"Lan, udah dulu ya. Selamat malam. Semoga mimpiin gue!" Lingga terkekeh. Ia juga mendengar suara kekehan di sebrang sana.
"Ya udah, matiin."
"Pokoknya, besok gue jemput jam sepuluh teng. Have a nice dream . Daaah!" Lingga mengakhiri pembicaraannya dengan Rembulan.
"Lo call call ame siape tadi, Ga?" tanya Untung yang tiba-tiba sudah duduk di sofa sebelah kirinya.
"Kepo!" jawab Lingga dan langsung mendapatkan cibiran dari Untung.
Tiba - tiba ada sebuah pesan masuk mengejutkan Lingga yang baru saja hendak meletakkan handphone-nya di atas meja. Namun, terurungkan oleh pesan tersebut.
Pesan dari sebuah nomor yang tidak di kenal. Pesan itu berbunyi :
+86231925xxxxx : Haloo
Lingga Sambara : ?
+86231925xxxxx : Ada yg mau aku omongin nih sm km..
Untung yang berada di dekat Lingga mencoba untuk mengintip diam-diam. Setelah tahu, Untung terkekeh. Lalu, cowok itu bangkit dengan membawa toples kacang pilus di pelukkannya, kemudian membisikan sesuatu ke telinga Padu yang kini sedang bermain Ps bersama Kaming.
Lingga Sambara : Lo siapa?
+86231925xxxxx : Bkn siapa2, tp nanti jd siapa2, hehe. Cm, mau blg... Slmt mlm, Lingga. Jgn lpa makan ya, jgn lpa doa sblm tidur. Aku pdamu loh! :*.
Lingga mengerutkan kening dan mencoba menerka-nerka. Matanya mengarah pada langit-langit. Setelah menebak dan akhirnya tahu, siapa sang empu yang memberikan pesan barusan. Lingga meremas handphone miliknya. Rahangnya menegas.
Lingga Sambara : Kilau! Elo dpt nomer gw dri siapa?! JWB!
Di sebrang,
Kilau yang sedang berada di kamarnya terkekeh saat membaca balasan dari Lingga. "Langsung tahu!"
Kilau Cahaya : Km hebat! Lgs bisa tau klo ini aku! Wah, jgn2 km cenayang ya..? Tp, gpp aku seneng bgt! Mngkn, dsrnya kita emg pnya ikatan batin. Jodoh!
Lingga kesal. Ya jelas saja kesal. Nomor handphone itu baginya bersifat pribadi. Jadi, nggak sembarang orang harus tahu!
"Kenape lo, Ga?" tanya Menang yang baru saja datang dari kamar mandi sambil menaikkan celananya yang melorot itu. Lingga menoleh. Menang menatap wajah temannya itu heran. Dilihatnya, tercetak jelas raut wajah kesal penuh emosi.
"SIAPA DARI LO LO PADA NGASIH TAHU NOMER HAPE GUE?!" kata Lingga, kini sudah berdiri berkacak pinggang mengedarkan pandangannya melihat wajah teman-temannya satu persatu.
Semua menoleh.
Padu menoleh dengan malas-malasan. "LO NGOMONG APAAN SIH, GA? GANGGU AJA!" sahut Padu cuek. Cowok itu pun lanjut bermain Ps sambil tengkurap.
"GUE LAGI EMOSI NIH! JANGAN SOK SOK NGGAK PAHAM! GUE TANYA SEKALI LAGI, SIAPA YANG KASIH NOMER HAPE GUE KE CEWEK SINTING ITU?!"
"SIAPA MAKSUD LO, GA? KILAU??" sambar dan tanya Untung dengan gaya tengkurap sambil memeluk guling di samping Padu.
"NAH ITU LO TAHU! ATAU JANGAN-JANGAN ELO YANG KASIH NOMER GUE KE DIA? YA, KAN?! WAH BENER-BENER MINTA GUE TEBAS KEPALA LO, TUNG! JUAL HARGA BERAPA LO!"
"EH EH EH!" cegah Untung saat Lingga hendak meraih kerah bajunya. Cowok itu langsung bangkit dari tengkurapnya. Masih dengan mulut yang mengunyah kacang pilus.
"TUNGGU! JANGAN ASAL NUDUH DONG LO! YA MANA GUE TAHU, SIAPA YANG KASIH NOMOR HAPE ELO KE TUH CEWEK! APA UNTUNGNYA DI GUE?? SUKA NGADI-NGADI LAH!"
Lingga mendengus.
"ELO YA, DU?!" tuduh Lingga kemudian pada Padu.
Padu yang tadi sibuk bermain Ps. Membantingkan stik Ps begitu game di menangkan oleh Kaming.
"SIALAN! KALAH LAGI DARI KAMING!"
Lingga yang merasa tidak di indahkan oleh Padu pun menendang pantat cowok berjaket abu-abu itu.
"HEH DU! GUE NANYA SAMA LO!"
Padu pun akhirnya berdiri menjajarkan tubuh tingginya dengan tubuh tinggi Lingga. Meski, masih tinggi temannya itu beberapa senti.
"YA MANA GUE TAHU, GA! KURANG KERJAAN AMAT GUE NGASIH NOMER HAPE ELO KE KILAU. GUE KAN TAHU BANGET TUH, KALO ELO GEDEK AMA TUH CEWEK. YA NGGAK MUNGKIN, GUE YANG KASIH! COBA TANYA AMA MENANG, KALO NGGAK SI KAMING TUH!" jawab Padu. Kemudian, menyalahkan Menang dan Kaming. Dua empu yang di salahkan pun segera menepis tuduhan itu, bagi mereka sangat tidak mendasar, alias bukti nggak ada malah main tuduh!
"HEH! JANGAN ASAL NUDUH GUE LO, DU!" sambar Menang. Tak terima tuduhan itu.
"ENGGAK, GA! BUKAN GUE! SUMPAH DEMI MATAHARI WARNA PINK! KAGAK ADA GUE MAIN KASIH-KASIH NOPE LO KE SI KILAU! KALO PUN IYA, LO BOLEH TUH AMBIL SEMUA POSTER BLACKPINK DI KAMAR GUE! TAPI, YANG ENENG JISOO, JANGAN!" Nope, maksudnya itu nomor hape!
Lingga yakin, jika Menang sudah berani menyangkut-pautkan poster Blackpink, cowok gendut itu pasti telah jujur.
Kini, pandangan matanya menyorot tajam pada Kaming. Padu dan Untung terkekeh, dan berbisik-bisik mengumpat kata kasihan dan mampus pada Kaming. Tanpa di ketahui Lingga. Sebab, Untung dan Padu berdiri di balik punggung cowok itu
Kaming yang di tatap tajam ciut tiba-tiba. Di mata Kaming, saat ini Lingga bak singa yang sudah selesai memilih target untuk siap di terkam.
"Ming.."
"Apa, Ga?"
"Ming.."
"Apaan, Ga?"
Lingga diam-diam mengambil sendal swallow yang tergeletak di ubin lantai, diambil dengan cara dijepitkan antara sela-sela jari kakinya. Siap-siap ingin menampolkan-nya ke bibir si Kaming.
"EH, GA! LO MAU NGAPAIN?!" panik Kaming.
Kaming yang tadinya duduk bersila langsung berdiri dan menyembunyikan diri di belakang tubuh besar Menang, agar terhindar dari naungan Lingga.
"MING! MAU KE MANA LO?!"
"GA! AMPUN, GA! JA-JANGAN GAPLOK GUE PAKE SWALLOW GA! PAKE DUIT SEGEPOK AJA!"
"ANJIRR! ITU MAUNYA GUE JUGA MING!" timpal Untung.
Padu yang sedang lapar, tak begitu peduli. Cowok itu pergi ke dapur memilih untuk mengerayaki isi kulkas.
"NGAKU LO MING! ELO KAN YANG KASIH NOMER HAPE GUE?! LO TUKER PAKE APAAN COBA?!"
"EH MANA ADA, GA! BUKAN GUE! SUMPAH TEKEWER-TEKEWER! GUE NGGAK BOHONG! TANYA AJA AMA EMAK GUE!" jawab Kaming masih bersembunyi di belakang tubuh besar Menang.
"EMANG EMAK LO LAMBETURAH YANG TAHU SEGALANYA! APA - APA DI KEPOIN! JANGAN NGADI-NGADI LO, MING! AH, JELAS NIH SI KAMING BOONG!" kata Untung, kompor. Kemudian, memasukkan kembali kacang pilus ke dalam mulut indahnya.
"EMAKNYE SI KAMING TEMENNYE KILAU KALI, MAKANYE DIE NGOMONG BEGITU!" sambung Menang.
Kaming tidak terima dengan ucapan Untung. Jelas, dirinya tidak tahu apa-apa. Benar-benar bukan dirinya. Kaming pun keluar dari persembunyiannya.
"JANGAN NUDUH GUE GITU DONG, TUNG! EMANG BENER GUE NGGAK TAHU APE-APE! INI MAH NAMANYA FITNAH! SEKALI LAGI FITNAH! KALO KATA SI POP ES MAH, FIT TO THE NAH! FIT-NAH!"
"IDIH! NAJIS! NGAPA LO SEBUT-SEBUT NAMA TUH KUNTI! PANAS GATEL DEH UBUN-UBUN GUE!" timpal Untung.
Padu pun datang membawa berbagai macam makanan ringan.
"GA, ISI KULKAS LO GUE KARUNGIN SEKALIAN YE!"
Dilihatlah oleh Menang, ada begitu banyak ciki- cikian yang di bawa oleh Padu. Tanpa babibu, cowok yang memakai baju kuning bergambar spongebob itu turut bergabung duduk di sebelah Padu yang kini asik mengunyah ciki-cikian.
"BAGI-BAGI ELAH, DU! JANGAN MAKAN SENDIRI!" kata Menang langsung menyambar ciki kentang.
"MAKAN TINGGAL MAKAN, NANG!"
Lingga mendekatkan diri kepada Kaming lalu menjewer telinga cowok berambut kriting itu. Kaming kaget saat sesuatu menarik telinga kanannya cukup kuat.
"ADAW!!" pekik Kaming.
"TERUS JEWER GA! TERUS AJA ! NGGAK APE-APE! AMPE TU KUPING PANJANG KEK BELALAI JUGA GUE IKHLAS!" kompor Untung masih berkutat dengan kacang pilus.
"TEMEN DAKJAL LO!" timpal Kaming kesal. Untung menunjukkan ekspresi seolah bilang, "Apa kata lo? Gue nggak denger, pake sendal soalnya!"
"MING! KENAPA LO KASIH NOMOR HAPE GUE KE TUH CEWEK?! BENER-BENER MAU MINTA GUE TENDANG LO KE PLUTO! ATAU MAU SEKALIAN GUE OPER KE ANTARTIKA!"
"JANGAN ANTARTIKA, GA! ANTARSUSI ANTARSUSAN ANTARSUKANTE AJA!" sahut Untung. Menang berhenti mengunyah lantaran kaget dan langsung melototkan matanya.
"AHAAAHAHAHAH!" Padu terbahak.
"KENAPE LO BAHAS-BAHAS SUSI SUSAN AME SUKANTE LAGI, TUNG! JANGAN MANCING- MANCING DEH LO! EMOSI GUE! GUE LAGI LAPER NIH!" kata Menang, lalu memasukkan ciki kentang ke mulut besarnya dan mengunyahnya secara beringas.
"BODI LO SEMOK!" jawab Untung asal.
"MING, NGAKU!"
Kaming yang kelewat kesal pada Lingga karena masih tidak percaya padanya pun pasrah.
"BUNUH GUE GA! BUNUH!" katanya dengan gaya yang amat mendrama!
Lingga bingung dengan sikap Kaming. Tapi, sedetik kemudian kembali menjewer temannya itu lebih kuat.
"ADAWWWWWWW!!!" pekik Kaming. Suaranya memenuhi seluruh penjuru ruang tengah rumah Lingga yang besar dan luas itu.
"MASIH NGGAK MAU NGAKU!"
"GA!! SUMPAH DEMI APAPON! BUKAN GUE PELAKUNYAAAAAA!!!!"
Tiba-saja suara bel berbunyi, mengagetkan semuanya. Kaming yang tadi memekik langsung terdiam saat Lingga melepaskan jeweran.
Padu menegapkan badannya yang tadi punggungnya menyender di badan kursi. "Lah, siapa yang bertamu malem-malem begini, Ga?"
Namun, Lingga tidak mengindahkan perkataan Padu. Kemudian, tanpa bicara apa-apa Lingga segera berjalan ke depan.
Sampai di ruang tamu, Lingga langsung mengintip lewat jendela rumah. Dilihatnya, sudah ada sosok Papa dan Mamanya yang baru saja sampai dari luar Negeri.
🌵🌵🌵
Keesokan paginya, sekitar pukul sembilan lewat. Setelah berpamitan kepada kedua orangtuanya, Lingga segera berjalan menuju sepeda motornya yang sudah terparkir di depan halaman rumah. Cowok dengan setelan baju hitam-hitam itu berjalan santai dengan bersiul-siul sambil memutar-mutar kunci motornya. Tepat, saat hendak naik ke atas sepeda motornya, benda pipih yang ada di salam saku celananya bergetar, sehingga ia mengurungkan niatnya sebentar. Tanda sebuah pesan masuk. Dilihatnya nomor asing yang sama seperti semalam. Lingga membuka pesan dan membacanya malas.
Kilau Cahaya : Haloo, Lingga. Slmt hari minggu! Aku udh makan kok! Jangan ditanya. Aku mau blg, klo aku msh suka sm km! Wlau km cuek bgt! Cokelat yg km ksh msh ad lo, blm ak mkan. Syg, klo di mkn soalnya. Ehehe..
Kilau Cahaya : Km sbuk ya? Kok, nggk di bls? Sms yg smlm jg nggk di bls? Ap, pulsa km hbs? Nanti, aku isiin deh ya ya ya..?
Kilau Cahaya : Lingga, km mau jln nggk? Ayok, kita jln? Aku bosen nih... Nanti, aku traktir km es teller sm cilok mau ya ya..
Kilau Cahaya : Bls dong! Klo km nggk bls ak pstiin notif km jebol!"
Kilau Cahaya : P
Kilau Cahaya : P
Kilau Cahaya : P
Kilau Cahaya : P
Kilau Cahaya : P
Kilau Cahaya : P
Lingga menatap layar handphone-nya, sebal. Cowok itu pun sampai mengacak-acak rambutnya karena frustasi.
"Lingga kok belum pergi, katanya buru-buru?"
Suara Mamanya terdengar dari arah belakang. Lingga pun berbalik badan. Mamanya sudah tersenyum manis.
"Iya, Ma. Ini juga baru mau pergi. Bye!"
"Hati-hati!"
"Iya."
Lingga pun tak menghiraukan lagi pesan itu. Segera ia masukkan kembali handphone ke dalam saku celananya, lalu melesat pergi bersama sepeda motornya menuju rumah Rembulan. Sesuai janjinya tempo hari yang lalu, yaitu ingin mengajak sahabatnya jalan-jalan ke taman kota sekali ingin membelikan permen kapas untuk sahabatnya. Di tepiskannya rasa kesal akibat pesan Kilau tadi. Dirinya tak mau mengacaukan suasana hati yang sangat bahagia hari ini hanya karena sebuah pesan menyebalkan itu. Ingin fokus kepada rencana dan jadwalnya bersama Bulan saja.
🌵🌵🌵
Di kamar dengan nuansa serba merah muda dan konsep yang girly itu, ada Kilau dengan sejuta rasa sepi yang melanda dirinya kini.
Rumah yang tidak ada orang sama sekali selain dirinya, serta notifikasi chat yang tak kalah sepi itu makin membuatnya frustasi. Sungguh benar-benar bosan. Hari libur begini, mestinya ia memanfaatkan waktu dengan baik. Bukan hanya sekedar rebahan rebahan dan terus rebahan! Niatnya, ingin mengajak Lingga jalan keluar, tapi cowok itu tak kunjung membalas pesannya. Sesekali ia coba menghubungi nomor cowok itu, namun tak di angkat-angkat.
Kilau menghela napas panjang. Di pandangnya langit-langit kamar dengan tatapan sendu. Kesepian! Dirinya merasa sangat kesepian.
Bundanya belum pulang-pulang juga sejak kemarin. Saudara tirinya, pergi sejak semalam. Sampai sekarang belum pulang-pulang. Entah tak tahu ke mana? Tidak sama sekali memberitahu dirinya. Ingin main ke rumah teman-temannya, namun saat ini semua sedang ada kesibukan masing-masing.
Entahlah, bingung ingin melakukan apa?
Sebuah notifikasi terdengar tiba-tiba, tanda pesan masuk. Kilau segera bangkit dari pembaringannya. Sebuah pesan dari cowok yang sangat amat di hindarinya. Anton.
Faresta Anton : Maaf, Kil. Gue skrg ad dpn rmh lo. Bsa kluar sbntr?
Di letakkannya langsung benda pipih itu di atas kasur. Lalu, segera berjalan keluar kamar. Turun ke bawah dan menemui tamu yang tak di undang itu.
"Kenapa tiba-tiba, Anton?" tanya Kilau malas-malasan saat membuka pintu rumahnya.
Sudah ada Anton yang menyambutnya dengan senyum singkat berdiri tepat di depan pintu. Cowok itu terlihat rapi dengan balutan kemeja hitam kotak-kotak dan celana jeans hitam panjang.
"Sekali lagi gue minta maaf, karena nggak bilang-bilang."
"Mau apa?" tanya Kilau tak mau basa-basi.
"Selamat ulang tahun, Kil."
Deg.
Kilau kaget. Dari sekian banyaknya orang yang ia kenal hanya Anton yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Lebih tepatnya yang ingat. Bahkan, orang terdekatnya seperti orangtua saja, tidak! Lain halnya, dengan teman-temannya yang memang tak tahu tanggal lahirnya. Sengaja, Kilau tak pernah ingin memberitahu. Tapi, kenapa harus Anton?? Memang wajar saja lah, kenapa cowok itu tahu kapan ia ulang tahun, karena tahun lalu, saat Ayahnya masih ada, Anton dan keluarga pernah di undang makan malam dan bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Ya tapi kenapa harus cowok itu??
Kilau masih terpaku dengan ucapan ulang tahun itu. Hanya Anton orang yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Menjadi orang yang pertama bahkan yang terakhir. Bahkan cowok itu, rela jauh-jauh ke rumah untuk mengucapkan selamat atas hari kelahirannya itu. Dirinya saja tidak begitu peduli.
Anton menyodorkan sebuah kado kecil kepada Kilau. Kado yang di hias cantik dengan pita warna merah muda.
"Gue nggak tahu harus kasih hadiah apa, tapi semoga lo suka."
"Lo nggak perlu repot-repot. Anton. Bahkan, gue nggak pernah mengharapkan kado apapun dari siapapun. Tapi, makasih atas perhatian lo," jawab Kilau lalu ia menerima kado itu dari tangan Anton.
Anton hanya mengangguk saat kado darinya telah di terima Kilau. Kado yang ia sudah siapkan sejak tiga hari yang lalu.
"Gue heran kenapa lo masih inget?" kata Kilau, lalu menyambung dalam hatinya, "Bahkan, orangtua gue aja enggak."
Deg.
Dengan di awali senyum Anton menjawab, "Gue nggak akan mungkin lupa hari kelahiran lo. Karena, lo itu spesial bagi gue."
Deg.
"Ya.., meski gue nggak spesial bagi lo," sambungnya lagi. Ada rasa sakit di dalam dadanya saat ia bicara demikian.
Kilau menarik napasnya. "Maaf, Anton. Di rumah lagi nggak ada siapa-siapa. Lain kali aja ya, gue ajak masuk. Lo mau langsung pulang atau ada urusan lain?" kata Kilau mengalihkan pembicaraan.
Di telinga Anton, perkataan Kilau terdengar seakan cewek itu memang tak ingin di ganggu. Kasarnya, seakan mengusir.
"Nggak pa-pa, mungkin lain kali aja gue main ke sini. Lagian, gue juga tahu kalo Bunda lo lagi nggak ada."
Saat, Anton bilang demikian, Kilau cukup kaget. Darimana cowok itu tahu?
Anton kembali berkata, "Kayaknya gue langsung pulang aja. Lagian, nggak ada kesibukkan juga. Maaf ganggu."
Padahal niat Anton ingin mengajak cewek itu jalan keluar.
Ada kesan kecewa di wajah Anton. Kilau tahu. Seketika, rasa bersalah menggerogoti dirinya.
Saat, Anton hendak berbalik badan, Kilau memanggil. Membuat cowok itu mengurungkan niatnya.
"Anton!"
Anton menunggu perkataan selanjutnya.
"Terimakasih dan hati-hati!"
Anton tersenyum dan mengangguk.
"Anton!" panggil Kilau lagi saat cowok itu sudah di luar pagar. Kilau berlari kecil menghampiri cowok itu. Anton menyembunyikan senyum tipisnya.
"Boleh minta tolong titip beliin pulsa nggak?"
🌵🌵🌵