Chereads / Stupid Love / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

Anna berjalan gontai menuju lift, tubuhnya hampir limbung kalo saja ia tidak sigap berpegangan pada dinding lobi apartemen nya. Gadis itu masih merasakan nyeri di pelipisnya yang sedikit mengeluarkan darah.

Tadi satpam sudah menawarkan diri membantu Anna sampai depan pintu kamar nya, tapi wanita itu menolak dan menyuruh satpam itu membereskan kekacauan yang Anna perbuat.

Beberapa saat yang lalu, saat Anna tengah memarkir mobilnya ia melihat tiga orang mencurigakan disekitar mobil yang biasa Anna dan Bryan gunakan. Gadis itu sempat mengamati keadaan sekitar tapi tak melihat satu pun satpam berjaga di posnya. Dan dari tempatnya berdiri Anna bisa melihat dengan jelas bagimana dua orang itu merusak rem mobil mereka, dan satu orang lagi berjaga.

Anna mendengus sebelum memutari mobilnya dengan perlahan agar orang-orang itu tak menyadari keberadaannya. Saat mereka langah Anna menendang dua orang itu dengan keras secara bersamaan.

Satu orang dari mereka terkejut melihat teman-temannya jatuh.

"Siapa kamu, jangan ikut campur."

Anna mengangkat alisnya mengejek. " Bukannya yang harusnya bertanya itu aku?! Suruhan siapa kalian."

Dua orang yang sudah kembali pada posisinya, menatap Anna garang. "Bukan urusan mu."

"Cepat pergi! Kita tak perlu meladeni wanita ini." Perintah satu orang yang berbadan agak gemuk.

Anna menarik tangan salah seorang dari mereka, tepat saat mereka membelakangi gadis itu. Anna mendaratkan tendangan memutar, membuat orang itu terjatuh menabrak mobil lain yang terparkir. Sial aku harus mengurus ganti ruginya nanti. Batin Anna.

"Sial!"

Satu orang yang lain melayangkan tinjunya, tapi berhasil di tangkis Anna  dengan cepat Anna menendang lawannya tepat diperutnya. Orang itu terhempas mundur, tapi dengan cepat kembali menyerang Anna.

Anna sedikit kewalahan hingga ia tak bisa menghindar saat lawannya melayangkan balok kayu padanya. Disusul seseorang menendang perutnya, hingga iya terlempar kebelakang. Gadis itu menggerang, berusaha kembali bangun.

"Cepat bereskan." Perintah satu orang dari mereka.

Saat mereka hendak menarik Anna, Anna lebih dulu menarik kaki orang itu dengan keras membuat keduanya terhuyung jatuh, gadis itu dengan cepet kembali berdiri menerima bogem mentah dari lawannya. Kali ini gadis itu berhasil menghindar, meraih leher lawannya dengan cepat dan menguncinya membuat lawan pingsan.

Dua orang yang lain sudah siap menyerang.

"Ada apa ini." Dua orang Satpam berlari tergopoh-gopoh menghampiri tempat mereka. Dengan cepat dua orang itu berusaha kabur, tapi Anna berhasil menjegal salah satunya hingga terjatuh. Dengan kuat Anna menginjak pergelangan kaki orang itu mungkin akan sedikit patah.

Satpam itu menatap dua orang yg sudah terkapar dekat Anna,

"Non gak papa, maaf atas kelalaiannya saya. Saya sampai tidak tau ada orang asing masuk kesini."

Satpam itu berkali-kali meminta maaf, Anna hanya mengangguk tipis mengingatkan agar kejadian seperti ini tak terulang lagi.

Anna mendekati salah satu orang yang kakinya di patahkan oleh Anna, "siapa bos kalian!?"

Tanpa segan-segan Anna menempatkan heels nya pada selakangan orang itu. "Gak papa kalo gak ngomong, tapi jangan salahkan aku untuk ini." Anna sengaja menekankan sepatunya, membuat orang itu menatap horor.

"To..to.Tommy.. pak Tommy yang menyuruh." Orang itu bergetar ketakutan.

Anna mengangguk, sialan pria tua itu. Batinnya. Anna mengenal orang itu, ia  termasuk salah satu lawan Bryan yang pernah mengacaukan salah satu anak cabang perusahaan mereka.

"Tolong bereskan mereka pak."

"Baik non, non sepertinya terluka. mau saya antar ke atas dulu?" Tawar satpam itu.

Anna menggeleng sambil tersenyum. "Gak usah pak saya bisa sendiri." Balasnya sebelum meninggal tempat itu.

...

Anna terdiam ditengah lorong, tubuhnya membeku dan rasa sakit ditubuhnya tiba-tiba menghilang. Entah kenapa matanya tiba-tiba memanas.

Di depan sana tak jauh dari tempat Anna berdiri, dua insan terlihat asik memainkan bibir mereka. Tangan Anna mengepal bersamaan rasa sesak memenuhi dadanya.

Pria di depannya sibuk mengabsen leher wanita itu dengan lidahnya, dengan kasar menghimpit wanita itu ke pintu. Bibirnya kembali meraup bibir wanita itu, ciumannya berubah menjadi panas. Seiring lenguhan lolos  dari wanita itu.

Tangan pria itu membelai kaki wanita di depannya, perlahan belaian itu naik ke dada wanita itu. Meremasnya lembut, seiring dengan adegan yang semakin panas.

Airmata Anna terjatuh, ia mencoba meredam tangisannya agar tak bersuara. Anna dengan cepat bersembunyi dipojok lorong yang gelap, menyaksikan dua orang yang masih asik bercumbu.

Tepat saat pria itu membuka pintu apartemen nya, wanita itu menahan tangannya. Mengeluarkan benda pipih dari sakunya.

Anna melihat wanita itu menerima telpon entah dari siapa, dan detik berikutnya dua orang itu berdebat tentang sesuatu, sebelum akhirnya wanita cantik itu berlari entah kemana melewati Anna.

Mata mereka sempat bertatap tapi Anna lebih dulu memutuskan kontak mata.

Anna memandang Pria di ujung lorong, yang kini tengah memukuli dinding didepannya. Anna menghapus sisa air mata di pipinya, sebelum melangkah menuju pintu apartemen nya.

Wanita itu berpapasan dengan orang itu, tapi Anna tak sedikitpun memiliki niat menyapa.

"Kamu baru pulang An." Sapa pria itu.

Anna mengangguk tipis tanpa memandang orang itu.

"Kamu udah makan, mau makan malam bareng gak biar aku masakin."

Anna menghela nafas sebentar, memasukan kembali kuncinya kedalam tas sebelum memandang pria itu. "Ok."

Bryan dengan cepat membuka pintu apartemennya, mempersilahkan Anna masuk lebih dulu.

Anna berjalan ke dapur, duduk di depan meja dapur. Bryan menyusul wanita itu.

"Ann kening mu kenapa?" Bryan menarik wajah Anna, kengerian tampak jelas di raut muka pria itu.

"Aku gak papa, tadi habis kejatuhan buku di kantor." Kilah Anna, wanita itu menepis tangan Bryan dari dagunya.

"Gak mungkin lukanya kayak gini Ann, kamu jangan bohong sama aku. Kamu tunggu sini biar aku ambil kotak obat."

Bryan sudah berlalu pergi sebelum Anna menjawab ucapan pria itu.

Gimana aku bisa bilang yan, aku gak mau kamu khawatir sama aku di keadaan mu yang lagi gak baik kayak gini, aku gak mau kamu makin terbebani. Batin Anna.

Bryan kembali dengan kotak obat ditangannya, pria itu mengambil tempat didepan Anna. Meraih dagu Anna agar ia bisa melihat dengan jelas.

"Kalo sakit bilang na!"

Bryan mulai membersihkan luka Anna dengan alkohol, "kamu gak mau kerumah sakit aja na, aku takut kepala mu kenapa-kenapa."

Bryan menutup luka Anna dengan perban kecil, agar tidak terinfeksi. "Selesai."

Pria itu memandang luka Anna intens, pandangan nya turun pada mata hazel Anna. Bryan mengerutkan kening melihat mata sembab Anna, jujur dia tidak memperhatikannya tadi.

"Kamu habis nangis na?" Interogasi pria itu.

Anna memalingkan wajahnya, "aku laper yan. Buruan masak."

"NA!" Bentak Bryan. "Jangan ngalihin pembicaraan."

Bryan menarik kasar dagu Anna, memaksa wanita itu menatapnya. Anna terdiam, matanya kembali memanas. Melihat sedikit kemerahan dileher pria itu.

"Sakit yan." Adu Anna, air mata mulai mengalir membasahi pipinya.

Bryan melepas cengkeramannya pada dagu Anna, "maaf na aku...

Pria itu tak bisa melanjutkan kata-katanya, tangannya terulur mendekap Anna.

Sungguh ia tak tau apa yang membuat  wanita itu menangis, karna yang Bryan tau Anna tak suka menunjukan air matanya.