Anna menghela nafas, menatap hamparan lampu warna-warni didepannya. Disampingnya Bryan tengah asik menikmati es krim ditangan nya.
"Kamu gak mau cerita ke aku?!" Anna mencoba membuka obrolan.
Pria disampingnya mengedikkan bahu mencoba acuh, ikut menatap datar pemandangan di depannya. Pikirannya melayang, mengingat pertengkaran nya dengan Alya tadi.
Bryan tak ingin kehilangan Alya, tapi wanita itu terlalu ambisius mengejar mimpinya. Bukan maksut Bryan membatasi mimpi-mimpi wanita itu tapi Bryan hanya menginginkan kepastian dari wanita itu, setelah semua perjuangan yang Bryan lakukan. Setelah semua penyiksaan yang ia rasakan kini Bryan harus menanti lagi.
"Aku gak tau harus gimana An, aku gak bisa ngelepasin dia. Tapi aku juga gak bisa bertahan tanpa kepastian kayak gini." Ungkap Bryan itu sambil memandang sendu wanita disampingnya.
Anna tau seberapa keras dulu pria itu berjuang untuk Alya, dua tahun lalu saat Alya benar-benar terpuruk hanya Bryan lah yang mampu membuat wanita itu bangkit dan kembali menemukan mimpinya. Meski saat itu Bryan harus menentang perusahaan orang tuanya bahkan ia hampir celaka karna menyelamatkan Alya dari kakak tirinya. Anna tau semua itu, Anna tau seberapa besar rasa cinta pria itu.
Anna menatap manik mata pria itu, mencoba berkata lewat mata. Anna ingin pria itu tau disini ada seseorang yang mencintai pria itu lebih dari wanita lain, mendadak matanya memanas.
Bryan melihat keterlukaan dibalik tatapan Anna tapi ia tak mengerti apa yang membuat wanita itu terluka, dan entah dorongan dari mana Bryan mendekap Anna dalam rengkuhnya.
"Makasih An, kmu udah ada disamping ku. Mungkin kalo dulu waktu kita SMP aku gak bolos kelas dan gak sengaja ketemu kamu yang lagi ngehajar preman-preman sekolah, pasti saat ini aku dah hancur banget. Kamu memang sahabat terbaik ku an."
Anna mencelos, ya hanya itu Anna di mata Bryan. Sahabat tak lebih tak kurang.
******
Anna mengetukan sepatunya kesal, saat pintu lift terbuka ia langsung melesat masuk dengan tak sabar menekan tombol lantai 5. Lagi-lagi Anna harus memijat pelipisnya pusing, pasalnya 2 jam lagi ia dan Bryan harus menghadiri sebuah rapat tapi dengan santainya pria itu mengatakan kalo ia absen hari ini.
Sedetik setelah telpon ditutup, Anna melesat pergi. Kemana lagi kalo tidak menyeret keluar Bryan dari apartemen nya, tidak tau kah pria itu seberapa penting nya rapat hari ini. Bisa-bisanya dia harus membuat Anna menjemputnya.
Brak...
Anna membanting pintu apartemen pria itu dengan kasar, tak perlu menunggu pria itu membuka pintu. Anna sudah cukup hafal sandi apartemennya. Wanita itu dengan mudah menemukan Bryan yang masih asik terlelap di alam mimpinya.
Bug...
"Auuu...
Dengan santai Anna menendang pria itu dari tempat tidurnya, membuat Bryan menggerang kesakitan karna kepalanya terbentur lantai dengan sangat keras.
"Annaaaa....!" Teriak Bryan kesal, melihat Asistennya sudah berdiri dipinggir tempat tidur memandang santai.
"Selamat pagi pak Bryan yang terhormat.!"
"Kamu ngapain kesini, aku kan udah bilang aku absen hari ini. Aku masih ngantuk An." Bryan bangkit dari posisinya dan kembali menghempaskan tubuhnya ketempat tidur.
Tapi dengan sigap Anna menarik kaki pria itu yang membuatnya kembali terjatuh ke lantai.
"Saya tidak peduli bapak masih mengantuk atau tidak, yang saya pedulikan kita sudah terlambat untuk menghadiri rapat!" Tegas Anna.
"Dan saya beri bapak waktu 10 menit untuk bersiap-siap, sebelum saya melempar bapak dari jendela." Tambah Anna sebelum berlalu keluar dari kamar Bryan.
Sedangkan Pria itu menatap horor, membayangkan tubuhnya terlontar dari jendela kamarnya. Ingatkan dia klo kamar Bryan ada di lantai 5, bisa-bisa pria itu benar-benar mati. Pria itu tak lupa seberapa hebat wanita itu dalam bela diri belum lagi tenaga wanita itu yang menyerupai badak.
Dengan cepat Bryan bersiap-siap, takut wanita itu kembali masuk kekamarnya dan menyeret paksa Bryan tanpa memberi ia baju yang pantas.
..
"Aku ngantuk banget an, kenapa sih kamu tega banget nyeret aku kayak gini." Bryan masih saja menggerutu, mengomentari kelakuan wanita disampingnya.
"Itu kesalahan Bapak, kenapa bapak tidak beristirahat dengan cukup dan malah membuat orang keluar tengah malam hanya untuk mencari es krim." Anna mengungkit kejadian semalam.
Dan kerena Bryan tadi malam mereka harus pulang jam dua pagi.
"Kamu emang gak punya perasaan, pantes aja kamu gak punya-punya pacar. Siapa juga yang mau Sam cewek sadis macem kamu." Bryan merenggut sebal menatap jalanan di sampingnya.
Anna hanya diam memfokuskan diri menyetir, takut klo dengan sengaja ia menabrakan mobil mereka ke pohon karna terlalu kesal.
Setelah setengah jam perjalanan mereka sampai di tempat tujuan meski sedikit terlambat. Tapi setidaknya Anna tadi sudah menghubungi koleganya atas keterlambatannya, dan Anna bersyukur karna mereka mau menunggu.
Bryan memasuki sebuah ruangan yang sudah dipesan oleh koleganya, dibelakang nya Anna mengikuti pria itu.
Anna mendapati dua pria di dalam ruangan itu, klo Anna tebak mungkin dua pria itu satu atau dua tahun lebih tua diatasnya.
Salah satu pria itu mengulurkan tangannya pada Bryan, pria itu menerima dengan sopan.
"Saya Samuel, CEO dari Edam'a Grub. Dan ini Asisten saya Jovan." Pria beriris biru itu mengenalkan pria disampingnya dengan sopan.
"Saya Bryan, seperti yang Anda tau saya CEO serta pemilik perusahaan Baskara group."
Anna mendengus melihat bagaimana cara pria itu menyombong.
Samuel tersenyum tipis sambil mengangguk, manik matanya tak sengaja bertemu dengan manik mata Anna. Tapi Anna lebih dulu memutuskan kontak mata.
"Lalu siapa wanita cantik ini, kekasih mu?." Pria itu tersenyum manis memandang penuh tanya.
Bryan terkekeh pelan. "Apa terlihat secocok itu." Tawanya.
"Ini Asisten ku Anna." Tambah pria itu.
"Anda sungguh beruntung mendapat asisten secantik ini."
Anna hanya tersenyum menanggapi candaan Samuel. Sedang Bryan sudah tertawa keras.
"Ya aku beruntung, sayangnya dia menyeramkan saat marah." Ujar pria itu.
Samuel terkekeh, mempersilahkan tamunya untuk duduk. Sebelum membuka obrolan mengait pekerjaan.
"Jadi seperti yang kita sepakati, saya akan memberi dukungan penuh kepada baskara group asalkan Bapak memenuhi syarat-syarat yang saya ajukan waktu itu."
Anna mencatat beberapa hal penting pada buku agendanya, sambil memperhatikan atasannya itu. Anna memastikan kalo Bryan tak melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan.
Dan entah Anna yang perasa atau apalah itu, sepertinya sedari tadi Samuel mencoba mencuri-curi pandang kepadanya. Dan semakin lama tatapan pria itu semakin intens.
"Dan sebagai awal kerja sama kita, saya mau mengundang anda dalam pesta ulangtahun perusahan saya, saya berharap anda mau menyempatkan diri menghadirinya."
Bryan mengangguk sambil tersenyum. "Dengan senang hati saya akan menyempatkan waktu saya untuk hadir."
"Saya benar-benar tersanjung, dan saya akan sangat senang bila nona Anna mau ikut serta bergabung." Samuel menyelipakan senyum pernuh arti sambil menatap Anna memohon.
"Terimakasih atas undangannya, saya akan meluangkan waktu." Anna tersenyum sopan.
Bryan menatap dua orang itu penuh arti, entah kenapa pria itu mendadak merasa kesal.