"Hei babi!!" Pemuda itu memanggil pemuda di depannya itu dengan pelan. Semua yang ada di kelas itu tertawa.
Sementara itu, pemuda yang disebut babi itu nampak tidak berkutik dan hanya diam membisu di kursinya. Ini merupakan hal biasa baginya, dibuli satu kelas, ditatap selayaknya seonggok sampah. Ditertawakan sana sini selayaknya ia adalah sebuah bahan untuk dijadikan tertawaan.
Padahal Dean merasa dirinya normal. Ia memiliki dua tangan dan dua kaki, ia juga makan nasi. Porsi makannya juga biasa meski tubuhnya memang sedikit berisi.
Masa karena hal itu saja mereka dengan seenaknya menyebut dirinya babi. Apakah karena ia tidak tampan?
Dean tidak mengerti mengapa di jaman sekarang wajah rupawan paling diutamakan. Dan yang tidak memiliki kelebihan itu, jangan harap bisa hidup dengan tenang.
Setiap harinya ada saja yang harus ia kerjakan. Semua orang menyuruhnya dengan seenaknya. Padahal Dean bukan pembantu. Tapi demi menjaga dirinya sendiri, Dean menurutinya.