Hari ini pesta akan dimulai, semua tamu nampak sudah berdatangan memenuhi tempat pesta, mereka kompak memakai pakaian serba putih. Pesta itu diadakan di luar ruangan sehingga tampak seperti acara non formal.
Eli baru saja tiba di tempat acara, walaupun ia tidak mengenal siapapun disana, tapi sebisa mungkin ia menyapa mereka. Ya, hanya sekedar menyapa, Eli tidak ada niatan untuk banyak berinteraksi dengan orang lain hari ini. Semenjak insiden semalam, Eli merasa sedih karena William seperti menghindarinya dan dia menjadi berubah.
"Jika kau tidak ingin kembali kepadaku, setidaknya kau harus bertemu dengan pria yang jauh lebih baik dan perhatian kepadamu."
Kata-kata Dylan semalam terus berputar didalam kepalanya, Eli mengusap wajahnya. Mengapa Dylan harus tahu masalahnya dengan William sih? Ia tidak ingin jika hal ini nantinya akan berakhir runyam, apalagi karena pria itu sudah resmi menikah. Dan jika dilihat-lihat, nampaknya Sissy sangat mencintai Dylan. Jika Sissy tahu suaminya masih berharap pada wanita lain-- tidak, Eli menggelengkan kepalanya. Kenapa ia harus peduli dengan perasaan wanita itu, sementara dirinya juga terluka karena William masih mencintainya.
"Ah, kepalaku jadi pusing. Aku harus minum untuk menyegarkan isi kepalaku." Eli berjalan menuju dimana stand minuman berada. Namun kurang beberapa langkah ia tiba disana, seseorang menabraknya hingga minuman yang dibawa orang itu tumpah di gaun putihnya.
"Oh, astaga! Maafkan atas keteledoranku, nona. Aku benar-benar tidak sengaja." ucap wanita itu kepada Eli. Sementara gadis itu yang menyadari gaunnya terlanjur kotor dan basah masih berusaha tersenyum dan memakluminya.
"Tidak apa-apa, pasti anda juga tidak sengaja-- Eli menghentikan kalimatnya ketika tidak merasa asing dengan wanita didepannya itu. Sepertinya ia pernah bertemu dengannya tapi dimana ya, tidak lama kemudian wanita itu terlihat menunjukkan senyum remehnya.
"Hai, jalang. Bagaimana kabarmu? Tampaknya akhir-akhir ini kau hidup dengan senang mentang-mentang ada William disisimu." ucap wanita itu.
Eli menghembuskan nafas panjang, ia ingat siapa wanita ini sekarang. Dia adalah wanita yang William usir malam itu, ketika ia pertama kali pergi ke rumahnya.
"Sepertinya dunia begitu sempit, bisa-bisanya kita bertemu disini. Dan ah, sepertinya anda sengaja melakukan hal itu barusan." jawab Eli menuduh wanita itu.
Yuna terkekeh, syukurlah wanita itu mengingatnya. Sepertinya ingatan Eli sangat baik hingga dia masih begitu mengingatnya dengan jelas. Wanita itu berjalan mendekati Eli dan untuk membisikkan sesuatu.
"Kau tidak penasaran kemana perginya William semalam setelah keluar dari dalam kamarmu?"
"Apa maksudmu?" Eli tampak begitu terkejut dengan kata-kata Yuna, apakah William kembali menemui wanita ini?
"Aku tahu semuanya, Elyana. Aku benar-benar merasa kasihan padamu, bagaimana mungkin cintamu bertepuk sebelah tangan kepada William." ejek Yuna. Eli yang tidak terima karena perkataan wanita itu, ia pun mengambil gelas yang ada isinya dan langsung menyiramkannya tepat ke wajah milik Yuna.
"What the-- Apa yang kau lakukan, jalang!" pekik Yuna marah karena tindakan Eli barusan.
"Ini balasan untuk wanita yang asal bicara seperti dirimu. Kak William itu juga mencintaiku, kami sama-sama jatuh cinta!" balas Eli sambil berteriak.
Yuna berdecih. "Jatuh cinta apanya? Dasar gadis gila! Seorang William Martinez tidak akan jatuh cinta dengan jalang seperti dirimu!" ucap Yuna meremehkan, hal itu semakin membuat Eli marah sehingga ia pun maju dan menjambak rambut wanita itu. Yuna tidak mau kalah dan kini mereka tampak saling menjambak rambut secara berlawanan. Dan tanpa diduga, Yuna dan Eli pun memancing perhatian semua tamu undangan hingga kini kedua orang itu menjadi pusat perhatian.
"Cukup!!" teriak seorang wanita paruh baya berusaha menghentikan pertengkaran diantara Yuna dan Eli. Sontak hal itu membuat mereka berdua berhenti dan disisi lain juga membuat Eli terdiam di tempatnya.
"Apakah kalian berdua tidak pernah diajarkan sopan santun? Aku tidak tahu apa yang memicu pertengkaran ini, tapi tindakan kalian sudah membuat tamu lain merasa terganggu dan tidak nyaman." ucap wanita paruh baya itu mengkritik secara terang-terangan.
Eli masih tidak bergeming di tempatnya, sementara Yuna langsung meminta maaf.
"Maafkan saya sebelumnya Mrs. Smith, tapi gadis inilah yang duluan berulah. Saya tidak tahu dia memiliki dendam apa kepada saya, tiba-tiba dia menyiramkan minumannya ke arah saya. Apakah saya tidak berhak melakukan pembelaan karena ulahnya?" ucap Yuna panjang lebar sangat berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya terjadi. Eli yang menyadari hal itu memandang Yuna tidak percaya, ia ingin melakukan pembelaan kepada dirinya, namun ia mengurungkan niatannya setelah mendengarkan decihan keras dari Lena Smith. Ya, wanita paruh baya itu adalah Mama Dylan.
"Tidak heran jika gadis ini berulah lagi. Entah di New York, atau bahkan di belahan bumi manapun, sepertinya nona Anderson suka sekali membuat masalah." ujar Lena meremehkan Eli.
"Mrs. Smith, ini tidak seperti yang anda pikirkan. Saya sudah difitnah, dia duluan yang menyerang saya!" jawab Eli membela diri.
Bukannya bersimpati, Lena malah semakin memojokkan Eli dan seakan menegaskan jika dia tidak menerima penjelasan apapun dari gadis itu. Yuna yang melihat itu begitu merasa beruntung karena gadis itu ternyata tidak disukai oleh banyak orang bahkan seorang Lena Smith sekalipun. Tentu saja Yuna tahu kenapa Lena tidak menyukai Eli, karena dulu ia sangat menentang putranya berpacaran dengan Elyana.
"Nona Anderson, kau tidak perlu membela diri karena semua orang tahu kau gadis seperti apa."
Eli mengepalkan tangannya kuat sampai jari kukunya memutih. Ia berusaha untuk tidak terpancing dan menenangkan dirinya sendiri. Ia tidak tahu mengapa semua orang begitu membencinya, padahal ia tidak pernah merasa berbuat jahat kepada mereka.
Tiba-tiba, tangannya digenggam oleh seseorang. Bahunya pun dirangkul seolah-olah orang itu sedang menenangkannya yang berada diambang emosi dan siap meledak kapanpun. Eli mendongak, wajah William langsung menyambutnya. Hal itu sontak membuatnya terkejut, darimana datangnya pria ini?
"Kak Wil?"
William nampak tidak menunjukkan ekspresinya, namun Eli bisa merasakan jika pria itu berada di pihaknya. Dan hal itu membuat Eli sedikit rileks.
"Oh, Tuan William Martinez? Apakah anda mengenal nona Anderson?" tanya Lena heran melihat tindakan William barusan yang tiba-tiba datang merangkul Eli. Sementara itu Yuna nampak terkejut dengan kedatangan William, wanita itu berniat untuk pergi dari sana, namun William berteriak menghentikannya.
"Sudah berapa kali aku memperingatkanmu, Yuna?! Sepertinya kau tidak memiliki rasa kapok! Apakah karena Mama berdiri dibelakangmu, kau sama sekali tidak punya rasa takut?! Kau salah besar, aku bisa menghancurkan karirmu dalam semalam!" William memberikan ancaman itu kepada Yuna, sontak hal itu membuat wanita itu langsung berlutut dihadapan William.
"William, maafkan aku. Kau sudah salah paham, aku tidak pernah ada niatan untuk mengganggumu--"
"Kali ini aku tidak akan memaafkanmu, Yuna! Sudah cukup aku membiarkanmu selama ini!"
Yuna menggelengkan kepalanya. "Tidak, Wil. Tolong dengarkan aku!"
William tidak mengindahkan pembelaan diri dari wanita itu, karena ia memerintahkan orang-orang suruhannya untuk membawa Yuna kembali ke New York dan diserahkan ke kantor polisi. Jika saja Christ tidak bertindak, mungkin saja ia akan kecolongan. Bahkan Lea dan Sean pun saat ini juga sedang diproses karena kejahatan mereka dimasa lalu. Setidaknya kini balas dendamnya sudah benar-benar tersalurkan. Orang yang sudah berbuat kejahatan, harus mendapatkan balasan yang setimpal dan menerima hukuman mereka secara sukarela.
"Kak Wil?" panggilan Eli membuat William menoleh ke arah gadis itu.
"Kau ikut aku, kita harus kembali ke New York sekarang. Pesawat sudah menunggu kita di bandara."
Eli terkejut. "Apa? Tapi bagaimana dengan pesta--"
"Jangan khawatir, aku sudah berpamitan dengan Sissy." jawab William seraya menarik tangan Eli pergi dari sana.
Sepeninggal kedua orang itu, Lena masih sempat memandang punggung mereka yang semakin menjauh dan kemudian menghilang. Wanita itu kemudian tersenyum kepada orang-orang dan meminta maaf karena insiden barusan. Dan setelahnya ia mengambil ponselnya dari dalam dompetnya, lalu menghubungi seseorang lewat sambungan telepon.
"Selidiki hubungan Elyana Anderson dengan William Martinez."