Kira keluar dari guild dengan wajah yang tenang.Chors mulai mengajak bicara Kira setelah wajahnya menjadi tenang.
"Sepertinya kau sudah tenang."
"Jadi kau juga sadar?"
"Yah aku baru sadar saat kita tiba.Awalnya aku tidak sadar namun lama-kelamaan auramu semakin kuat."
"Maafkan aku."
"Aku tahu kau marah dengan orang itu tapi sebaiknya kau tidak memperlihatkannya."
Setelah mereka bicara tidak lama Agust keluar dari guild.
"Jadi ini anggota Schavio.Tapi bagaimana kalian bisa tahu dia anggota Schavio."
"Anggota Schavio mempunyai tato rantai di tubuh mereka."
"Jadi begitu,aku baru tahu tentang tato rantai."
"Bisakah kita lebih cepat?"Kira berbiacara dengan wajah kesal.
"Tenanglah rumahku ini tidak jauh dari sini."
Agust mulai berjalan dan diikuti Kira dan Chors.Mereka berjalan ke sebuah jalan bergang.Tempat yang mereka tuju penuh dengan melewati gang.Jalan ini mengingatkan mereka dengan bar tempat Mazion karena melewati banyak gang.
Setelah melewati banyak gang Agustpun berhenti.Agust berhenti tepat di sebuah gubuk kayu.
"Ini tempat yang kalian bisa gunakan."Agust melempat kuncinya ke Kira.
"Apa tidak apa-apa kita mengintrogasinya disini?"Chors berbicara dengan ragu.
Chors ragu karena walau mereka melewati banyak gang untuk sampai sini.Bagaiamanapun tempat ini masihlah di tengah ibukota.Sedangkan untuk mengintrogasi mereka bisa saja membuat keributan.Agust hanya tersenyum kecil.
"Tenang saja,walau itu hanya sebuah gubuk aku sudah memangsangkan alat sihir disana.Alat itu akan membuat suara dari dalam gubuk tidak akan di dengar.Kalian tidak perlu takut untuk membuat keributan."
Setelah berbicara seperti itu Agust meninggalkan mereka berdua.Kira dan Chors hanya dapat mempercayai Agust.Kirapun membuka kunci pintu dan masuk ke dalam gubuk.Saat Kira masuk ke dalam gubuk tempat itu dipenuhi jaring laba-laba.Selain itu tempat ini penuh dengan debu.Hanya dengan membuka pintu saja membuat debu berterbangan.Kira yang menghirup debu membuatnya terbatuk-batuk.
*uhuk..uhuk..uhuk*
"Kira apa kau tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja,tempat ini hanya terlalu kotor."
Chors masuk ke dalam gubuk dan dia terkejut.Gubuk yang dia masuki memanglah kecil.Namun seharusnya masih bisa diisi dengan sebuah tempat tidur.Namun di gubuk ini hanya terisi dengan kursi.Seelah hanya melihat kursi Chors melihat sekeliling.
Chors terkejut dan tersenyum kecil di balik topengnya.Hal yang membuat Chors tersenyum adalah barang-barang yang digantung di dinding.Di dinding-dinding gubuk terisi oleh cambuk,pedang,pisau, dan berbagai alat yang dapat membahayakan nyawa.Chors tersenyum karena sepertinya dia tahu tempat apa yang akan dia pakai ini.
{Pantas saja tempat ini berisi alat sihir peredam suara.Rupanya ini tempat untuk menyiksa.Tempat ini seolah-olah memang di design untuk digunakan menyiksa.}
Chorspun menaruh tubuh pria yang dia bawa di kursi.Kebetulan di tempat ini juga mempunyai sebuah tali.Chors mengikat orang itu di kursi dengan erat.Setelah usai mengikat,Kira mulai bertanya.
"Lalu apa yang kita lakukan?"
"Kita akan meminta informasi darinya."
"Bagaiaman kalau dia tidak memberikannya?"
"Kita akan siksa dia hingga dia mau berbicara."
*plaak*
Chors menampar orang itu dengan keras.Setelah mendapat tamparan dia mulai membuka matanya.Saat matanya mulai terbuka hal yang dia rasakan pertama kali adalah tangannya.Tentu saja dia menjadi panik.Siapa yang tidak panik saat tangannya terasa terkekang.Setelah merasakan tangannya terkekang dia membuka matanya lebar-lebar.Dia terkejut dengan dirinya yang diikat.Dia juga terkejut dengan dimana dia sekarang.Sebelumnya dia berada di distrik merah namun sekarang dia ada di sebuah ruangan kecil.
"Dimana ini?"
"Kau tidak perlu tahu.."
Kira memberikan sorot mata yang menakutkan.Walau hanya bicara dia sudah merasa terancam ditambah dengan sorot mata Kira.
"Siapa kalian?"
"Sudah aku bilang kau tidak perlu tahu."
"Aku hanya ingin tahu dimana Ema."
"Ema?Siapa itu lagi?Aku bahkan tidak mengenal Ema."
"Bagaimana jika aku mengatakan dia adalah demi human."
"Apa maksudmu?"Priabtersebut berusaha mengelak.
"Kami tahu kau Schavio.Tato rantai di tangamu sudah menunjukan bahwa kau Schavio."
Pria tersebut awalnya yang panik menjadi terdiam dengan tenang.Di tengah keheningan dia menunjukan senyumnya.Senyum itu menunjukan bahwa dia meremehkan Kira dan Chors.Hanya dengan melihat senyumnya saja Kira menjadi kesal.Kira ingin memukuk wajah pria tersebut namun Chors menghentikannya.
"Tahan Kira."
"Hahahaha aku tidak tahu siapa itu Ema.Tapi pasti itu adalah salah satu demi human yang kami culik.Tidak perlu mencarinya aku yakin dia sudah terjual.Saat ini pasti pemiliknya sedang menikmati tubuhnya."
Kira mengepal tangan dengan sangat erat.Kira merasa sangat kesal mendengar itu.Namun Kira berusaha untuk menahannya.Namun saat Kira berusaha menahan amarahnya pria itu berteriak dengan kencang.
"UWAAA!"
"Satu,masih tersisa sembilan lagi."
Chors mencabut kuku pria tersebut.Chors mencabut paksa dengan sihir penguatannya.Bisa dilihat dari tangan Chors yang berwarna merah.
"Kau gila!"
"Dua."Chors kembali mencabut kuku pria itu.
Tentu saja pria itu berteriak semakin kencang.Namun dia kebingungan kenapa tidak ada yang mendengarnya?Chors bisa tahu pria itu sedang kebingungan karena nampak di wajahnya.
"Tidak perlu bingung,tempat ini sudah dipasangi dengan alat sihir.Berteriak sekencang-kencangnya tidak akan ada orang yang akan mendengar itu."
Pria itu tampak ketakutan setelah mendengar itu semua.Chors kembali mencabut kuku pria itu satu persatu.Chors tidak mencabut secara terus-menerus melainkan Chors memberikan jeda.Jeda ini dimaksudkan agar pria itu merasakan sakitnya.
Seluruh kuku pria itu sudah dicabut.Dia sudah terlihat hancur.Suara sudah menjadi serak setelah semua teriakkannya.Selain itu matanya sudah seperti mata ikan mati.Chors terkejut pria itu masih dia setelah semua yang dia lakukan.Kira yang kesal mencabut pedang Chors dari punggungnya.Chors terntu saja terkejut.
"Apa yang ingun kau lakukan?"
"Ada yang ingin aku coba."
Apa yang ingin Kira lakukan dengan pedang besar itu?
Kira memejamkan kedua matanya.Kira mencoba satu hal yang dipikirkan sejak tadi.Kira mencoba menyerap mana dari pedang Chors.Jika memberikan mana pedang Chors menjadi besar Lalu bagaimana bila diserap?
Pedang itu menyusut perlahan-lahan hingga seukuran pisau dapur.Chors menjadi terkejut dengan kemampuan pedangnya.
"Bagaimana itu bisa?"
"Aku juga tidak tahu."
Kira berjalan dan mendekati pria itu.
"Dimana Ema?"
"Aku tidak tahu."
Setelah semua siksaan pria itu mulai berbicara.Pria itu sepertinya sudah mulai menyerah.Walau sudah berbicara pria itu masih tidak memberikan jawaban yang memuaskan.
"slashh."
Kira mengayunkan pedangnya dan memotong tangan kanannya.Darah menjadi bercucuran bahkan wajah Kira terkena sedikit darah dari tangan pria itu.Pria itu menjadi panik dan ketakutan.
"Tanganku!Tanganku!Apa yang kau lakukan?"
"Dimana Ema?"
"Aku tidak tahu.Aku benar-benar tidak tahu."
Kira mengangkat pedangnya ke atas.Pria itu terlihat semakin ketakutan.Dengan rasa takut yang besar ini membuat dirinya mengompol.
"Aku tidak tahu tapi ketua cabang harusnya tahu!"
Kira berhenti mengayunkan pedangnya tepat saat akan menyentuh tangan kiri pria itu.
"Dimana ketua cabang?"
"Aku tidak tahu dimana dia sekarang.Tapi minggu depan dia akan ada di kota Zweiros."
"Bagaimana kami bisa mempercayaimu?"Chors mulai berbicara lagi.
"Anggota Schavio akan berkumpul disana.Sekarang lepaskanlah aku."
*slashh*
Kira mengubah pedang Chors menjadi besar lagi.Dan Kira menebas tubuh pria itu menjadi dua.Chors yang melihat itu tentu saja terkejut.Kira tidak pernah memberitahu dia akan membunuh pria itu.Selain itu saat Kira membunuh pria itu dia menunjukan wajah datar.
"Kira kenapa kau membunuh dia?!"
"Dia tidak pantas hidup."
Kira berjalan keluar dan memberikan pedang Chors.Kira meninggalkan Chors dan mayat pria Schavio.