Chereads / Stupid Love / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Bryan mengusap lembut kepala Anna yang berada di dadanya, Wanita itu sudah terlelap setelah menangis cukup lama.

Dengan perlahan Bryan menggendong Anna Memindahkannya agar wanita itu bisa berbaring lebih nyaman, alih-alih membawa Anna ke apartemen wanita itu. Bryan memilih mindahkan Anna ke kamarnya.

Dengan perlahan ia membaringkan Anna ke tempat tidurnya, memandang wanita itu sebentar sebelum beranjak.

Saat Bryan hendak pergi Anna menarik tangan Pria itu membuatnya terjatuh menindihnya.

Pria itu tersentak, dengan cepet membenahi posisinya. Tapi tangan Anna menahannya.

"Na."

"Sebentar aja yan." Pinta Anna putus asa.

Mereka saling memandang dalam diam, dengan posisi yang masih sama.  Dan entah keberanian datang dari mana, Anna menekan tengkuk Pria itu membuat bibir mereka saling bertemu.

Anna lebih dulu memulai, persetan dengan penilaian pria itu.

Bryan awalnya terkejut, tapi seiring irama ciuman mereka semakin panas.  Pria itu mulai mendominasi.

"Uhh.. yann."

Gairah yang tadi sempat menghilang kini datang lagi, mendengar lenguhan wanita dibawahnya.

Anna melepas pautan bibir mereka, tapi Bryan kembali memulai melumat bibir wanita itu dengan iris mata yang berkabut.

Manis. Batin Bryan.

Ciuman Briyan turun ke lehernya, Anna terbuai dalam permainan pria itu.

"Yan..." Anna kembali mendesahkan nama pria itu.

"Yes beb."

"Please." Pinta Anna.

Bryan melihat kabut gairah di mata Anna, mata hazel yang mirip seperti milik Alya. Dan dengan suara serak wanita itu meminta Bryan melakukannya.

Pria itu tersentak teringat kekasihnya, kesadarannya kembali. Dengan cepat ia membenahi posisinya.

"Yan." Anna memandang tak mengerti.

"Sorry Na aku..."

"Sorry..." Bryan tak bisa melanjutkan kata-katanya, ia tak tau apa yang harus ia ucapkan kepada sahabatnya itu.

Anna tersenyum kecewa tanpa berani memandang pria yang kini memunggunginya itu.

Dengan cepat Anna berlari keluar dari kamar Pria itu, Bryan masih berdiam ditempatnya. Mengacak rambutnya frustasi.

"Bodoh..bodoh..bodoh."

"Kenapa aku lakuin itu ke Anna."

Bryan memaki dirinya sendiri, menyalahkan setan yang merasukinya.

Ia pun juga tak mengerti kenapa Anna tadi melakukannya, Bryan laki-laki normal yang tak mungkin menolak bila dipancing seperti itu. Ia tak lagi bisa berfikir bagaimana cara bertatap muka dengan wanita itu besok.

*******

Sudah hampir seminggu setelah kejadian itu, Bryan tak lagi melihat Anna disekitarnya.

Saat Bryan datang kekantor pagi itu, ia sudah mati-matian untuk bersikap senormal mungkin, seperti biasanya.

Tapi saat Bryan melewati meja Anna yang didapatinya bukan lah wanita itu melainkan Melan sekretarisnya.

"Kok kamu disini?" Bryan mengerutkan kening.

"Loh bapak gak tau, saya kan disuruh gantiin Bu Anna."

Pria itu semakin bingung, "kenapa? Kerjaan mu kurang?"

"Iss bapak." Melan memutar mata sebal.

"Bu Anna kan ambil cuti, emang Bu Anna gak kasih kabar ke bapak ya. Ck ternyata segitu bencinya ya Bu Anna sama bapak." Melan menggeleng sambil membaca agenda yang di titipkan Anna kepadanya.

Bryan hanya mampu mendengus, ia yakin kalo Anna tak hanya membencinya mungkin juga mulai sekarang wanita itu akan mencari cara untuk membunuhnya mengingat insiden malam itu, ah sial ia masih bisa mengecap manisnya bibir wanita itu.

...

"Yan, kamu udah kenyang? Kok gak dihabisin."

Bryan menatap makan didepannya sebelum memandang wanita disampingnya.

"Iya aku udah kenyang, kamu aja yang makan biar kamu tambah gemuk." Pria itu terkekeh pelan.

Bryan mengulurkan tangannya mengacak puncak kepala kekasihnya, sedang wanita itu mencabikan bibir kesal. Alya tak terima di ejek gendut.

"Makan bukannya manyun, apa mau aku suapin." Goda Bryan.

Sedang Alya, pipinya sudah bersemu merah.

Ya mereka sudah berbaikan, setelah wanita itu menemui Bryan dikantornya dengan dengan penjelasan panjang kali lebar. Tentang alasan wanita itu pergi begitu saja dari apartemen nya tentang keributan dibisnis wanita itu, tentang sibuknya Alya mengurusi ini itu, tentang bagaimana wanita itu berusaha membangun bisnis nya saat Bryan memintanya berhenti.

Tak urungnya, pria itu hanya mampu tersenyum menelan semua kekecewaannya. Karna ia mencintai Alya.

"Kamu habis ini mau balik ke kantor apa pulang?"

Alya menyadarkan Bryan dari lamunannya, menatap pria itu penuh tanya.

"Aku mau balik ke kantor, mau ambil berkas yang ketinggalan."

"Kalo gitu anterin aku ke butik dulu, asisten aku ngabarin kalo ada tamu mau Dateng nanti."

"Kamu jangan kecapean Al, aku gak mau kalo nanti kamu malah sakit."

"Aku bisa jaga kesehatan kok, ini juga kan udah kerjaan aku." Wanita itu tersenyum menenangkan.

Lagi-lagi Bryan hanya mampu tersenyum, tak ingin memicu pertengkaran diantara mereka.

.

"Kamu beneran gak mau dijemput?"

Alya menggeleng pelan, "gak usah, nanti kalo kemalaman aku tinggal tidur di butik aja. Lagian besok pagi aku kan harus berangkat ke Bandung."

"Bandung? Kenapa."

"Aku kan dah bilang waktu itu, aku ambil project yang disana." Alya berkacak pinggang menggeleng pelan seolah mengejek sikap pelupa Bryan.

"Al, kan kita udah bahas ini. Perusahaan aku lebih dari cukup Al buat ngebantu bisnis mu." Tegas Bryan.

"Bukan gitu yan...

"Kamu kan juga tau Al perusahaan ku gak selemah itu."

"Come on yan, aku gak maksut buat ngeremehin perusahaanmu. Aku cuma mau mandiri aja udah, dan lagian itukan salah satu mimpiku."

Bryan menghela nafas sambil memijat pelipisnya, "ok Al ok, terserah. Aku balik ke kantor dulu! Kamu jangan lupa istirahat jaga kesehatan."

"Yan..Bryan..." Alya memanggil-manggil Bryan yang sudah berjalan meninggalkannya.

Pria itu menyerah dengan mudah, Bryan Berlalu masuk ke mobil meninggal kan wanita itu didepan butiknya begitu saja.

Mobilnya melesat membelah keramaian jalanan kota malam itu, ia lelah.

Lelah dengan semua pertengkarannya dengan Alya, tapi ia juga tak bisa melepaskan wanita itu. Dengan semua ketidak pastian yang disajikan wanita itu, masih saja Bryan tergila-gila padanya.

Bryan memarkirkan mobilnya di depan kantor, lalu berjalan memasuki kantor.

Ini sudah jam 7 malam, mungkin beberapa karyawan masih ada yang tertinggal di kantor. Mengingat beberapa hari ini perusahaannya cukup sibuk ditambah dengan absennya salah satu orang andalan Bryan, Ah wanita itu sungguh ia merindukannya.

Setelah mengambil beberapa berkas, ia bergegas turun ke parkiran. Tiba-tiba dia mempunyai ide gila, sebelum itu Bryan harus berbelanja beberapa barang untuk suap.

Mungkin juga ia harus membeli bunga, siapa tau ini hari terakhirnya. Pikir pria itu.

.

Bryan melajukan mobilnya dengan cepat setelah membeli beberapa makanan dan minuman.

Namun, sebuah mobil mencurigakan mengikutinya di belakang. Bryan melirik spionnya.

"Sial! Gak tau aja mereka kalo aku lagi buru-buru." Umpatnya

Bryan sedikit menyesal kenapa dulu ia menyia-nyiakan ajakan Anna untuk belajar beladiri, sekarang lihatlah.

Sepertinya orang yang mengikuti mobilnya sedang beruntung karna Anna sedang tak disampingnya.

"Kayaknya mereka perlu ngerasain dihajar sama Anna." Kelakarnya.

Bryan mencoba memutar arah, melewati jalanan-jalanan yang cukup ramai. Meski ia harus melewati jalan yang lebih jauh setidaknya ia harus sampai ke apartemennya tanpa terluka dan tanpa diikuti pastinya.

Dengan cepat ia membanting setirnya kekanan tepat saat sebuah bus menutupinya,ia berbelok melewati jalan kecil.

Beberapa kali ia sempat mendengar orang-orang mengumpat karenanya.

Dari kaca spion ia sudah tak melihat mobil yang mengikutinya tadi, Bryan mencoba bersikap tenang.

Memarkirkan mobilnya di belakang bangunan apartemennya, cara satu-satunya yang ia punya hanya masuk lewat belakang. Ia takut bila orang-orang tadi menunggunya di depan apartemen nya.

Setelah ini ia akan mengomeli Anna, karna wanita itu tak disisinya Bryan hampir diikuti oleh orang tak dikenal.

Pasti wanita itu tengah asik bersantai-santai dirumah, sedang ia dikejar oleh orang gila.

"Sialan Anna, aku gak bakal maafin kamu."