut ibunya, lalu diperhatikannya syal merah itu. 'Sobekannya sudah tidak ada.'

Sang ibu telah selesai memperbaikinya dalam sehari ini. Rein mengingat kembali kejadian kemarin, kejadian yang malah membuat ibunya jadi kerepotan sampai harus memperbaiki syalnya yang robek karena tersangkut pada dahan pepohonan ketika bermain di hutan.

'Aku tidak akan mencoba untuk terbang seperti burung lagi.'

Ain menggandeng tangan ibunya dan menuntunnya masuk ke dalam rumah dengan perlahan. Rein menyusul dan mamakaikan syal merah itu pada leher ibunya.

"Terima kasih, Bu. Ini ... biar Ibu tidak kedinginan," bisiknya.

Ibunya membalas dengan senyuman. "Terima kasih, Sayang."

Ain membantu ibunya duduk, Rein keluar sebentar untuk menyalakan lampu minyak sebelum gelap. Sebentar ia melihat langit yang agak jauh telah dipenuhi gumpalan awan yang gelap, kemudian kembali masuk ke dalam.

"Hari ini ayah akan pulang, ibu sudah meminta paman Erick untuk mengantarkan bahan makanan spesial."

"Woah, asyik!" Rein bergembira.

"Sudah kuduga, paman Erick juga tadi sempat berpapasan dengan kita." Ain terlihat senang. 'Ayah akhirnya pulang juga,' gumamnya.

"Ayo kita siapkan makan malam untuk menyambut kedatangan ayah! Kalian mau membantu ibu, kan?" Rita meminta dengan senyuman yang indah sambil menyilangkan jari-jari tangannya.

"Ya, tentu saja!" jawab keduanya bersamaan.

Sore itu, Rein dan Ain membantu ibu mereka melakukan persiapan untuk menyambut kepulangan ayah mereka. Ain membantu ibunya menyiapkan masakan, sedangkan Rein membersihkan rumah dan menata ruangan.

Rita adalah putri pertama kepala Desa Nier. Seorang wanita yang cantik, lembut, dan baik hati. Tubuhnya kini telah lemah karena jatuh sakit sejak tiga tahun yang lalu, penyakit ini menurunkan daya tahan tubuhnya. Meskipun begitu, Rita tetap menghiasi wajahnya dengan senyuman, terutama di hadapan anak-anak dan Zen, suaminya.

Zen adalah salah satu kesatria Kerajaan Arx, sudah satu bulan penuh ia ditugaskan di Kota Fortress, kota terbesar setelah Ibu Kota Kerajaan Arx. Kota Fortress jaraknya dua setengah hari perjalanan berkuda ke arah tenggara Desa Nier.

Kalau Rita adalah penduduk asli Desa Nier, Zen adalah keturunan bangsawan kecil dari Ibu Kota Kerajaan Arx. Mereka bertemu ketikan Zen dan Leo dikirim ke perbatasan Kerajaan Arx bersama dengan prajurit kerajaan untuk melakukan pemantauan dan penjagaan setelah nama Dark Emperor semakin tersebar luas.

Putri-putri kepala Desa Nier ini memang punya karisma dan pesona yang luar biasa, sampai-sampai membuat seorang kapten pasukan dan wakilnya jatuh cinta pada masing-masing dari keduanya.

Persiapan selesai, matahari telah tenggelam sepenuhnya. Berbagai macam makanan untuk santap malam sudah di atas meja. Beberapa lilin dinyalakan, ruang makan pun sudah ditata sedemikian rupa. Tinggal menanti kedatangan sang ayah, ini akan menjadi sambutan yang cukup meriah.

Ya, seharusnya ....

***